Uang

5 Perbedaan Pola Pikir Orang Kaya dan Orang Miskin Menurut Psikologi

Senin, 30 September 2024 | 09:13 WIB   Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie
5 Perbedaan Pola Pikir Orang Kaya dan Orang Miskin Menurut Psikologi

ILUSTRASI. Psikologi memainkan peran penting dalam membentuk takdir ekonomi kita.


PERSONAL FINANCE - Jalan menuju kesuksesan finansial sering kali dilalui dengan lebih dari sekadar kerja keras dan peluang. 

Psikologi memainkan peran penting dalam membentuk takdir ekonomi kita.

Artikel ini membahas lima perbedaan psikologis penting antara pola pikir orang kaya dan orang miskin,  menawarkan wawasan tentang bagaimana pola pikir kita dapat memengaruhi hasil finansial kita.

Mengutip New Trader U, berikut 10 perbedaan pola piker orang kaya dan miskin menurut psikologi:

1. Lokus Kontrol: Menguasai Takdir Anda

Konsep lokus kontrol sangat mendasar dalam memahami kesenjangan psikologis antara pola pikir orang kaya dan orang miskin. 

Mereka yang memiliki lokus kontrol internal percaya bahwa mereka memiliki kekuatan untuk memengaruhi hasil hidup mereka. Pola pikir ini lebih umum di antara mereka yang sukses secara finansial, yang memandang diri mereka sendiri sebagai arsitek takdir mereka.

Sebaliknya, individu dengan lokus kontrol eksternal sering kali merasa bergantung pada kekuatan luar, perspektif yang lebih umum di antara mereka yang berjuang secara finansial. Mereka mungkin mengaitkan keadaan mereka dengan keberuntungan, nasib, atau tindakan orang lain.

Baca Juga: Putrinya Pinjam Uang untuk Merombak Dapur, Warren Buffett Suruh Pergi ke Bank

Perbedaan persepsi ini dapat secara signifikan memengaruhi perilaku dan hasil. Misalnya, seseorang dengan lokus kontrol internal mungkin menanggapi kehilangan pekerjaan dengan segera memperbarui keterampilan mereka dan berjejaring secara agresif. 

Pada saat yang sama, seseorang dengan lokus kontrol eksternal mungkin secara pasif menunggu peluang baru muncul.

Untuk menumbuhkan lokus kontrol internal, mulailah dengan mengidentifikasi area di mana Anda dapat memberikan lebih banyak pengaruh dan mengambil tindakan yang disengaja untuk membentuk keadaan Anda.

2. Orientasi Sasaran: Memetakan Arah Menuju Kesuksesan

Orang kaya biasanya menetapkan tujuan yang jelas dan 
spesifik serta membuat rencana terperinci. Hal ini sejalan dengan teori penetapan tujuan, yang menyatakan bahwa menetapkan tujuan yang menantang namun dapat dicapai mengarah pada kinerja yang lebih tinggi.

Sebaliknya, mereka yang memiliki pola pikir yang lebih buruk sering kali tidak memiliki rencana konkret untuk masa depan, mungkin karena fokus pada kebutuhan langsung atau keyakinan bahwa perencanaan jangka panjang adalah sia-sia.

Baca Juga: Ini Nilai Kekayaan Bersih yang Mendefinisikan Kelas Atas, Menengah, dan Bawah

Pertimbangkan perbedaan antara "Saya ingin menjadi kaya" dan "Saya bertujuan untuk meningkatkan kekayaan bersih saya sebesar 20% tahun ini dengan meningkatkan pendapatan saya melalui pekerjaan sampingan dan memangkas pengeluaran yang tidak perlu." Tujuan yang terakhir bersifat spesifik, terukur, dan dapat ditindaklanjuti.

Cobalah metode SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, and Time-bound) untuk meningkatkan keterampilan Anda dalam menetapkan tujuan: buatlah tujuan Anda secara Spesifik, Terukur, Dapat Dicapai, Relevan, dan Terikat Waktu.

