3. Tentukan waktu pemenuhan biaya
Tahapan selanjutnya adalah menentukan kapan semua kebutuhan biaya untuk pendidikan anak di luar negeri itu harus dipenuhi. Mempersiapkan biaya harus dilakukan dari jauh-jauh hari.
Masa persiapan dana pendidikan anak biasanya berkisar 18-20 tahun. Nah, rencana menabung untuk biaya pendidikan anak di luar negeri bisa dimulai orangtua sejak si anak baru berumur satu hari. Masa menabungnya sekitar 18 hingga 20 tahun, ketika anak siap kuliah.
4. Hitung dana yang harus disisihkan
Setelah total biaya diketahui dan target waktunya telah ditentukan, kita tinggal menghitung total biaya yang dibutuhkan anak kita kelak. Tentu saja, untuk menentukan total biaya kelak, kita harus menghitung proyeksi inflasi tahunan di negara tujuan.
Khusus untuk biaya uang pangkal dan semesteran, kalkulasi harus memperhitungkan tingkat kenaikan biaya pendidikan per tahun alias inflasi biaya pendidikan di sekolah atau universitas tujuan. Biasanya inflasi pendidikan lebih tinggi dari inflasi ekonomi.
Baca Juga: Perlukah Ikut Program Dana Pensiun di Luar Kantor? Ini Jawabannya
Inflasi biaya pendidikan di negara maju berkisar 5%-7% per tahun. Untunglah, di negara-negara maju, informasi semacam ini cukup mudah diperoleh dengan cara menanyakannya ke universitas bersangkutan via email. Alhasil, kita akan bisa memperkirakan dana yang harus disisihkan per tahun atau per bulan.
Perlu dilakukan pemantauan yang cukup terhadap tingkat inflasi pendidikan maupun inflasi biaya hidup di negara tujuan pendidikan.
Ada satu hal lagi, yang kerap terlupakan. Orangtua juga harus memproyeksikan depresiasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang di negara yang menjadi tujuan pendidikan anak kelak. Ini terutama bila kita memutuskan menyiapkan dana pendidikan dalam rupiah. Jangan heran, 10 tahun lagi mungkin satu dollar AS Rp 20.000.
5. Tentukan instrumen investasinya
Jika menentukan nilai dana yang mesti disisihkan tiap bulan hanya dengan membagi proyeksi total dana pendidikan kelak, tentu, dana itu akan sangat membebani kocek. Dus, kita membutuhkan instrumen investasi untuk mencapai target itu. Pilihannya bisa reksadana, saham, emas, atau properti.
Kita juga perlu menimbang apakah apakah akan berinvestasi dalam mata uang negara tujuan pendidikan atau dalam rupiah.
Baca Juga: Beasiswa Unggulan 2021 dari Kemendikbudristek sudah dibuka, ini infonya
Saat ini berinvestasi dalam rupiah jauh lebih menguntungkan ketimbang imbal hasil investasi di negara maju. Contoh, instrumen saham. Secara historis, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa memberikan return 25% per tahun. Ini masih lebih baik dibanding berinvestasi dalam dollar AS.
Keuntungan itu juga masih bisa menutup risiko pelemahan rupiah terhadap dollar AS. Jangan lupa, investasi itu perlu dilindungi dengan asuransi jiwa. Jadi, ketika orangtua meninggal dunia dalam masa mempersiapkan dana pendidikan anak, anak tetap akan mendapat pendidikan seperti yang diinginkan.
Selanjutnya: Yuk, Investasi Pendidikan Anak Lewat OVO
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News