Mengoptimalkan dana kebutuhan jangka pendek

Jumat, 20 Januari 2012 | 11:00 WIB   Reporter: Anastasia Lilin Y
Mengoptimalkan dana kebutuhan jangka pendek

ILUSTRASI. Kurs dollar-rupiah di BRI hari ini Jumat 5 Februari, cek sebelum tukar valas. ANTARA FOTO/Basri Marzuki/aww/18.


JAKARTA. Lantaran Putri bakal lulus sekolah dasar (SD) sekitar enam bulan lagi, Ibu Klara mencairkan investasi jangka panjangnya di reksadana saham, bulan ini. Investasi ini memang sengaja Ibu Klara lakukan untuk memenuhi kebutuhan dana masuk ke sekolah menengah putri semata wayangnya tersebut.

Kebetulan, awal tahun ini, hasil investasinya sudah mencapai asumsi dana pendidikan yang dibutuhkan untuk masuk ke sekolah idaman Putri. Ibu Klara khawatir, jika menunggu tiga bulan lagi, yakni saat Putri mendaftar ke sekolah tersebut, nilai investasinya justru turun.

Masalahnya, kini setelah dana investasi tersebut cair, Ibu Klara bingung mau menempatkannya di mana. Untuk sementara ini, dia menempatkan dana tersebut di tabungan yang biasa dia pergunakan untuk transaksi belanja sehari-hari. Tapi, ia khawatir, uang tersebut tanpa ia sadari akan terpakai untuk belanja barang-barang yang tidak begitu dia perlukan. Sebab, sudah jadi kebiasaan Ibu Klara, jika melihat angka tabungan yang tertera di layar ATM masih berderet-deret, ia tidak akan segan menggesekkan kartu debitnya untuk berbelanja ‘barang-barang perempuan’.

Sebenarnya, selain tabungan, ada beberapa wadah lain untuk menyimpan dana yang dibutuhkan dalam jangka pendek. Sebut saja, deposito, dan reksadana pasar uang. Namun, masing-masing instrumen memiliki karakteristik yang berbeda. Jadi, pemilihan wadah ini harus disesuaikan dengan kebutuhan perencanaan keuangan kita.

“Ada tiga hal yang harus dipahami, yakni kesesuaian jangka waktu dengan kebutuhan, likuiditas, dan potensi return-nya,” ujar Risza Bambang, perencana keuangan dari Shildt Financial Planning.

Bedakan kebutuhan rutin dan tidak rutin

Dalam perencanaan keuangan, kebutuhan dana jangka pendek adalah dana yang pemanfaatannya kurang dari satu tahun. Itu berarti, dana tersebut harus ditempatkan di produk yang memiliki likuiditas tinggi. Maksudnya, produk tersebut memungkinkan si pemilik dana mencairkan dananya dengan mudah, kapan pun dia membutuhkannya.

Namun, seperti dijelaskan oleh Risza, kita harus menyesuaikan setiap produk yang kita pilih dengan kebutuhan kita. Meski sama-sama bersifat jangka pendek, sebenarnya kebutuhan ini masih bisa dipecah menjadi kebutuhan yang bersifat rutin dan kebutuhan yang tidak rutin.

Kebutuhan rutin terdiri dari pos-pos pengeluaran yang rutin dikeluarkan setiap bulan. Biasanya, meski tidak selalu sama, nilainya bisa diperkirakan dan relatif tidak berubah dari waktu ke waktu. Contoh kebutuhan rutin adalah belanja kebutuhan rumah tangga bulanan, pembayaran rekening listrik, tagihan telepon dan internet, upah pembantu dan sopir, service kendaraan, serta uang saku anak.

Sementara, kebutuhan non-rutin bulanan, misalnya renovasi rumah, dana pendidikan anak setahun ke depan, dana liburan, dana mudik, atau pembayaran pajak bumi dan bangunan.

Meski tidak rutin, kebutuhan dana jangka pendek tersebut masih bisa dijadwalkan. Namun, ada juga kebutuhan jangka pendek yang tidak terjadwal dan bersifat darurat. Misalnya, jika mobil kita mengalami kecelakaan dan kerusakannya tidak ditanggung oleh asuransi. Untuk kebutuhan semacam ini, kita sebaiknya menyiapkan dana darurat yang ditempatkan di wadah terpisah.

Nah, kita setelah mengetahui berbagai jenis kebutuhan jangka pendek kita, kita tinggal menyesuaikannya dengan wadah atau produk yang cocok.
Dari sisi likuiditas, tidak bisa dipungkiri, tabungan merupakan produk yang paling likuid di antara jenis wadah dana jangka pendek lainnya.

Apalagi, hampir semua produk tabungan kini dilengkapi dengan kartu ATM dan fasilitas transaksi elektronik lainnya, seperti internet banking atau mobile banking. Dengan demikian, pemilik rekening tabungan tidak perlu repot mengantri ke petugas teller di kantor bank bersangkutan. Ia cukup pergi ke mesin ATM, membuka koneksi internet, atau pencet tuts telepon selulernya untuk melakukan berbagai transaksi.

Namun, faktor likuiditas yang tinggi ini juga bisa menjadi kelemahan, terutama bagi mereka yang kurang bisa mengontrol pengeluarannya. Selain itu, dari sisi return, bunga tabungan sangat mini. Saat ini berkisar 2% per tahun, bahkan kurang. Jelas, dibandingkan laju inflasi yang hampir 4%, nilai uang Anda sebenarnya akan berkurang jika disimpan di tabungan.

Jadi, tabungan cocok sebagai wadah dana jangka pendek bersifat rutin dan dana darurat. Tapi ingat, rekening dana darurat harus dipisahkan dari tabungan untuk kebutuhan rumah tangga rutin. “Dengan adanya kartu debet maka makin likuid, jadi bisa diambil sewak-waktu,” kata Risza.

Tidak bisa berharap return yang tinggi

Sementara, deposito dan reksadana pasar uang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan di bawah satu tahun yang tidak bersifat rutin bulanan.

Dari sisi likuiditas, reksadana pasar uang memang bisa diambil sewaktu-waktu. Tapi, pencairannya agak repot karena harus mengurus administrasinya dan transfer dananya perlu waktu. Sementara deposito tidak bisa dicairkan sebelum jatuh tempo. Jika nekad, Anda akan menanggung risiko terkena penalti.

Dari sisi keamanan, sepanjang sesuai dengan ketentuan Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS), produk deposito seaman tabungan. Nilai dana Anda tidak akan turun. Berbeda ceritanya jika dana tersebut disimpan di reksadana pasar uang. Nilai dana Anda mungkin saja turun akibat fluktuasi harga efek yang jadi aset dasarnya.

Dari sisi return, deposito dan reksadana pasar uang bisa memberikan return lebih tinggi daripada tabungan. Secara historikal, kedua produk ini menghasilkan return di atas 5% per tahun. Jadi, sedikit di atas tingkat inflasi.

Namun, perencana keuangan dari TGRM Financial Planning Services Taufik Gumulya mengingatkan, investor memang tak bisa mengharapkan return banyak-banyak untuk investasi kurang dari setahun. “Investasi jangka pendek itu bukan untuk spekulasi dan tidak berharap bunga,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini

Terbaru