Kesenangan tetap jalan, kocek tidak berantakan

Senin, 09 Maret 2015 | 12:43 WIB   Reporter: Maria Elga Ratri, Ruisa Khoiriyah
Kesenangan tetap jalan, kocek tidak berantakan

ILUSTRASI. Pelaku usaha menyebutkan sampai saat ini belum ada lagi investasi baru untuk smelter bauksit. ANTARA FOTO/HO/Panji/ama/16


Kesibukan mengejar karier, berkeluarga, dan memenuhi beragam tuntutan serta peran dalam berbagai lini kehidupan tidak jarang menjebak seseorang dalam kondisi stres dan penat. Banyak cara ditempuh seseorang agar kepenatan dan stres hilang.

Salah satu yang lazim menjadi katarsis atau pelepas stres seseorang adalah dengan melakukan hobi atau kegemaran di waktu senggang. Selain menjadi pelepas stres, hobi juga sering dimafhumi sebagai penanda status atau gaya hidup. Maklum, ongkos hobi seringkali menguras isi kantong.

Tengok saja pengalaman Pu-tra Djohan, fotografer dan co-founder Aloke Pictures. Sejak empat tahun belakangan, Putra gemar mengoleksi jam tangan Casio G-shock. Harga koleksi Putra yang saat ini sudah mencapai 40-an buah itu antara Rp 1 juta hingga Rp 10 juta. Bahkan, ada satu koleksi dia yang senilai satu unit mobil.

Hobi mengoleksi benda unik juga dijalani oleh Fetty Kwartati, Corporate Secretary PT Mitra Adiperkasa Tbk. Setelah sebelumnya mengoleksi tas-tas branded, kini Fetty tengah getol mengoleksi kain Nusantara, yaitu batik, tenun, dan songket, terutama kain kuno atau lawasan. Koleksi Fetty sudah ratusan kain dengan rentang harga ratusan ribu hingga ratusan juta rupiah. Umur kain koleksi dia ada yang sudah ratusan tahun. “Mimpi saya adalah memiliki galeri kain sendiri, suatu saat nanti,” ceritanya.

Membiayai hobi
Fetty mengaku tidak menyiapkan anggaran khusus untuk membiayai hobinya yang terbilang mahal tersebut. Ketika datang tawaran kain yang tengah dia incar, Fetty tak segan langsung membeli.  Maklum, barang incarannya termasuk barang langka sehingga anggarannya juga tidak dia rutinkan.

Walau begitu, Fetty tidak pernah merasa kesulitan finansial gara-gara berburu kain. “Hobi tidak lebih prioritas dari kebutuhan pokok, jadi tidak boleh menyusahkan,” ujarnya.
Sedang Putra mengaku menyisihkan sebagian pendapatannya untuk kebutuhan hobi, walau penyisihan dana tersebut tidak rutin. “Jumlah yang saya sisihkan juga tidak  banyak dan nilainya selalu kurang untuk membeli koleksi,” ungkap dia.

Maka itu, dia juga kerap bersiasat memakai dana yang dialokasikan untuk penambahan alat fotografi. Pertimbangan Putra, ketika kelak membutuhkan dana pembelian alat fotografi, dia akan menjual jam koleksi. “Kecuali ada yang benar-benar langka, saya agak memaksakan diri. Misalnya, gesek kartu kredit,” cerita dia sambil tertawa.

Maklum, menurut Putra, pasar sekunder jam Casio G-shock cukup likuid. “Ada koleksi yang saya beli Rp 1,5 juta, sekarang sudah ditawar Rp 6 juta namun tidak saya lepas,” kata dia.
Rata-rata koleksi jamnya saat ini harganya sudah naik Rp 1 juta hingga Rp 1,5 juta per buah. Karena hobinya cukup menguntungkan, meski menyedot banyak dana atau modal, Putra mengaku jadi semakin keranjingan mengoleksi.

Menyiapkan anggaran khusus untuk membiayai hobi juga ditempuh oleh Rony Rahardian, pemilik ONX Studio, yang hobi mengoleksi die cast, motor gede, dan sepatu.
Rony sengaja menyisihkan dana untuk hobi dari pendapatan dia sebagai seniman dan pemilik rumah desain. Namun, nominal dana yang dia sisihkan untuk membiayai hobi tersebut tidak tentu. “Tapi, saat mendapat komisi, sepenuhnya saya pakai untuk hobi,” cerita Rony.

Rony kini mengoleksi 2 motor Harley Davidson, 3 vespa, 30-an buah sepatu Nike, dan die cast. Rony bilang, selain harga koleksi yang relatif menguras kantong, hobi dia mengutak-atik motor atawa modifikasi juga makan banyak biaya. “Tapi, customizing paling setahun sekali dan habis biaya paling-paling Rp 10 juta,” katanya.

Kebanyakan para kolektor ini juga percaya, barang koleksinya bernilai investasi alias bisa meningkat di masa depan. Maka itu, mereka tidak terlalu mempersoalkan harga barang koleksi yang kadangkala cukup menguras kocek.

Jangan ganggu kocek
Hobi, dalam kamus perencanaan keuangan, termasuk kebutuhan tersier. Maka itu, untuk membiayai hobi, menurut para perencana keuangan, harus selalu disesuaikan dengan gaya hidup dan kemampuan finansial seseorang. “Jangan sampai hobi yang niatnya sebagai pelepas stres malah bikin kita semakin stres,” kata Sari Insaniwati, perencana keuangan Mitra Rencana Edukasi.

