Pertimbangan membeli asuransi kesehatan untuk bayi

Rabu, 13 Desember 2017 | 11:00 WIB   Reporter: Francisca Bertha Vistika
Pertimbangan membeli asuransi kesehatan untuk bayi


ASURANSI - Bayi rentan terhadap penyakit. Itu sebabnya, Anmaria membekali sang buah hati dengan asuransi kesehatan sejak umurnya belum genap satu tahun. Apalagi, ia dan suami adalah wirausahawan.

Sebagai wiraswasta, Anmaria mengaku, dirinya dan sang suami tidak punya penghasilan tetap. “Kalau terjadi apa-apa dan tidak ada asuransi, siapa yang akan menanggung biaya kesehatan anak saya. Anggap saja, saya berasuransi untuk menabung,” kata perempuan 26 tahun yang sehari-hari mengelola hotel milik keluarga ini.

Anmaria juga mendaftarkan anaknya menjadi peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Tapi, lantaran merasa kurang puas dengan pelayanannya, dia tetap melanjutkan asuransi kesehatan dari perusahaan swasta untuk memproteksi sang anak yang saat ini berusia tiga tahun.

Saban bulan, Anmaria mengeluarkan uang Rp 500.000 untuk membayar premi. Selain dana kesehatan, asuransi tersebut juga bisa untuk biaya pendidikan sang anak. “Kalau selama 10 tahun tidak dipakai, bisa balik, kok, uangnya. Cuma tidak penuh memang,” ujarnya.

Pertanyaannya adalah: apakah asuransi kesehatan sangat penting buat balita?

Menurut Ricky Susanto Joeng, Perencana Keuangan Finansialku.com, perlu pertimbangan yang matang sebelum memutuskan membeli asuransi kesehatan untuk balita. Sebab, tarif preminya enggak murah. “Padahal, saat punya bayi, kebutuhan meningkat. Mulai dari biaya susu hingga asuransi pendidikan,” ujar Ricky.

Ada kelainan

Dan, imbuh Ricky, banyak sekali produk asuransi kesehatan yang ada di masyarakat. Tapi sejatinya, hanya ada dua jenis asuransi kesehatan, yakni dengan kartu (cashless) dan tanpa kartu (reimbursement).

Bedanya adalah, asuransi kesehatan sistem cashless memiliki kartu khusus peserta yang harus digunakan sebagai penjamin ketika masuk rumahsakit dan mengajukan klaim. Biaya rumahsakit biasanya langsung dibebankan kepada perusahaan asuransi.

Dengan begitu, nasabah tidak perlu membayar lagi atau hanya membayar biaya lebih yang tidak ditanggung oleh perusahaan asuransi.

Sementara asuransi kesehatan reimbursement, nasabah harus membayar terlebih dahulu biaya rumahsakit saat menjalani perawatan. Nasabah baru bisa mengklaim manfaat asuransi kesehatannya setelah keluar dari rumahsakit.

Nah, asuransi kesehatan untuk balita yang banyak ditawarkan perusahaan asuransi adalah cashless. Umumnya, bayi usia di atas enam bulan memiliki asuransi jenis ini. “Dan biasanya, asuransi kesehatan sistem cashless lebih mahal biaya preminya dari asuransi kesehatan tanpa kartu,” ucapnya.

Setelah tahu jenis asuransi kesehatan balita, Ricky mengatakan, Anda yang berencana membeli produk ini mesti mempertimbangkan tiga hal:

Pertama, apakah kehamilan dan kelahiran sang buah hati berlangsung normal. Ricky menuturkan, jika dokter sudah menyatakan harus jaga-jaga karena ada kelainan pada si jabang bayi, Anda kudu mempertimbangkan untuk membeli asuransi kesehatan.

Terutama, jika tempat Anda bekerja tak memberikan pertanggungan kesehatan untuk balita.

Setelah itu, tiap tahun Anda harus melakukan evaluasi, apakah kondisi kesehatan sang si kecil. Jika sudah benar-benar sehat, Ricky menyarankan, lebih baik berhenti berasuransi kesehatan.

