Tabungan tetap menjadi andalan perbankan dalam menjaring dana murah. Namun, tabungan lebih diarahkan sebagai rekening transaksi ketimbang produk simpanan yang menawarkan keuntungan.
Anda mungkin masih akrab dengan lirik lagu ini. “Bing beng bang, yuk kita ke bank. Bang bing bung, yuk kita nabung. Tang ting tung, hei, jangan dihitung, tahu-tahu kita nanti dapat untung.” Ketika lagu ciptaan Titiek Puspa ini populer, produk tabungan memang masih identik sebagai produk bank yang akan menguntungkan si penabung. Keuntungannya bukan saja berupa bunga, tapi juga beragam hadiah menggiurkan.
Namun, kini, lirik lagu yang dipopulerkan oleh penyanyi cilik Saskia dan Geovanni tersebut rasa-rasanya sudah tidak cocok dengan situasi sekarang. Mungkin Anda pun menyadari, menyimpan uang di produk tabungan bank saat ini bukanlah langkah yang cukup menguntungkan.
Biaya administrasi yang dibebankan oleh bank sering tak sebanding dengan bunga tabungan yang diberikan. Alih-alih duit bertambah, menyimpan uang di tabungan malah berisiko menggerus duit kita. Belum lagi potongan pajak 20% saat saldo kita bertahan di atas Rp 7,5 juta di akhir bulan. Bukannya untung, menabung malah bikin buntung!
Alhasil, produk tabungan semakin jauh dari makna awal sebagai produk bank yang menguntungkan seperti dilontarkan lirik lagu itu. Namun, benarkah produk itu sama sekali tak layak lirik saat ini?
Eit, tunggu dulu. Kini memang sulit mengharapkan duit di rekening tabungan berkembang pesat dan bebas “rugi” karena biaya administrasi. Namun, produk tabungan bank tetaplah diperlukan untuk mendukung kelancaran transaksi Anda sehari-hari.
Bergeser fungsi
Tabungan dan giro merupakan dua produk utama bank dalam menggalang dana murah. Maksud dana murah di sini adalah murah bagi bank. Maklum, bank memberikan bunga kecil kepada penabung.
Rata-rata bunga tabungan di bank cuma sekitar 2%, jauh di bawah tingkat inflasi kita yang Maret lalu saja menembus 5,9%. Setinggi-tingginya bunga tabungan rencana atau pendidikan tetap tidak mampu menyamai bunga deposito yang saat ini berkisar 5,5%. Kendati begitu pamor tabungan tak luntur.
Perbankan terus menggeber promosi produk ini dengan mengunggulkan fitur-fitur tabungan sebagai pendukung transaksi nasabah, mulai dari kemudahan transaksi dana, penarikan di ribuan jaringan auto teller machine (ATM), kelengkapan transaksi e-banking, bebas biaya administrasi di saldo tertentu, juga pemberian hadiah langsung yang menggiurkan.
Beragam trik dan gimmick pemasaran itu rupanya cukup mampu mempertahankan pertumbuhan nilai tabungan di bank. Mengutip statistik perbankan BI terbaru, rata-rata pertumbuhan nilai tabungan di bank enam tahun terakhir berkisar 15% saban tahun. Hingga Januari lalu, total dana masyarakat di produk tabungan bank mencapai Rp 1.061,84 triliun. Angka itu merepresentasikan 33,1% dari total dana masyarakat di bank yang senilai Rp 3.205 triliun.
Tetapi bila dibandingkan dengan posisi akhir tahun lalu, nilai tabungan di bank turun 1,4% atau setara Rp 14,98 triliun hanya dalam satu bulan. Penurun-an nilai tabungan boleh jadi karena faktor musiman. Data BI menunjukkan, di awal tahun, pertumbuhan tabungan cenderung stagnan bahkan susut.
Bank beraset terbesar di Indonesia, Bank Mandiri, mencatat hal serupa. “Berdasarkan hasil survei kami, banyak nasabah yang menarik dananya untuk mempersiapkan modal usaha jelang kedatangan Lebaran nanti,” ungkap Riza Zulkifli, Senior Vice President Mass Banking Bank Mandiri.
Beradu strategi
Tahun lalu, Mandiri membukukan dana pihak ketiga senilai Rp 482,9 triliun, terdiri atas tabungan, giro, dan deposito. “Tahun ini kami mengejar target pertumbuhan 25%,” imbuh Riza. Strategi yang mereka tempuh adalah memberikan poin reward bagi nasabah yang rajin bertransaksi.
Dengan cara itu, Mandiri berharap nasabah tabungan tetap loyal tanpa perlu iming-iming bunga tinggi.
Strategi bank lain beragam. Beberapa bank masih setia pada cara lama, yakni menggelar undian berhadiah. Sebagian lagi mengandalkan strategi
meramu produk tabungan ala deposito.
Menawarkan bermacam-macam hadiah sudah menjadi jurus lama bank. Mereka menawarkan hadiah langsung nan menggiurkan untuk nasabah tabungan dengan nilai saldo tertentu dalam tenor yang ditentukan.
Bank Mutiara, salah satunya. Direktur Bank Mutiara Benny Purnomo menuturkan, hadiah gadget mutakhir diberikan kepada nasabah dengan nilai saldo tabungan minimal Rp 15 juta hingga Rp 205 juta. Tenor yang ditentukan antara 12 bulan sampai 84 bulan. Mutiara gencar menggeber dana murah karena saat ini perolehan mereka saat ini masih kecil, yakni sekitar Rp 2 triliun dari total dana pihak ketiganya senilai Rp 13,1 triliun.
Langkah serupa ditempuh oleh Bank Bukopin. Bukopin menawarkan progam tabungan berhadiah gadget mutakhir. Nasabah tabungan Bukopin wajib menyetor dana minimal Rp 16 juta hingga Rp 227 juta, dan dikunci selama jangka waktu setahun sampai enam tahun.
Beberapa bank malah melengkapinya dengan asuransi jiwa bagi si penabung, seperti yang dipasarkan oleh Bank OCBC NISP. Parwati Surjaudaja, Presiden Direktur Bank OCBC NISP, optimistis, dengan dukungan jaringan ATM dan fitur e-banking yang banyak, produk tabungan akan tetap diminati masyarakat.
Adapun, Bank Permata melebarkan strategi dengan menggarap potensi pengiriman uang sesama pengguna BlackBerry dengan program BBM Money. Bakal ampuhkah beragam strategi itu untuk menjaring dana para penabung? Mari kita nanti bersama-sama! o
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News