Meski bunga lunak, bukan modal berburu diskon

Senin, 23 Januari 2012 | 11:00 WIB   Reporter: Anastasia Lilin Y
Meski bunga lunak, bukan modal berburu diskon

ILUSTRASI. Harga terbaru sepeda Polygon ZETA 2 Rp 7 juta, pas buat pecinta mini velo


JAKARTA. Harapan Toni – sebut saja begitu – untuk membuka usaha sampingan di kampung halaman sebentar lagi bakal terwujud. Pekan depan, pinjaman Rp 4 juta yang dia ajukan ke kantor akan cair. Nah, duit itu hendak dia pakai membuka bisnis yang akan dijalankan saudara di kampung.

Toni wajib melunasi pinjaman tersebut sampai 12 kali cicilan bulanan alias setahun. Karena pinjaman tersebut tanpa bunga, berarti saban bulan - mulai bulan depan - gajinya kena potong Rp 333.333,33 per bulan. Jika ingin cepat lunas, tenor cicilan pun bisa dipersingkat. Ini merupakan pinjaman ke kantor Toni yang pertama, setelah lebih dari dua tahun bekerja di sebuah perusahaan swasta tempat bekerja.

“Syaratnya ternyata mudah,” kata Toni menuturkan alasannya memilih pendanaan hutang dari kantor. Namun, Toni mengakui bahwa pinjaman yang bisa diberikan kantornya tidak besar karena maksimal cuma dua kali gaji pokok yang dia dapat.

Utang seringan ini tentu tidak mungkin dia dapatkan jika meminjam di lembaga keuangan seperti bank. Lihat saja, beragam tawaran kredit tanpa agunan (KTA) dari bank memasang bunga rata-rata 20% per tahun. Taruh kata Toni mencairkan KTA dengan nilai yang sama, maka dia harus mengembalikan pokok pinjaman plus bunga sebesar Rp 4,8 juta. Dengan kata lain, per bulan dia harus menyetor duit Rp 400.000 alias selisih Rp 66.666,67 dibandingkan dengan cicilan ke kantor. Selisih yang lumayan, bukan?

Fasilitas pinjaman dari kantor seperti ini tergolong pinjaman lunak. Bukan hanya pinjaman tanpa bunga yang masuk golongan ini, melainkan seluruh pinjaman yang memungut bunga di bawah bunga pasar yang berlaku di bank, multifinance, atau lembaga keuangan lain.

Sekadar informasi, pengertian pinjaman lunak dalam kamus BI setidaknya mengandung tiga kriteria, yakni syarat pelunasan yang ringan, tingkat suku bunga yang rendah, serta waktu pelunasan yang panjang. Definisi BI tersebut lebih tertuju bagi pinjaman dari lembaga keuangan dunia kepada negara-negara berkembang dengan pendapatan per kapita rendah.

Perencana keuangan dari MRE Financial Business & Advisory Lili Pratiwi mengatakan, pinjaman di luar skema konvensional yang dikeluarkan oleh bank dan mulfinance, memang biasanya memungut bunga ringan. Namun pinjaman tersebut tidak berlaku untuk umum, karena biasanya hanya bisa dimanfaatkan oleh karyawan kantor yang bersangkutan atau anggota asosiasi.

Selain tingkat bunga yang lebih rendah, persyaratan yang diminta biasanya lebih mudah dipenuhi. Prosedur pengajuan pinjaman pun lebih singkat. Bukan hanya itu, Tejasari, perencana keuangan dari Tatadana Consulting, menambahkan bahwa biasanya pinjaman lunak juga tidak menuntut agunan alias jaminan kredit. “Ada beberapa pinjaman lunak yang memberikan tenor pelunasan lebih panjang dari pinjaman yang berlaku umum,” ujar dia.

Kekurangan pinjaman lunak

Meskipun pinjaman lunak memiliki banyak kelebihan, tapi bukan berarti pinjaman ini tak memiliki cela. Lili mengatakan bahwa terbatasnya dana yang bisa dipinjam menjadi kendala besar bagi calon peminjam. Ini memang wajar karena perusahaan atau asosiasi memang tidak fokus pada aktivitas utang piutang.

Pinjaman lunak yang bisa diajukan tersebut tak lebih sebagai fasilitas yang bertujuan membantu karyawan atau anggota organisasi. Di sisi lain, perusahaan atau asosiasi juga harus menghitung berapa dana yang bisa dipinjamkan kepada karyawan atau anggota.

Kekurangan lain dari pinjaman lunak, lanjut Lili, adalah perihal kerahasiaan yang tak bisa dijamin. Jika ditanya jujur, siapa, sih, yang senang borok keuangannya terkuak? Begitu juga jika seseorang harus berutang. Kebanyakan orang memilih menyimpan “rahasia” bahwa dia berutang.

