KONTAN.CO.ID - Charlie Munger, yang dikenal sebagai tangan kanan Warren Buffett dan Wakil Ketua Berkshire Hathaway, bukanlah sosok yang membangun kekayaannya dengan strategi yang rumit.
Filosofinya sangat sederhana: "berusaha untuk tidak menjadi bodoh secara konsisten, alih-alih mencoba menjadi sangat cerdas."
Bagi keluarga kelas menengah yang ingin mencapai keamanan finansial, kebijaksanaan Munger menawarkan peta jalan tentang apa yang harus dihindari.
Baca Juga: Peso Filipina dan Won Korea Memimpin Pelemahan Mata Uang Asia Kamis (18/9) Pagi
Pendekatannya berfokus pada menghilangkan pengeluaran yang menguras keuangan dan mencegah akumulasi kekayaan.
Berikut adalah lima kategori pembelian yang Munger sarankan untuk dihindari demi kesehatan finansial jangka panjang, dirangkum dari media edukasi trading New Trader U.
1. Berhenti Menenggelamkan Kekayaan pada Alkohol dan Kebiasaan Buruk
Munger terkenal dengan filosofi "tiga L"-nya: ia menghindari Liquor (minuman keras), Ladies (wanita), dan Leverage (utang).
Posisinya terhadap alkohol sangat jelas, "Seluruh konsep mengonsumsi alkohol adalah sesuatu yang sebagian besar saya hindari seumur hidup saya."
Ini bukan hanya soal preferensi pribadi, tetapi pemahamannya tentang bagaimana pengeluaran kecil bisa menumpuk seiring waktu.
Selain biaya langsung, Munger menyadari bahwa alkohol mengganggu penilaian, yang berpotensi menyebabkan keputusan finansial yang buruk.
Uang yang dihabiskan untuk alkohol dan kebiasaan buruk lainnya adalah biaya peluang, dana yang seharusnya bisa diinvestasikan untuk pertumbuhan jangka panjang, bukan dikonsumsi segera.
2. Hindari Produk Keuangan Rumit yang Hanya Menguntungkan Penasihat
Munger menciptakan apa yang dikenal sebagai "Aturan Munger": "Kapan pun seseorang menawarkan Anda sesuatu dengan komisi besar dan prospektus setebal 200 halaman, jangan beli."
Pedoman sederhana ini melindunginya dari banyak produk keuangan yang dirancang lebih untuk menghasilkan biaya bagi penjual daripada keuntungan bagi investor.
Instrumen keuangan yang rumit sering kali menyembunyikan biaya dan risiko di balik istilah dan ketentuan yang sulit dipahami.
Prospektus setebal 200 halaman adalah tanda bahaya, menunjukkan bahwa produk tersebut memerlukan penjelasan bertele-tele untuk menutupi masalah mendasarnya.
Munger memahami bahwa investasi terbaik biasanya cukup sederhana untuk dijelaskan dengan jelas.
Produk dengan komisi tinggi, seperti anuitas variabel atau derivatif yang kompleks, sering kali memiliki performa di bawah alternatif yang lebih sederhana namun dengan biaya yang jauh lebih tinggi.
Baca Juga: Bank-Bank Besar AS Turunkan Prime Rate Usai Pemangkasan Suku Bunga The Fed
3. Lawan Godaan Berbahaya dari Skema Cepat Kaya
"Keinginan untuk cepat kaya cukup berbahaya," Munger memperingatkan, menyadari bahwa ketidaksabaran dalam membangun kekayaan sering kali mengarah pada kehancuran finansial.
Filosofi investasinya menekankan bahwa "uang besar bukanlah pada saat membeli atau menjual, tetapi dalam menunggu." Pendekatan yang berpusat pada kesabaran ini secara langsung bertentangan dengan janji-janji instan dari skema cepat kaya.
Munger dan Buffett membangun kekayaan mereka melalui investasi yang sabar selama puluhan tahun, memegang investasi berkualitas untuk jangka waktu yang lama, dan membiarkan pertumbuhan majemuk bekerja.
Skema cepat kaya biasanya gagal karena menjanjikan keuntungan yang tidak berkelanjutan. Kelas menengah dapat menerapkan kebijaksanaan ini dengan fokus pada investasi yang stabil dan konsisten.
4. Jangan Pernah Berinvestasi pada Apa yang Tidak Sepenuhnya Anda Pahami
Munger dan Buffett mengorganisir keputusan investasi mereka ke dalam "tiga keranjang: ya, tidak, dan terlalu sulit untuk dipahami.
" Kerangka kerja ini mencegah mereka berinvestasi di luar keahlian mereka, bahkan ketika peluang terlihat menarik. Munger menekankan bahwa "mengetahui apa yang tidak Anda ketahui lebih berguna daripada menjadi brilian."
Konsep "lingkar kompetensi" menjadi inti dari filosofi investasi mereka. Mereka fokus pada area di mana mereka bisa membuat keputusan yang terinformasi berdasarkan pemahaman yang tulus.
Bagi investor kelas menengah, prinsip ini menyarankan untuk menghindari saham individu di industri yang tidak mereka pahami, atau instrumen investasi yang memerlukan pengetahuan khusus.
5. Hindari Jebakan Beli Mobil Baru yang Mengikis Kekayaan Bersih
Meskipun mengumpulkan miliaran kekayaan, Munger mengendarai kendaraan sederhana dan tinggal di rumah yang sama selama beberapa dekade.
Gaya hidup hematnya bukan karena pelit, tetapi karena menghindari pembelian yang mengikis, bukan membangun, kekayaan. Ia pernah menyatakan,
"Saya mungkin tidak akan membeli mobil baru hari ini," meskipun ia mampu membelinya dengan sangat mudah.
Tonton: Wacana Penurunan Cukai Rokok Mencuat, Begini Respons Pengusaha
Mobil baru mewakili salah satu keputusan finansial terburuk untuk membangun kekayaan karena nilainya langsung turun setelah dibeli dan terus menyusut dengan cepat.
Hal ini menciptakan situasi di mana pembeli membayar harga premium untuk aset yang nilainya langsung jauh lebih rendah.
Pembayaran cicilan mobil mengikat arus kas bulanan yang seharusnya bisa diinvestasikan untuk pertumbuhan jangka panjang. Kelas menengah sering kali jatuh ke dalam jebakan ini dengan menganggap cicilan bulanan sebagai sesuatu yang terjangkau tanpa mempertimbangkan biaya peluang dari dana tersebut selama puluhan tahun.
Selanjutnya: Tugu Insurance Gelar RUPS Luar Biasa
Menarik Dibaca: Tanaman Herbal yang Bisa Digunakan untuk Menghilangkan Bau Mulut Tidak Sedap
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News