Kebanyakan perencana keuangan menempatkan emas sebagai bagian dari dana darurat dan alat hedging atau pelindung nilai investasi. Namun, hal itu bukan berarti emas tidak bisa menjadi pilihan instrumen investasi. “Emas adalah salah satu investasi alternatif,” kata Mike Rini, perencana keuangan MRE Financial and Business Advisory.
Jika Anda ingat, orang tua zaman dahulu kerap menabung dalam emas untuk mewujudkan sebuah mimpi, mulai dari biaya anak sekolah hingga biaya naik haji. Pandji Harsanto, perencana keuangan independen, menilai, kendati bisa menjadi alternatif, sebaiknya Anda tidak menyandarkan sepenuhnya instrumen investasi hanya pada emas. “Instrumen investasi lebih baik terdiversifikasi,” kata dia.
Misalnya, untuk tujuan keuangan dana pendidikan, selain memutarnya di instrumen pasar modal seperti reksadana, Anda lebih baik juga menabung dana darurat dalam bentuk emas. Untuk dana darurat dalam bentuk emas, menurut Pandji, jumlah ideal adalah tidak lebih dari 100 gram, menimbang faktor keamanan.
Selain itu, emas hanya cocok untuk investasi jangka panjang di atas 5 tahun. Sebagai contoh, tujuan keuangan dana pendidikan anak dengan emas.
Anak Anda saat ini masih bayi. Anda ingin mulai menabung uang sekolah dasarnya kelak memakai emas. Bagaimana menghitungnya?
Pertama, risetlah biaya calon sekolah anak Anda. Taruh kata, biaya uang pangkal SD tahun ini Rp 20 juta. Kedua, cari future value biaya tersebut. Inflasi biaya pendidikan sekitar 15% per tahun. Jadi, 6 tahun lagi yaitu tahun 2020, uang pangkal SD anak Anda sekitar Rp 46,26 juta.
Ketiga, konversikan dengan emas. Harga emas per 24 September 2014, Rp 524.000 per gram. Sehingga, nilai uang pangkal SD enam tahun lagi setara dengan 88,28 gram emas harga saat ini.
Anda bisa menabung emas sebanyak 14,71 gram per tahun selama 6 tahun atau 1,22 gram emas setiap bulan. Anda bisa menurunkan biaya pembelian rata-rata dengan menambah investasi emas ketika harganya tengah turun.
Selamat berhitung!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News