Menata Keuangan - Mengelola keuangan di masa pandemi perlu lebih jeli dibandingkan saat kondisi normal. Masa pandemi dipenuhi dengan masa ketidakpastian.
Banyak perusahaan yang mengalami penurunan pendapatan sehingga memutuskan untuk melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kepada karyawannya.
Sehingga, tak jarang pekerja yang kehilangan pekerjaannya di masa pandemi. Selain itu, meski masih memiliki pekerjaan pun tak jarang yang penghasilannya berkurang.
Lantas, seperti apa tips mengelola keuangan di masa pandemi?
Baca Juga: Sri Mulyani: Untuk menjadi negara yang maju, negara perlu memiliki dua hal ini
Tips mengelola keuangan di masa pandemi
Berdasarkan keterangan resmi dari Lifepal.co.id, berikut tips mengelola keuangan di masa pandemi terutama untuk mengatur pola konsumsi dan pengeluaran:
1. Atur pengeluaran tidak tetap dengan metode rata-rata
Dalam pengaturan arus kas (pemasukan dan pengeluaran) bulanan, maka pengeluaran dibedakan menjadi dua jenis yaitu pengeluaran tetap dan variabel (tidak tetap).
Pengeluaran tidak tetap bisa berupa biaya bahan bakar kendaraan setiap hari atau ongkos transportasi, biaya belanja bahan makanan, biaya listrik, dan lainnya. Sementara pengeluaran tetap bisa berupa cicilan rumah atau kendaraan.
Pengeluaran tetap tentu lebih mudah dicatat dan ditetapkan besarannya ketimbang yang tidak tetap. Untuk itu, Lifepal menyarankan, lakukan perhitungan rata-rata terhadap pengeluaran tidak tetap Anda dalam tiga bulan atau lebih.
Misalnya, menghitung rata-rata tagihan listrik selama 8 bulan. Contohnya, jika setelah dihitung rata-rata tagihan listrik selama 8 bulan mencapai Rp 1,2 juta maka Anda dianjurkan mengalokasikan uang maksimal diangka tersebut untuk kebutuhan listrik.
Baca Juga: Pengelolaan Pensiun Manfaat Pasti
2. Prioritaskan yang wajib dan perlu
Prioritaskan pengeluaran Anda untuk kebutuhan yang sifatnya wajib dipenuhi atau dibayar terlebih dulu. Pertama, membeli barang-barang kebutuhan pokok seperti makan dan minum, hingga menabung biaya pendidikan anak.
Selain itu, juga pengeluaran wajib lainnya yaitu membayar pajak dan cicilan utang bila ada.
Kebutuhan-kebutuhan yang bersifat keinginan atau yang berkaitan dengan hobi maupun gaya hidup tentu bisa dikurangi sedikit, terutama bila kondisi keuangan kita masih belum sehat.
Baca Juga: Staf khusus Menkeu sebut utang luar negeri Indonesia masih di level yang manageable
3. Lunasi utang konsumtif berbunga besar, dan jangan tambah lagi
Jika Anda memiliki cadangan kas yang cukup maka lunasi utang jangka pendek yang bersifat konsumtif dan berbunga besar, baik yang ada di kartu kredit, cicilan tanpa kartu kredit, atau pinjaman online.
Membiarkan utang tersebut tetap ada, justru bisa mengganggu arus kas Anda di bulan-bulan selanjutnya. Jika harus berutang, pastikan utang yang Anda ajukan adalah utang produktif.
Dengan catatan, total utang Anda tidak melebihi nilai aset dan cicilan dari seluruh utang Anda per bulannya masih di bawah 35% dari penghasilan.
Baca Juga: Seretnya konsumsi masyarakat bikin undisbursed loan di Bank Mandiri naik
4. Simpan dana darurat di tempat yang semestinya
Dana darurat tentu harus ada dan tersedia di masa yang penuh ketidakpastian ini. Tujuannya untuk menalangi biaya hidup di saat kita kehilangan pekerjaan.
Lifepal menyarankan, seorang lajang mungkin sudah cukup dengan dana darurat sebesar 3 hingga 6 kali pengeluaran bulanan. Namun bagi mereka yang sudah berumah tangga, lebih baik di atas 6 kali pengeluaran per bulan.
Menabung dana darurat sejatinya cukup sederhana, Anda hanya perlu menyisihkan uang sebesar 10% dari penghasilan per bulan saja secara rutin.
Baca Juga: Kredit menganggur di Bank Mandiri meningkat, ini penyebabnya
5. Pikir dua kali untuk cari untung dari asuransi
Manfaatkan asuransi untuk kebutuhan proteksi atau perlindungan atas risiko saja, dan belilah asuransi kesehatan atau asuransi jiwa dengan manfaat murni untuk perlindungan kesehatan maupun jiwa.
Usahakan sebisa mungkin untuk mengalokasikan dana maksimal 10% dari pemasukan bulanan dan tidak lebih, untuk kebutuhan proteksi.
Baca Juga: Utang luar negeri Indonesia tembus Rp 5.940 triliun, ini kata staf khusus Menkeu
6. Tetap sisihkan uang untuk investasi, tapi sesuai dengan tujuan
Setiap bulannya, Anda tetap harus memprioritaskan pengeluaran untuk berinvestasi guna memenuhi tujuan jangka pendek maupun jangka panjang.
Tuliskan secara detail hal-hal yang menjadi tujuan jangka pendek maupun jangka panjang. Tuliskan pula jumlah uang yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan itu di masa depan dengan menggunakan estimasi inflasi tahunan.
Lalu pilihlah berbagai instrumen investasi yang cocok dengan profil risiko Anda.
Baca Juga: Militer China ungkap simulasi invasi habis-habisan terhadap Taiwan
7. Cukup sisihkan 10% dari pemasukan untuk hal bersifat keinginan
Self reward atau memanjakan diri dengan membeli barang yang sifatnya keinginan memang bukan merupakan hal yang dilarang dalam perencanaan keuangan. Hal ini merupakan sebuah cara untuk mengapresiasi diri setelah kita bekerja keras, agar kita lebih bahagia dan terlepas dari stres.
Tidak ada salahnya untuk mengalokasikan 10% dari pemasukan bulanan kita setiap bulan untuk keperluan ini.
Namun patut diingat bahwa kebutuhan akan gaya hidup tentu tidak akan ada habisnya. Maka dari itu, bijaklah dalam menganggarkan dana untuk kebutuhan ini. Itulah 7 tips mengelola keuangan di masa pandemi.
Selanjutnya: Resesi ekonomi di depan mata, yuk siapkan dana darurat dengan cara ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News