FOMO Investasi di Era Digital: Tips Buffett untuk Investor Cerdas

Kamis, 02 Oktober 2025 | 09:27 WIB
FOMO Investasi di Era Digital: Tips Buffett untuk Investor Cerdas

ILUSTRASI. FOMO Investasi di Era Digital: Tips Buffett untuk Investor Cerdas.


Sumber: Investopedia  | Editor: Tiyas Septiana

KONTAN.CO.ID -  Warren Buffett pernah menyampaikan ungkapan yang sederhana tetapi sangat kuat maknanya: “Apa yang dilakukan orang bijak di awal, dilakukan orang bodoh di akhir.”

Ungkapan itu bukan sekadar kata-kata indah, melainkan refleksi dari bagaimana pola pikir berbeda antara investor yang bijak dan mereka yang tergoda oleh tren sesaat, dikutip dari situs Investopedia.

Intinya, orang bijak memulai langkah di saat tepat, mereka membeli ketika nilai masih belum diketahui banyak orang. Sebaliknya, “orang bodoh” dalam konteks ini adalah mereka yang mengikuti arus ketika harga sudah melonjak tinggi, berharap mencicipi keuntungan cepat, padahal seringkali terlambat.

Baca Juga: KPK Beberkan Alasan Kembalikan Mobil Mercy Habibie yang Disita dari Ridwan Kamil

Kisah nyata dari sejarah pasar

Buffett sendiri dan para pengamat pasar sering menunjukkan contoh historis yang mempertegas prinsip tersebut, di antaranya:

  • Ledakan dotcom (bubble dotcom): Dalam era akhir 1990-an, banyak investor melompat ke saham teknologi hanya karena tren dan euforia, tanpa memperhatikan fundamental. Ketika gelembung itu meletus, kerugian pun tak terhindarkan.
  • Demam kripto: Beberapa orang membeli kripto bukan karena memahami nilainya, tapi karena melihat orang lain untung besar. Akibatnya, mereka masuk di puncak dan keluar dengan panik saat harga turun drastis.

Fenomena serupa juga bisa terlihat di Indonesia, misalnya pada saham berkapitalisasi kecil yang sering disebut “saham gorengan”.

Banyak investor ritel ikut membeli hanya karena tren singkat atau rekomendasi media sosial, tanpa memperhatikan kinerja perusahaan. Akibatnya, tak sedikit yang terjebak ketika harga tiba-tiba anjlok.

Kedua contoh ini menggambarkan betapa mudahnya investor “keterlambatan” terjebak dalam siklus spekulasi, tanpa persiapan atau pijakan yang kuat.

Relevansi di zaman digital ini

Di era sekarang, godaan untuk ikut “tren instan” makin besar, berkat aplikasi trading yang mudah diakses, media sosial, dan dorongan fear of missing out (FOMO).

Banyak orang yang membeli instrumen keuangan hanya karena status, rekomendasi viral, atau tekanan sosial—tanpa pemahaman mendalam. Hal ini menjadi salah satu penyebab mengapa banyak investor ritel terjebak dalam siklus yang sama.

Buffett dari dulu hingga sekarang menekankan prinsip-prinsip yang tampak sederhana tetapi mendasar:

  • Lakukan kajian sendiri – pahami bisnis, prospek, risiko
  • Beli ketika nilai (value) belum dihargai pasar
  • Sabar dalam menunggu pasar merefleksikan nilai

Tonton: Wow! Kades Kohod Jual Laut ke Nono Sampono Rp 33 Miliar

Ketika pasar sudah terlalu ramai dan penuh harapan instan, bagi investor yang disiplin, momen itu bisa malah menjadi sinyal untuk berhati-hati, bukan ikut serta.

Ungkapan Buffett “Apa yang dilakukan orang bijak di awal, dilakukan orang bodoh di akhir” adalah panggilan untuk kembali ke prinsip dasar investasi: jangan tergoda oleh keramaian, tetapi pegang kompas analisis dan kesabaran. Pesan ini menjadi pengingat bahwa investasi yang baik adalah tentang proses, bukan kecepatan.

Selanjutnya: Simak Kurs Transaksi BI Kamis, 2 Oktober 2025: Cek Nilai Tukar Rupiah!

Menarik Dibaca: Daftar Promo Hari Batik Nasional Oktober 2025, Wingstop hingga HokBen Harga Spesial

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Terbaru