Nah, bagaimana strategi yang tepat agar kesenangan kita atas hobi tidak sampai menganggu kesehatan kocek? Simak sharing dari penghobi dan saran perencana keuangan:
Amankan yang dasar
Menjalani hobi yang menyedot biaya sah-sah saja, namun pastikan kebutuhan dasar Anda dan keluarga sudah terpenuhi. Jangan sampai yang terjadi, hobi traveling ke mancanegara namun rumah masih menyewa. Atau, hobi mengoleksi barang mewah tapi utang kartu kredit menumpuk.

Dalam keuangan yang sehat, selain kebutuhan dasar, Anda perlu juga memastikan dana darurat keluarga sudah tersedia. Begitu juga kebutuhan proteksi, seperti asuransi jiwa dan asuransi kesehatan, dan beban utang yang tidak melebihi 30% penghasilan. “Penuhi dulu yang dasar, kalau ada dana lebih bisa Anda digunakan untuk hobi,” ujar Sari.

Siapkan anggaran
Dalam anggaran rumahtangga, bujet untuk hobi masuk pos pengeluaran pribadi. Dalam pos tersebut juga ada anggaran pembelian baju, kebutuhan kecantikan atau olahraga, gagdet, dan lain-lain. “Maksimal pos pengeluaran pribadi adalah 20% dari penghasilan, Anda bisa anggarkan setengahnya untuk membiayai hobi,” kata Sari.

Pengalaman Ronny, dia bersepakat dengan istrinya bahwa dana untuk hobi ini masuk ke biaya tak terduga. “Setiap ada penghasilan, 50% saya alokasikan untuk bisnis dan 50% untuk kebutuhan rumahtangga dan biaya tak terduga,” kata dia.

Pandji Harsanto, perencana keuangan OneShildt Financial Planning, berujar, anggaran ideal untuk membiayai hobi seyogyanya tidak melebihi 10% dari penghasilan. “Ingat, masih ada kebutuhan lain yang harus kita siapkan dananya, seperti kebutuhan sosial, tabungan atau investasi, juga kebutuhan rutin rumahtangga,” jelasnya.

Sifat hobi memang tidak rutin. Maka itu, menurut Pandji, Anda tak perlu segan membuat rekening khusus untuk membiayai hobi alias rekening hura-hura. Sumber dananya bisa dari penyisihan penghasilan, pendapatan komisi atau dari penghasilan bonus tahunan. “Silakan menghabiskan rekening khusus untuk hobi, namun kalau masih kurang, jangan ambil dananya dari rekening lain, apalagi sampai mengambil dana darurat,” tegas Pandji.

Buat batas sendiri
Kesenangan adalah urusan rasa. Sedangkan, pengaturan kocek agar tetap sehat merupakan wilayah rasionalitas. Agar tak membabi buta, Anda bisa meniru langkah Fetty membiayai hobi mahal mengoleksi kain kuno. “Saya selalu menganalisa secara rasional sebelum membeli kain dan sedapat mungkin membuat batasan maksimal dana belanja kain setiap bulan,” ujar dia, tanpa menyebutkan limit anggaran belanja kain.

Apabila sudah mencapai limit, Fetty mengaku langsung berhenti belanja dan mengalihkan perhatian pada hal lain.

Jangan lirik utang!
Hobi penting agar jiwa tetap sehat di tengah berbagai tekanan dan tuntutan hidup. Namun, usahakan tidak membabi buta dalam memenuhi hasrat berhobi. Misalnya, membiayai hobi dengan dana utang, seperti kartu kredit. Cara itu terlalu riskan dan bisa membahayakan kesehatan kocek Anda.
Ronny berujar, hobi tetaplah hobi, yang bukan kebutuhan pokok. Dus, ketika tidak memiliki dana cukup untuk membeli, dia juga tidak memaksakan diri. “Misalnya kelak harus saya jual, ya, lepas saja,” jelasnya.

Kapitalisasi saja
Hobi penting untuk kesehatan jiwa. Agar tidak memberatkan kocek, mengapa tidak mengapitalisasikan kesenangan? “Banyak cerita pebisnis yang bermula dari hobi, kan?” kata Sari.
Sebagai contoh, bila menggemari traveling, Anda bisa mendulang duit dari kisah perjalanan Anda ke majalah travel atau mengirim foto-foto ke media pariwisata. Kolektor barang mewah, seperti tas branded, juga bisa menyewakan sebagian koleksinya ke para peminat.

Anda cukup beruntung apabila memiliki hobi pada barang yang punya nilai jual tinggi. Seperti Putra dengan koleksi Casio G-shock yang memiliki banyak peminat. “Tahun lalu, harga Casio G-shock naik 20%,” ujar dia. Begitu juga koleksi kain kuno seperti Fetty, yang memiliki nilai jual tinggi karena kelangkaan dan nilai vintage.

Hobi lain, seperti hiking atau berkendara motor gede, juga bisa membantu Anda memperluas jejaring. Misalnya, hobi mengoprek motor gede hingga Anda cukup ahli memodifikasi kendaraan. Anda bisa mengomersialkan itu dengan memodifikasi kendaraan orang lain atau kawan sekomunitas.

Ingat asuransi
Apabila hobi Anda mengoleksi barang berharga mahal, ada baiknya Anda mengasuransikan koleksi tersebut agar risiko kerugian bisa ditekan. Anda bisa mendapat ganti rugi jika ada kejadian pahit seperti dialami Putra, yang kehilangan koleksi jam, kamera dan lensa, akibat rumah dia dibobol maling. Bila dirasa perlu, membeli asuransi atau menyimpan koleksi di safe deposit bank bisa Anda pertimbangkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Edy Can

Terbaru