5 Tips jaga keuangan keluarga stabil dengan satu sumber penghasilan

Selasa, 23 Februari 2021 | 15:39 WIB   Penulis: Virdita Ratriani
5 Tips jaga keuangan keluarga stabil dengan satu sumber penghasilan

ILUSTRASI. Tips Kelola Keuangan.


TIPS & TRIK -  Banyak sekali manfaat yang bisa didapatkan ketika suami istri dalam satu rumah tangga sama-sama bekerja. 

Namun, ada beberapa kondisi yang mengharuskan hanya istri atau suami saja yang bekerja. 

Misalnya, karena salah satu pasangan terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) atau istri memutuskan fokus mengurus rumah tangga. 

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan saat mengalami situasi seperti itu agar kondisi keuangan tetap stabil. 

Baca Juga: Bank Bumi Arta (BNBA) pastikan penuhi aturan permodalan sesuai batas waktunya

Tips menjaga kondisi keuangan saat hanya salah satu pasangan bekerja

Dirangkum dari keterangan resmi Lifepal, berikut tips menjaga kondisi keuangan jika hanya salah satu pasangan saja yang bekerja: 

1. Tambah dana darurat

Keluarga dengan single income tentu memiliki risiko finansial yang lebih besar ketimbang dual income. Tidak ada salahnya untuk menambah ketersediaan dana darurat dari yang awalnya 6 kali pengeluaran bulanan menjadi 9 kali. 

Tak hanya itu, penambahan dana daurat juga harus dilakukan dengan pertimbangan risiko profesi si pencari nafkah. Semakin tinggi risiko pekerjaan atau semakin tidak stabil pendapatan si pencari nafkah, makin besar pula dana darurat yang harus disiapkan.

2. Pilih asuransi jiwa yang tepat

Asuransi jiwa wajib dimiliki oleh pencari nafkah. Ketika pencari nafkah tidak lagi mampu bekerja karena sakit, kehilangan fungsi organ tubuh, atau meninggal dunia, maka uang pertanggungan (UP) dari asuransi jiwa akan cair dan bisa digunakan oleh ahli waris untuk hidup.

Untuk memilih asuransi jiwa yang tepat bagi Anda, ketahuilah terlebih dulu kebutuhan UP Anda.

Baca Juga: Baru satu bulan mengarungi tahun 2021, defisit APBN sudah mencapai Rp 45,7 triliun

3. Tinjau ulang kebutuhan asuransi kesehatan untuk keluarga

Jika perusahaan pencari nafkah tidak memberikan asuransi kesehatan maka perlu dipertimbangkan untuk membeli asuransi kesehatan keluarga. Asuransi kesehatan keluarga adalah jenis asuransi yang menanggung lebih dari satu anggota keluarga, mulai dari pasangan, anak-anak, hingga tanggungan lainnya. 

Umumnya asuransi kesehatan keluarga melindungi hingga lima orang anggota keluarga dengan pembayaran hanya satu premi. 

Meski premi yang dibayarkan akan terlihat besar,  besaran premi tersebut tetap tidak semahal jika mendaftarkan anggota keluarga satu per satu dalam asuransi kesehatan individu.

Baca Juga: Kementerian ATR/BPN ungkap kendala pemantauan dan evaluasi tanah masyarakat

4. Atur ulang tujuan investasi Anda dengan menggunakan skala prioritas

Catat ulang tujuan-tujuan investasi Anda baik dalam jangka waktu pendek hingga yang panjang. Investasi untuk ketersediaan dana pendidikan anak, dp hunian, maupun dana pensiun tentu bisa menjadi prioritas utama. 

Sementara itu, segala bentuk keinginan seperti belanja gadget, barang branded, liburan ke luar kota, pembelian kendaraan bermotor, dan lainnya bisa ditunda terlebih dulu, setelah kebutuhan-kebutuhan yang bersifat prioritas terpenuhi. 

Hindari berinvestasi tanpa tujuan finansial yang jelas. Jangan berinvestasi hanya karena iming-iming imbal hasil tinggi. Berinvestasilah di instrumen yang Anda pahami dan gunakanlah uang dingin, bukan uang yang sudah Anda alokasikan untuk kebutuhan-kebutuhan Anda. 

5. Berkomitmenlah untuk jaga kesehatan arus kas 

Peralihan dual income ke single income sama halnya dengan peristiwa berkurangnya pendapatan per bulan. Hal ini tentu mewajibkan Anda untuk menyesuaikan ulang pengeluaran rutin Anda. 

Bila Anda harus memotong pengeluaran, potonglah pengeluaran yang bersifat keinginan bukan kebutuhan atau pengeluaran yang bersifat wajib. Lunasilah utang-utang konsumtif jangka pendek Anda yang berbunga besar, agar beban keuangan menjadi lebih ringan.

Usahakan agar Anda tetap memiliki nilai arus kas bersih (selisih pemasukan dan pengeluaran) minimal setara dengan 10% pemasukan. 

Selanjutnya: Ekonom: Kasus BPJS-TK tidak bisa disamakan dengan kasus Jiwasraya dan Asabri

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 Tampilkan Semua
Editor: Virdita Ratriani

Terbaru