“Sementara, jika menggunakan pinjaman lunak ini, anggota atau karyawan yang lain bisa mengetahui Anda punya pinjaman,” beber Lili.
Tejasari menyoroti kekurangan lain pinjaman lunak seperti ini, yaitu perihal minusnya asuransi jiwa.

Pinjaman lunak yang dikeluarkan oleh kantor atau asosiasi biasanya tak dibalut asuransi jiwa yang biasanya sudah menyertai produk kredit bank atau multifinance. Kalau tidak ada kejadian buruk yang menimpa peminjam, sih, tidak apa-apa. Tapi, kalau ada peristiwa buruk terjadi, balutan asuransi jiwa ini menjadi penting. Utang para debitur bank yang meninggal, misalnya, biasanya dilunasi oleh asuransi, bukan keluarga atau ahli waris.

Nah, setelah memahami karakter pinjaman lunak termasuk mengetahui kekurangannya, apa yang bisa dilakukan oleh orang yang ingin memanfaatkan pinjaman ini? Ada baiknya wejangan dari para perencana keuangan berikut Anda simak.

Untuk tujuan produktif

Alasan seseorang berutang beragam. Namun, jika melihat segala macam keterbatasan yang menyertai, menurut Lili pinjaman lunak lebih cocok digunakan untuk mendanai kebutuhan mendesak seperti membayar biaya rumah sakit. Jika bunganya benar-benar mini, modal usaha berskala kecil juga bisa disokong dari sini.

Perencana keuangan dari Fahima Advisory, Fauziah Arsiyanti atau yang akrab disapa Zizi, sepakat soal penggunaan dana hasil pinjaman lunak ini. Jangan mentang-mentang tanpa bunga, Anda seenak perut memakainya untuk memenuhi hasrat konsumtif, seperti membeli mobil, perhiasan mewah, atau liburan. Zizi tak memasukkan rumah sebagai barang konsumtif. “Rumah dihitung sebagai aset,” katanya.

Setali tiga uang, Tejasari menandaskan, kalau pinjaman lunak dipakai untuk membiayai kegiatan produktif, baru benar-benar layak dipertimbangkan. Sebab, di satu sisi Anda tak terbebani bunga mahal, tapi di sisi lain Anda bisa menghasilkan keuntungan bermodal dana pinjaman tersebut.

Bukan memodali investasi berisiko

Sebagian orang berani menggunakan dana pinjaman lunak untuk berinvestasi portofolio, misalnya membeli saham. Sebaiknya Anda tidak gegabah untuk mengekor mereka. Ingat, semua investasi mengandung risiko. Jika investasi Anda jeblok, maka bunga ringan atau nol persen dari pinjaman lunak yang dipakai untuk memodali investasi pun percuma.

Jika merasa sayang fasilitas kantor atau organisasi ini tak dimanfaatkan, boleh saja Anda menggunakan pinjaman lunak untuk “investasi” tanpa risiko. Misalnya, Anda mencairkan pinjaman lunak lalu Anda depositokan. Tentu saja kalau bendahara kantor atau bos tak melarang tujuan seperti itu. Namun, tentu saja Anda tetap harus menimbang rasio cicilan terhadap gaji.

Jangan melebihi plafon cicilan

Hal pertama yang harus Anda lakukan ketika akan mengajukan pinjaman jenis apa pun adalah mengukur seberapa sehat kondisi keuangan pribadi atau keluarga. Tak terkecuali ketika dia hendak mengajukan pinjaman lunak.

Dalam rumusan para perencana keuangan, maksimal cicilan utang saban bulan yang bisa ditoleransi adalah 30% dari total pendapatan per bulan. Jadi taruh kata pendapatan seseorang dalam sebulan Rp 6 juta, berarti saban bulan maksimal total cicilan utang yang bisa dia bayarkan adalah Rp 2 juta.

Jika setelah dihitung cicilan lebih dari Rp 2 juta, sebaiknya Anda mengurungkan rencana berutang tersebut, tak peduli utang tersebut berbunga ringan atau bahkan 0% sekalipun.

Porsi pinjaman lunak lebih besar

Berapa besar porsi pinjaman lunak dan pinjaman komersial dalam sebuah keluarga? Memang tak ada patokan yang tegas. Namun para perencana keuangan sepakat bahwa semakin besar pinjaman lunak di banding pinjaman komersial, tentu beban keuangan Anda menjadi lebih ringan.

Tentu akan lebih baik lagi, kalau Anda tak memiliki tanggungan utang komersial. Dan akan semakin sehat lagi kalau Anda tak punya utang apapun kepada siapa pun. Selamat bijak memanfaatkan pinjaman!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini

Terbaru