Memiliki Tujuan Investasi yang Jelas Disebut Bisa Menangkal Investasi Bodong

Rabu, 29 Juni 2022 | 16:17 WIB   Reporter: Tendi Mahadi
Memiliki Tujuan Investasi yang Jelas Disebut Bisa Menangkal Investasi Bodong

ILUSTRASI. Cover HL: ilustrasi menaruh uang untuk investasi. KONTAN/Baihaki/24/11/2016


“Di Asiantrust Asset Management kami selalu menyarankan pendekatan goal based investment kepada para nasabah, sebenarnya tidak masalah apakah nasabah membeli reksadana A, B, C, atau saham perbankan, pertambangan, telekomunikasi atau yang lainnya. Sebenarnya tidak masalah selama tujuan dan jangka waktu investasinya jelas. Misalnya apabila dalam 5 tahun kita ingin mempersiapkan pernikahan maka kita akan merancang portofolio produknya, aset apa yang akan kita beli dan bagaimana porsi masing-masingnya sekarang sehingga tujuan investasi dapat tercapai seoptimal mungkin dengan tingkat risiko yang terukur pula,” ucapnya.

Asiantrust Asset Management selaku manajer investasi, menurutnya selalu memberikan informasi dan edukasi terkait kepada para nasabahnya. Hal itu merupakan kewajiban fiduciary kepada para nasabah bahwa portfolio mereka dikelola secara transparan dan akuntabel.

“Selain dari goal based investing, manajer investasi harus juga terbuka kepada investor, apa saja isi portofolio dan mengapa kita memilih aset tersebut, banyak konten yang kita berikan kepada investor ketika contoh memilih saham pertambangan lalu saham tersebut turun maka hal ini akan kita jelaskan kepada nasabah apa pandangan kita mengenai hal tersebut. Jika nasabah akhirnya berbeda pendapat dan tidak percaya dengan pandangan kami, ya tidak apa-apa, tetapi itu merupakan kewajiban kami untuk menjelaskan portofolio, karena pada akhirnya portofolio itu adalah dana investor, jadi kita harus memberikan informasi sedetail mungkin,” paparnya. 

Juga terkait risiko. Menurutnya calon investor juga harus menyadari bahwa dalam investasi selalu ada risiko. Agar tidak terjebak dalam investasi bodong, ia menyarankan agar menimbang return yang normal dari produk investasi yang ditawarkan.

“Sederhananya itu begini, untuk investasi yang risikonya tinggi ya return-nya tinggi dan yang risikonya rendah ya rendah juga return-nya, nah sekarang pertanyaannya persentase return yang normal itu seperti apa? Hal ini bisa dilihat dari return rata-rata jangka panjang pasar saham Indonesia. Saham dengan return di atas itu, tentu risikonya juga lebih besar. Dapat juga dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi, misalnya bentuk investasi yang di atas itu, tentu memiliki risiko yang lebih tinggi pula,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi

Terbaru