Mengontrol pengeluaran dengan uang elektronik (selesai)

Kamis, 05 Januari 2012 | 11:00 WIB   Reporter: Anastasia Lilin Y
Mengontrol pengeluaran dengan uang elektronik (selesai)


JAKARTA. Beragam fitur ditawarkan para penerbit uang elektronik. Brizzi, misalnya, bisa diisi ulang tanpa mengharuskan si pemilik menjadi nasabah BRI. Pengguna harus bijak memilih kartu e-money agar manfaat penggunaan uang elektronik bisa maksimal.

Namun, di samping kelebihan, electronic money (e-Money) pun tak terlepas dari kekurangan. Oleh karenanya, perlu sikap bijak untuk memanfaatkan alat pembayaran ini. Tujuannya tentu agar pengguna bisa mendapatkan manfaat e-money secara maksimal. Berikut ini tip memanfaatkan e-money yang diungkapkan oleh perencana keuangan independen dari Tatadana Consulting, Tejasari dan Zelts Consulting, Dwita Ariani.

Alokasikan dana mingguan

Tejasari atau yang akrab disapa Teja mengatakan, sebaiknya Anda menyesuaikan dana yang ditempatkan pada e-money dengan alokasi dana mingguan. Waktu mingguan dinilai Teja tepat karena cukup efisien tapi relatif aman. “Kalau dialokasikan bulanan maka kemungkinan terpakai melebihi jatah lebih besar dan risiko kerugian juga besar jika kartu hilang,” bebernya.
Teja memberikan contoh, untuk alokasi biaya bensin. Dengan asumsi biaya bensin sebulan Rp 1 juta, maka tiap minggu pengguna harus melakukan top up (pengisian) uang pada e-money sebesar Rp 250.000. Intinya soal pengisian mingguan ini mengacu pada asumsi total pengeluaran untuk sebuah kebutuhan dalam satu bulan.
Pada praktiknya, jika pengeluaran sudah melebihi perkiraan dari yang dianggarkan padahal jatah top up masih lama, pengguna bisa mengerem pembelanjaan. Dari sini, fungsi e-money sebagai alat kontrol pengeluaran dan alat pembayaran bisa berjalan secara berbarengan.

Pilih sesuai kebutuhan

Dwita mengatakan, tujuan awal penggunaan e-money memang mengejar kepraktisan. Namun sebaiknya pengguna memilih kartu e-money yang memang sesuai dengan kebutuhan, mengingat ada banyak kartu e-money yang beredar di pasaran dan menawarkan fasilitas pembayaran yang kadang tak sama. Dengan kata lain, belum ada kartu e-money yang bisa memenuhi semua kebutuhan.
Nah, jika tak bisa mendekap semua fungsi yang ditawarkan beragam kartu ?e-money tersebut, maka perlu ada prioritas. Misalnya saja, bagi seseorang yang kerap melakukan perjalanan rutin melewati jalan tol, Dwita menyarankan agar orang tersebut memilih e-money yang menawarkan fungsi ini.
Teja sependapat. Menurut dia, semisal seseorang memiliki lebih dari satu bank dan masing-masing bank memiliki e-money, dia tidak menyarankan orang tersebut memanfaatkan seluruh e-money dari setiap bank tempat dia menyimpan dana.

Perhatikan penyimpanan

Sesuai dengan namanya, yakni uang elektronik, maka demikianlah fungsi e-money. Berbeda dengan kartu kredit atau debet, e-money tak memerlukan konfirmasi data atau personal identification number (PIN) ketika akan digunakan sebagai alat pembayaran. Bahkan, kartu bisa dipindahtangankan dan bisa dipakai siapa pun selama saldo masih mencukupi.
Di sisi lain, sifat e-money yang terlampau praktis itu membahayakan. Kalau e-money sampai hilang, bukan tak mungkin saldo di dalamnya ludes. Pada kenyataannya, e-money dengan nilai top up maksimal Rp 1 juta tak masuk inventori bank, sebagai salah satu lembaga yang mengeluarkan produk ini. Artinya, pencuri atau pengguna nakal kartu e-money juga tak bisa dilacak. Oleh karenanya, Dwita dan Teja menyarankan agar pengguna selalu hati-hati menyimpan kartu e-money.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini

Terbaru