Rahasia Warren Buffett Saat Pasar Saham Anjlok: Jangan Panik, Lakukan Ini!

Rabu, 08 Oktober 2025 | 09:50 WIB
Rahasia Warren Buffett Saat Pasar Saham Anjlok: Jangan Panik, Lakukan Ini!

ILUSTRASI. Rahasia Warren Buffett Saat Pasar Saham Anjlok: Jangan Panik, Lakukan Ini!


Sumber: Investopedia  | Editor: Tiyas Septiana

KONTAN.CO.ID -  Pasar saham kadang ibarat roller coaster: naik tinggi, lalu bisa tiba-tiba anjlok. Investor awam sering kali panik ketika pasar menunjukkan penurunan tajam.

Namun, menurut Warren Buffett, salah satu investor paling dihormati di dunia, justru di saat seperti itulah kesempatan bisa muncul.

Berikut prinsip-prinsip yang dianjurkan Buffett ketika pasar tengah terguncang, sebagaimana dikutip dari Investopedia. 

Baca Juga: Wijaya Karya (WIKA) Kembali Gelar RUPO dan RUPSU Bulan Ini, Simak Jadwalnya

Tetap Tenang dan Hindari Menjual Terburu-buru

Buffett selalu menekankan bahwa investor harus menjaga kepala tetap dingin ketika pasar jatuh. Dia percaya bahwa “the stock market is designed to transfer money from the active to the patient”, pasar dirancang untuk mentransfer uang dari mereka yang aktif (bereaksi cepat) kepada mereka yang sabar. 

Mengapa? Karena menjual aset ketika harga sudah merosot karena kepanikan sering berarti mengunci kerugian. Alih-alih begitu, Buffett menyarankan agar investor menahan diri, melihat harga sebagai gangguan sementara, dan berpikir jangka panjang.

“Be Fearful When Others Are Greedy, and Be Greedy Only When Others Are Fearful”

Salah satu kutipan Buffett yang paling terkenal adalah: “Be fearful when others are greedy and be greedy only when others are fearful.” 

Artinya, ketika pasar ramai dan semua orang antusias membeli (greedy), jadilah hati-hati (fearful). Sebaliknya, saat banyak orang takut menjual (fearful), mungkin saat itulah peluang beli (greedy).

Buffett pernah mengambil langkah ini saat krisis 2008: meskipun banyak orang takut pasar akan runtuh total, ia berani menaruh dana dalam Goldman Sachs lewat kesepakatan obligasi preferen dengan dividen 10% dan saham warrant, yang kemudian menghasilkan keuntungan besar bagi Berkshire Hathaway. 

Baca Juga: Kinerja Timah (TINS) Prospektif Usai Dapat 6 Smelter, Ini Rekomendasi Analis

Fokus pada Fundamental Bisnis

Buffett tidak terlalu tergoda untuk bereaksi terhadap fluktuasi harga jangka pendek. Menurutnya, hal yang benar-benar penting adalah apakah bisnisnya kuat di dasar, apakah produk atau layanan mereka tetap relevan, apakah mereka punya pasar, dan bagaimana prospek jangka panjangnya.

Misalnya, Buffett bertanya: apakah penurunan 30% pada harga saham akan mengubah berapa banyak orang yang akan minum Coca-Cola atau memakai kartu American Express tahun depan?

Jika jawabannya “tidak banyak berubah”, maka nilai fundamentalnya tetap ada, hanya pasar yang bereaksi berlebihan. 

Contoh klasiknya: pada tahun 1973 Buffett membeli saham Washington Post saat pasar sedang lemah, dengan harga jauh di bawah nilai intrinsik yang ia hitung.

Bahkan ketika harga saham itu sempat turun lebih lanjut, Buffett tetap bertahan karena dia yakin bisnisnya punya potensi jangka panjang.

Hasilnya, investasi senilai US$ 10,6 juta kala itu melambung menjadi lebih dari US$ 200 juta pada 1985. 

Jangan Terlalu Berusaha Menebak “Waktu Pasar” (Market Timing)

Menurut Buffett, mencoba memprediksi kapan pasar akan naik atau turun, alias market timing, adalah “fool’s game” (permainan bodoh). Dia lebih memilih strategi tahan lama (buy and hold) dibandingkan berpindah-pindah waktu pasar.

Sebagai contoh, Buffett telah memegang saham Coca-Cola selama puluhan tahun dan juga mempertahankan kepemilikan American Express sejak tahun 1960-an. 

Memang, ada godaan besar ketika berita buruk datang: “Harganya sudah turun, harusnya bisa jatuh lebih dalam?” Tapi Buffett menyarankan agar kita enggan tergoda untuk keluar masuk pasar berdasarkan prediksi semata.

Simpan Cadangan Kas sebagai Peluru Finansial

Kebanyakan penasihat keuangan mendorong agar investor tetap “selalu terinvestasi penuh”. Tapi Buffett melihat kas sebagai “amunisi”, modal yang siap dipakai saat peluang langka muncul. 

Berkshire Hathaway dikenal sering memegang dana tunai besar, bahkan ketika pasar sedang bullish. Ketika orang lain panik dan menjual aset,

Buffett sudah punya dana siap beli. Dalam surat pemegang saham tahun 2010, ia menyebut berkomitmen untuk selalu menjaga paling tidak US$ 10 miliar dalam bentuk kas. 

Tonton: Gubernur Se-Indonesia Geruduk Purbaya Protes Pemotongan TKD 2026

Kesimpulan: Menjadikan Krisis sebagai Kesempatan

Inti filosofi Buffett bisa dirangkum sederhana: jangan biarkan emosi menguasai keputusan investasi. Pasar bisa jatuh, tapi jika Anda tetap tenang, fokus pada fundamental bisnis, dan punya cadangan kas untuk mengambil peluang, krisis bisa jadi momen membeli, bukan menjual.

Dengan kata lain: saat orang lain panik, Anda bisa tetap rasional. Dan saat pasar membaik, Anda sudah berada di posisi yang kuat.

Selanjutnya: Cek Jadwal dan Nominal Pencairan KJP Plus Tahap II Oktober 2025 dari Disdik Jakarta

Menarik Dibaca: Vivo X200 Ultra Tampilkan Kualitas Fotografi Super Keren, Ini Dia Informasinya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Terbaru