Bank dituntut sediakan modal bisnis murah

Kamis, 13 Juni 2013 | 10:00 WIB   Reporter: Ruisa Khoiriyah, Christine Novita Nababan

Kartu kredit, sejauh ini, belum menjadi gaya hidup masyarakat Indonesia kendati perbankan semakin agresif memasarkan duit utang plastik itu demi mengeruk cuan dari bunganya yang mahal.

Kesimpulan itu bisa didapatkan dari jumlah kartu kredit yang beredar dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia. Data Bank Indonesia (BI) per April 2013 mencatat, jumlah kartu kredit yang beredar di Indonesia mencapai 14,64 juta kartu. Dalam tiga tahun terakhir, jumlah kartu kredit beredar hanya berkisar 14 juta kartu. Angka itu hanya mencerminkan 0,06% dari total populasi Indonesia.

Namun, jika menilik dari pertumbuhan transaksi, terlihat bahwa orang Indonesia perlahan semakin mengandalkan duit utang tersebut. BI mencatat, per April 2013, total nilai transaksi kartu kredit di Tanah Air mencapai Rp 18,4 triliun. Angka itu tumbuh 16,22% dari angka April 2012 yang senilai Rp 15,83 triliun.

Kebanyakan dari para pengguna kartu kredit di negeri ini memanfaatkannya untuk berbelanja. Total nilai transaksi belanja menggunakan kartu kredit mencapai Rp 18,02 triliun. Sedangkan untuk transaksi tarik tunai, angkanya baru
Rp 385,09 miliar.

Menilik kemudahan proses mendapatkan kartu kredit dan begitu mahalnya bunga yang dipatok bank, duit plastik ini memang lebih cocok menjadi pendukung transaksi ketimbang sebagai tambahan likuiditas modal bisnis.

Trik bank melahirkan kartu kredit yang menyasar pebisnis di mata perencana keuangan,  sekadar gimmick pemasaran. “Seharusnya, bank menawarkan kredit usaha yang ringan bagi para pengusaha, jadi roda ekonomi negeri ini berputar,” cetus Fauziah Arsiyanti dari Fahima Advisory.

Apalagi, bank di Indonesia sejatinya, diharapkan serius menjalankan fungsi intermediasi, alih-alih sekadar mengejar target laba triliunan!           

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Ruisa Khoiriyah

Terbaru