3. Persepsi Risiko: Peluang vs Hambatan

Cara seseorang memandang risiko dapat memengaruhi keputusan finansial secara signifikan. Orang kaya sering kali memandang risiko sebagai peluang untuk mendapatkan imbalan, dengan fokus pada potensi keuntungan. Pola pikir ini memungkinkan mereka mengambil risiko yang diperhitungkan yang dapat menghasilkan keuntungan besar.

Sebaliknya, mereka yang memiliki pola pikir yang lebih buruk cenderung berfokus pada potensi kerugian, yang mengarah pada penghindaran risiko yang dapat membatasi pertumbuhan finansial. Hal ini sejalan dengan teori prospek, yang menjelaskan bagaimana orang membuat keputusan dengan risiko dan ketidakpastian.

Misalnya, ketika dihadapkan dengan peluang investasi, orang yang berpikiran kaya mungkin menganalisis potensi keuntungan dan menyusun strategi untuk mengurangi risiko. Pada saat yang sama, orang yang berpikiran buruk mungkin langsung mengabaikan ide tersebut karena terlalu berisiko.

Untuk mengubah persepsi Anda tentang risiko, mulailah dengan menganalisis secara menyeluruh potensi kerugian dan keuntungan dari situasi yang berisiko daripada hanya berfokus pada kemungkinan kerugian.

Baca Juga: 4 Aturan yang Jadi Pegangan Robert Kiyosaki untuk Jadi Kaya Raya

4. Pendekatan Pemecahan Masalah: Tantangan sebagai Batu Loncatan

Cara individu menghadapi masalah dapat berdampak signifikan pada keberhasilan finansial mereka. Orang yang berpikiran kaya cenderung berorientasi pada solusi, memandang masalah sebagai tantangan yang harus diatasi. Pendekatan ini mengarah pada pemecahan masalah yang kreatif dan kegigihan dalam menghadapi rintangan.

Sebaliknya, orang yang berpikiran buruk sering kali kewalahan oleh masalah, berfokus pada rintangan daripada solusi yang potensial. Hal ini dapat menyebabkan tidak adanya tindakan atau menyerah ketika menghadapi kesulitan.

Misalnya, orang yang berorientasi pada solusi mungkin melakukan curah pendapat untuk meningkatkan pendapatan atau memangkas pengeluaran ketika menghadapi kekurangan anggaran. Pada saat yang sama, orang yang berfokus pada masalah mungkin berkutat pada kesulitan situasi tanpa mengambil tindakan.

Cobalah teknik "bagaimana jika" untuk mengembangkan pola pikir yang lebih berorientasi pada solusi. Saat menghadapi masalah, tanyakan pada diri Anda, "Bagaimana jika masalah ini punya solusi? Seperti apa bentuknya?"

5. Pola Pikir Berkembang vs. Pola Pikir Tetap: Kekuatan Potensi

Penelitian Carol Dweck tentang pola pikir memiliki implikasi mendalam bagi kesuksesan finansial. Mereka yang memiliki pola pikir berkembang percaya bahwa kemampuan mereka dapat dikembangkan melalui dedikasi dan kerja keras. 

Keyakinan ini sering kali mengarah pada kecintaan terhadap pembelajaran dan ketahanan, kualitas penting untuk pertumbuhan finansial.

Di sisi lain, mereka yang memiliki pola pikir tetap percaya bahwa kualitas penting mereka, seperti kecerdasan atau bakat, adalah sifat yang tetap. Hal ini dapat menyebabkan mereka menghindari tantangan dan mudah menyerah, sehingga menghambat kemajuan finansial.

Seseorang dengan pola pikir berkembang mungkin memandang usaha bisnis yang gagal sebagai peluang belajar, sementara seseorang dengan pola pikir tetap mungkin melihatnya sebagai konfirmasi keterbatasan mereka.

Untuk menumbuhkan pola pikir berkembang, hadapi tantangan, dan pandang kegagalan sebagai peluang untuk belajar dan berkembang.

Selanjutnya: Aktivitas Jasa Tiongkok Melambat

Menarik Dibaca: IHSG Dibuka Dengan Penurunan 0,7% Pada Senin Pagi (30/9)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 3 Tampilkan Semua
Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Terbaru