Kedua, apakah keluarga Anda memiliki riwayat penyakit turunan. Riwayat penyakit keturunan di dalam keluarga biasanya bisa mengakibatkan bayi lebih rentan terkena penyakit turunan di dalam masa perkembangannya.

Misalnya, Anda menderita asma. Biasanya, penyakit ini akan menurun ke anak Anda. Itu bisa jadi bahan pertimbangan Anda untuk membeli asuransi kesehatan. “Asuransi kesehatan tidak harus Anda ambil saat usia anak masih balita atau batita. Tetapi, Anda bisa membelinya kapan pun Anda merasa butuh,” imbuh Ricky.

Ketiga, apakah Anda masih bisa mengelola sendiri biaya pengobatan untuk anak. Asuransi kesehatan memang cukup penting karena memberikan kenyamanan dan kemudahan ketika buah hati sakit.

Tapi ingat, butuh pengeluaran yang tidak sedikit untuk membayar premi asuransi kesehatan. “Sebetulnya, biaya pengobatan penyakit yang biasa saja, bisa Anda kelola sendiri jika tentu tidak sering masuk ke rumahsakit,” kata Ricky.

Contoh, tiap bulan Anda harus mengeluarkan uang untuk premi sebesar Rp 1 juta untuk asuransi kesehatan bayi Anda. Itu berarti, setahun Anda harus merogoh kocek Rp 12 juta dan lima tahun sebesar Rp 60 juta.

Nyatanya, bayi Anda tidak sering masuk ke rumahsakit. Sehingga, Anda bisa menyisihkan uang Rp 60 juta untuk membayar premi sebagai dana darurat. Jika anak sakit, Anda bisa menggunakan dana darurat itu.

Kalau jarang sakit, Anda dapat memakainya untuk mencukupi kebutuhan lain alias tidak hangus. “Sekali lagi, konsep dasarnya adalah asuransi kesehatan butuh pertimbangan. Kalau tidak diambil, bisa dikelola sendiri,” ungkap Ricky.

Sesuaikan kebutuhan

Sejauh ini, banyak yang mempertimbangkan membeli asuransi kesehatan lebih karena memang benar-benar butuh mengingat kondisi anak mereka. Alasan lain, demi rasa aman dan tenang jika terjadi apa-apa dengan anak yang umurnya masih di bawah lima tahun.

Padahal, belum tentu anak membutuhkan asuransi kesehatan. “Sebenarnya, asuransi kesehatan wajibnya untuk pencari nafkah (orangtua), karena ketika sakit si balita belum bisa bantu membiayai,” ujar Ricky.

Menurut Tejasari, Perencana Keuangan Tatadana Consulting, memang ada baiknya membeli asuransi kesehatan untuk anak khususnya balita ketika orangtua tidak mendapat pertanggungan kesehatan untuk bayi dari tempatnya bekerja. Ambil contoh, mereka yang berwirausaha atawa pekerja lepas.

Paling tidak, Tejasari menyebutkan, punya asuransi kesehatan dari BPJS Kesehatan. “Saya mengalami, bayi memang sering sakit. Jadi, perlu sekali asuransi kesehatan. Bagus lagi, asuransi yang bisa kaver untuk imunisasi,” saran dia.

Sementara untuk bayi yang menderita sakit bawaan lahir, lebih susah untuk membeli asuransi kesehatan. Pasalnya, tidak semua perusahaan asuransi mau menerima. Nah, Tejasari menuturkan, BPJS Kesehatan yang mau memproteksi bayi dengan sakit bawaan lahir.

Pesan Teja, kalau memang ingin membeli asuransi kesehatan untuk bayi, sesuaikan dengan kocek dan kebutuhan. Soalnya, banyak yang mengira asuransi kesehatan bayi mahal dengan premi jutaan rupiah per bulan.

Padahal sebenarnya, asuransi dengan premi sebesar itu merupakan produk unitlik alias berbalut investasi. Atau, ada manfaat tambahan lain, misalnya, asuransi jiwa untuk orangtua. “Jadi, jangan ambil asuransi kesehatan yang sifatnya unitlink. Yang penting, bisa kaver untuk kesehatan si bayi dulu,” saran Tejasari.

Pertimbangkan betul, ya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: S.S. Kurniawan

Terbaru