Financial freedom belumlah cukup untuk bahagia

Kamis, 13 Desember 2012 | 15:59 WIB   Reporter: Djumyati Partawidjaja
Financial freedom belumlah cukup untuk bahagia

ILUSTRASI. Teh daun kelor


JAKARTA. Semua orang tentu bercita-cita untuk bisa hidup berkecukupan dan bahagia sampai masa tuanya. Masa pensiun pun bisa diisi oleh kegiatan yang menyenangkan, bukannya membebani anak cucu dengan masalah ekonomi.

Untuk mencapai kondisi yang dikenal dengan istilah Financial Freedom ini tentu butuh perencanaan yang matang. Lalu kapan sebaiknya kita mempersiapkan financial freedom kita? “Sebaiknya kita mulai paling lambat di usia 35 tahun, jadi ada waktu sekitar 20 tahun untuk mempersiapkan sebelum masuk usia pensiun,” tutur Eko P. Pratomo Senior Advisor BNP Paribas Investment Partners.

“Tapi kadang financial freedom itu tidak cukup. Saya punya banyak teman yang sudah mencapai financial freedom, mereka mau beli apa saja bisa. Tapi ternyata hidupnya tidak bahagia,” tambah Eko yang sudah bergelut dalam perusahaan manajer investasi selama 17 tahun. Eko lebih memilih untuk melihat masalah ini dengan “kacamata” Financial Wisdom.

Itulah sebabnya Eko memilih judul 50 Financial Wisdom untuk buku terbarunya berisi kumpulan artikel-artikelnya yang tiap minggu diterbitkan di Harian Kontan dalam waktu kurang lebih satu tahun terakhir.

Dalam bukunya Eko berusaha mengingatkan untuk mulai merencanakan keuangan dengan cermat. “Sebaiknya kita harus duduk, menghitung, dan merencanakan semua kebutuhan keuangan. Tapi nyatanya, banyak yang malah stres melihat betapa besar dana yang harus dikumpulkan. Akibatnya, mereka bukan termotivasi tapi malah jadi tak mau peduli,” tutur Eko dalam acara peluncuran bukunya Rabu (12/12) di Hotel Santika Jakarta.

Idealnya, dalam masa kerja kita mengumpulkan dana yang cukup untuk disimpan di bank dan di masa pensiun kita bisa hidup sehari-hari dengan bunga deposito. Tapi suku bunga deposito saat ini begitu rendah, sementara inflasi bergerak terus dengan cepat. Untuk bisa mengatasi masalah ini Eko menyarankan untuk mulai merintis usaha yang sesuai dengan passion kita. “Sebaiknya kita berangkat dari passion,” tambahnya.

Di sisi lain, Eko juga prihatin melihat rendahnya suku bunga deposito perbankan membuat banyak orang terjebak untuk mengambil investasi bodong yang berani memberikan imbal hasil besar. “Kalau deposito nol koma per bulannya, mereka berani memberikan jaminan 2% per bulan. Tentu saja banyak yang tergiur,” terangnya.

Padahal investasi semacam ini hanya jadi-jadian yang akan bisa hancur sewaktu-waktu. “Kuncinya, Anda jangan pernah masuk ke dalam investasi yang menjanjikan jaminan imbal hasil yang pasti. Karena tak ada yang bisa menjamin hasil investasi. Di negeri ini yang bisa memberikan jaminan hanya ada Lembaga Penjamin Simpanan untuk para nasabah perbankan,” tutur Eko.

Di atas segalanya Eko juga mengingatkan kita untuk percaya bahwa Tuhan itu baik. “Mungkin Anda stres melihat berapa besar kebutuhan keuangan kita di masa yang akan datang. Tapi percayalah Tuhan itu akan memelihara kita. Buktinya cecak yang tidak bisa terbang itu masih bisa makan kenyang walau makanannya adalah serangga yang bisa terbang ke mana-mana,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Djumyati P.

Terbaru