Strategi agar studi di luar negeri berjalan lancar

Senin, 28 September 2015 | 15:21 WIB   Reporter: Sri Sayekti
Strategi agar studi di luar negeri berjalan lancar


Berapa biaya yang harus Anda siapkan jika hendak studi atau menyekolahkan anak ke luar negeri?     

Sebelum bisa dihitung, Anda perlu memperhatikan bahwa negara tujuan, bidang studi yang dipilih, dan kampus yang dipilih akan mempengaruhi besaran uang sekolah. Menurut Ayudhiarini Hapsari, Business Development Manager konsultan pendidikan Edlink+Connex tinggi rendahnya biaya sekolah dan biaya hidup bergantung pada pilihan kota.

Selain itu, juga pilihan universitas, apakah termasuk ranking atas atau tidak, pilihan program studi dan nilai tukar mata uang. ‘‘Bidang studi teknik dan medis akan makan biaya lebih besar dan durasi yang lebih lama sehingga juga mempengaruhi biaya hidup,’’ jelas Ayu.

Nah, guna  memberikan gambaran biaya apa saja yang perlu Anda siapkan, simak ulasan berikut ini.


• Kelas persiapan
Tidak setiap lulusan SMA dari Indonesia bisa langsung masuk ke universitas yang mereka inginkan di luar negeri. Hal ini bergantung pada ketentuan kelas persiapan di negara tujuan.

Menurut konsultan pendidikan Anita Liliana, Direktur Anindo, jika ada kelas persiapan atau biasa disebut Foundation Program maka diperlukan tambahan biaya selama 6 bulan hingga 10 bulan biaya kuliah dan biaya hidup.

Sekedar contoh, di Australia jika belum bisa memenuhi persyaratan minimum akademik untuk bisa kuliah di universitas di Australia maka pelajar perlu mengikuti kelas persiapan atau disebut program pathway. ‘‘Total biaya persiapan mulai dari AUD 20.000,’’ jelas Ayu.

Negara yang mensyaratkan kelas persiapan adalah Australia, New Zealand, Kanada, Amerika, Inggris, Belanda, Singapura dan Malaysia.


• Standar bahasa
Tidak semua negara menggunakan pengantar kuliah atau sekolah berbahasa Inggris. Salah satu negara yang mensyaratkan penguasaan bahasa  setempat adalah Jerman. Meski pengantar pada tahun-tahun pertama kuliah adalah Bahasa Inggris, namun menjelang akhir studi, kuliah disampaikan dalam Bahasa Jerman. Jadi, pelajar atau mahasiswa harus menguasai Bahasa Jerman.

Hal ini dialami oleh Ananda Chiesa,  yang Maret 2015 mulai sekolah bahasa di Jerman. Prasasti Wijayanti, ibu Ananda, mengatakan biaya sekolah bahasa di Jerman EUR 500 per bulan dengan jadwal sekolah dari Senin–Sabtu 5 jam/hari.

Setelah setahun belajar bahasa, barulah Ananda yang kini tinggal di Dusseldorf, Jerman bisa memasuki universitas. Sedang biaya tempat tinggal dan internet sebesar EUR 500/bulan. ‘‘Setiap tiga bulan saya mengirim EUR 3000,’’ ujar Prasasti yang biasa disapa Sasti ini. Untuk biaya sehari-hari, Sasti telah membuka rekening di Deutsche Bank dengan penarikanATM maksimal EUR 700–800/bulan. ‘‘Untuk transportasi, anak saya membeli kartu seharga EUR 50 yang bisa dipakai sebulan,’’ jelas Sasti.


• Tempat tinggal
Pilihan tempat tinggal sangat menentukan besaran biaya hidup selama di luar negeri.  Berbagi ruang dengan rekan adalah salah satu cara menghemat biaya tempat tinggal, baik apartemen maupun rumah.

Namun, negara seperti Australia mengatur bahwa anak yang usianya di bawah 19 tahun, tidak diizinkan menyewa apartemen atau rumah. Hal ini dialami oleh Jelycia Tatuil Gosal, putri pertama dari Janet Tatuil yang kuliah Akuntansi di Curtin Sidney. ‘‘Jadi, harus tinggal dengan orangtua asuh dan memilih mau dengan orang Indonesia atau asli sana,’’ jelas Janet.

Agar makin mahir berbahasa Inggris, maka Jelycia memilih tinggal dengan orangtua asuh dari Australia. ‘‘Biaya tinggal dengan orang tua asuh AUD 1250/bulan, sudah termasuk makan dua kali dan laundry,’’ ujar Janet. Setelah tiga bulan, Jelycia pindah ke apartemen.  

 

• Jangan mengulang
Agar studi di luar negeri berjalan lancar, upayakan Anda atau anak Anda mampu memenuhi standar nilai minimal. Sebab, jika tidak lulus satu mata kuliah, biaya mengulang dihitung per mata kuliah. ‘‘Lumayan biayanya kalau sampai mengulang, yaitu AUD 2500 per mata kuliah,’’ jelas Janet.

 

• Menu Indonesia
Anda tak perlu khawatir terhadap selera makan. Kendati hidup di manca negara, umumnya lidah orang Indonesia tetap bisa terpuaskan dengan menu-menu Indonesia. Maklumlah, biasanya banyak kedai Indonesia atau menu Asia.

Bahkan orangtua asuh di Australia pun mau menyajikan menu rawon agar anak asuhnya betah. ‘‘Kalau sekarang anak saya katering rantangan  dengan orang Indonesia di sana, biayanya AUD 50/minggu untuk dua kali makan,’’ ujar Janet.

Nah, selamat berhitung dan memilih negara dan kampus yang hendak dituju.    

Editor: Tri Adi

Terbaru