Cara mengatur portofolio saham

Rabu, 04 Mei 2016 | 10:00 WIB   Reporter: Harris Hadinata
Cara mengatur portofolio saham


JAKARTA. Anda mungkin pernah mendengar kalimat don’t put your eggs in one basket. Dalam dunia investasi, kalimat tersebut diartikan sebagai: jangan menaruh investasi Anda di satu portofolio. Begitu juga ketika berinvestasi saham.

Di tahun 50-an silam, ekonom asal Amerika Serikat Harry Markowitz mengajarkan menempatkan investasi di beberapa instrumen bisa mengurangi risiko investasi yang bersifat non sistematis. Begitu pula saat berinvestasi saham. “Rata-rata risiko portofolio saat investasi di satu saham adalah sekitar 30% per saham,” kata Lukas Setia Atmaja, Pakar Finansial dari Prasetiya Mulya Business School.

Lalu, apakah dengan menyebar investasi ke sangat banyak saham otomatis risiko non sistematis akan hilang? Ternyata tidak. Menurut Lukas, diversifikasi portofolio tidak akan menghilangkan seluruh risiko non sistematis.

Menurut hasil penelitian Lukas dan mahasiswanya, jumlah saham dalam satu portofolio paling banyak yang bisa mengurangi risiko portofolio adalah 30 saham hingga 40 saham. Lebih dari itu, risiko tetap tidak akan berkurang.

Tapi, tentu saja, bila investor membeli 30 saham hingga 40 saham dalam satu periode, ini akan menyulitkan investor mengontrol portofolionya tersebut. Dari hasil perhitungan Lukas, agar kinerja portofolio investasinya tetap optimal, investor cukup membeli 10 jenis saham berbeda. “Dengan melakukan diversifikasi di 10 saham saja, kita sudah bisa mengurangi risiko portofolio dari sekitar 30% hingga tinggal 10%,” jelas dia.

Tentu saja, agar kinerja portofolio investasi tetap optimal, investor tidak bisa sembarangan memilih saham. Investor tetap harus memperhatikan fundamental saham tersebut, bagaimana prospek perkembangan bisnisnya di masa mendatang dan potensi kenaikan harga sahamnya.

Selain itu, saham-saham yang dipilih masuk ke dalam portofolio juga harus memiliki korelasi yang rendah. “Saham-saham yang masuk portofolio sebaiknya berasal dari sektor-sektor yang berbeda,” terang Lukas. Jadi, ketika ada satu sektor yang mendapat sentimen negatif, sektor lain masih bisa naik.

CEO Janus ID Aakar Abyasa Fidzuno punya pendapat sedikit berbeda. Menurut dia, investor bisa saja memiliki portofolio berisi kurang dari 10 saham. “Dengan jumlah di bawah 10, investor bisa lebih mudah mengawasi kinerja portofolionya,” kata dia.

Lalu, bagaimana cara mengurangi risiko portofolionya? Investor bisa memilih saham blue chips yang kinerjanya kerap positif. Sekadar contoh, saham INDF memberi return 8,07% per tahun dalam lima tahun terakhir. Sedang return BBCA mencapai 13,28% per tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Harris Hadinata

Terbaru