Mengincar cuan dari emas yang semakin kusam

Selasa, 20 Januari 2015 | 15:13 WIB   Reporter: Agung Jatmiko, Ruisa Khoiriyah
Mengincar cuan dari emas yang semakin kusam

ILUSTRASI. Teknologi terbaru memang penting, tetapi dalam berbisnis pahami konsumen jauh lebih penting


Sinyal kebangkitan perekonomian negeri Uwak Sam kian kuat, jelang tutup tahun 2014. Purchasing Manager Index (PMI) Manufaktur versi Institute for Supply Management (ISM) per November 2014 negeri adidaya itu tercatat sebesar 58,7. Angka ini melampaui ekspektasi para pelaku pasar.

Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) tahun ini diperkirakan mendekati 4%. Kabar-kabar tersebut semakin menebalkan keyakinan pasar tentang percepatan kenaikan bunga The Federal Reserves, bank sentral AS, tahun depan.

Bila semula konsensus di pasar masih meyakini kebijakan itu baru akan terjadi pada pertengahan tahun, maka kini spekulasinya semakin maju dan mengarah ke kuartal awal tahun depan. "Bunga The Fed diprediksi akan naik dari posisi saat ini di kisaran 0%–0,25% menjadi 1%–1,25%," ujar Ibrahim, analis dan Direktur Equilibrium Komoditi Berjangka.

Buntutnya, dollar AS langsung melambung. Keperkasaan the greenback terhadap hampir semua mata uang di dunia bukan hanya kabar buruk bagi neraca impor negara-negara counterpart dollar AS. Penguatan mata uang utama dunia itu semakin menyudutkan nasib emas.

Logam mulia berwarna kuning itu kian terpuruk. Membuka tahun 2014 pada harga US$ 1.228,6 per troy ounce, harga emas berjangka di Commodity Exchange  (Commex) New York, tak mampu lebih tinggi.

Bahkan, jelang akhir tahun, harga emas di pasar spot sempat terperosok hingga ke posisi US$ 1.142,6 per troy ounce, harga terendah setidaknya dalam 6 tahun terakhir.
Praktis, harga emas di pasar global hanya bergerak rata-rata di level US$ 1.272,07 per troy ounce di sepanjang tahun ini. Nasib serupa diikuti pula oleh harga emas fisik dalam bentuk lantakan. Salah satu yang menjadi acuan adalah harga emas PT Aneka Tambang Tbk.

Catatan Biro Riset KONTAN, harga emas Antam ukuran terendah 1 gram sempat menyentuh Rp 516.000 per gram (1/12). Sedang ukuran di atas 10 gram, sudah melandai di bawah kisaran Rp 480.000 per gram.

Memang, kisaran tersebut masih di atas rekor terendah harga emas 1 gram Antam yang tercipta tahun 2013 lalu, yakni di kisaran Rp 494.000 per gram, Juli 2013.

Kejatuhan harga emas batangan tahun ini masih tertahan nilai tukar rupiah yang semakin jatuh menghadapi dollar AS. Kurs tengah Bank Indonesia (BI) untuk pasangan USD/IDR bahkan sempat terperosok ke posisi 12.318 (4/12), level terendah dalam tujuh tahun terakhir.

Permintaan landai
Permintaan pembelian emas, baik emas berjangka maupun emas fisik, praktis menurun seiring bergairahnya pasar ekuitas dan surat utang. World Gold Council mencatat, permintaan emas mulai dari perhiasan, emas batangan, exchange trade fund gold (ETF), emas untuk industri, dan sebagainya, masih memperlihatkan tren penurunan hingga kuartal III–2014.
Sampai periode tersebut, penjualan emas di seluruh dunia mencapai 929 ton, menurun 2% dibandingkan penjualan pada kuartal III–2013.

Permintaan emas batangan bahkan anjlok hingga 27% di seluruh dunia, yaitu dari sebanyak 254,2 ton pada kuartal III–2013 menjadi 185,7 ton di kuartal III–2014. Sedangkan permintaan perhiasan emas menurun 4% dari sebesar 556,3 ton menjadi 534,2 ton. Begitu juga permintaan emas dari bank sentral yang menurun 9% menjadi 92,8 ton saja.

Permintaan emas tertinggi dicatat oleh India, mencapai 183 ton atau naik 60% dibandingkan kuartal III–2013. Sedangkan permintaan dari China malah anjlok hingga 39%  yoy menjadi 147 ton pada kuartal III-2014.

Walau begitu, World Gold Council tetap optimistis, pamor emas masih menjanjikan. "Dengan tingkat suplai emas di masa mendatang yang bakal makin terbatas, outlook emas fisik ke depan kami perkirakan masih akan tetap kuat," ujar Marcus Grubb, Managing Director of Investment Strategy World Gold Council.

Semakin suram
Nah, bila tahun 2014 menjadi tahun yang terbilang mengenaskan bagi komoditas emas, bagaimana kira-kira pergerakan emas tahun depan? Para analis pasar komoditas yang sudah dihubungi oleh KONTAN, kompak menjawab, nasib emas tahun kambing kayu belum ada harapan. "Tahun depan, emas masih akan kesulitan menemukan momentum kenaikan," prediksi Tony Mariano, analis Harvest International Futures.

Ibrahim menimpali, situasi perekonomian global tahun depan diprediksi akan lebih lemah dibanding tahun ini. "Terutama di China, Jepang, India, juga zona euro, seperti Yunani, Cyprus, Italia, dan Spanyol," kata dia.

Kendati emas biasanya akrab dengan situasi ekonomi yang jelek dalam kapasitas sebagai safe haven, menurut para pengamat, tidak demikian kisahnya kelak tahun 2015. Pasalnya, perekonomian Amerika diyakini mulai bangkit. Ketika berhadapan dengan dollar AS dalam statusnya yang juga sebagai safe haven, emas cenderung kalah pamor.

Prediksi terbaru yang datang dari bank-bank investasi alias hedge fund global kian mengukuhkan pesimisme atas masa depan harga emas tahun 2015. Bank investasi asal Prancis Societe Generale memproyeksikan, harga emas tahun depan bisa ambrol. Michael Haigh, analis Societe Generale, dalam riset yang dirilis 25 November 2014, berujar, ekspektasi kenaikan bunga The Fed bisa menekan harga emas hingga ke posisi US$ 950 per troy ounce, pada semester II–2015.

Di kuartal-kuartal awal tahun depan, emas diperkirakan masih bertahan di kisaran US$ 1.100–US$ 1.050 per troy ounce. Dengan demikian, emas kemungkinan akan bergerak di kisaran US$ 1.025 per troy ounce, tahun depan.

SocGen memprediksi, The Fed akan menaikkan bunga sekitar 75 basis poin (bps) atau 0,75% tahun depan dan berlanjut sebanyak 150 basis atau 1,5% poin pada 2016. Nasib emas pun bakal kian runyam. "Tahun 2016 hingga 2019, kami melihat harga emas rata-rata akan bergerak di kisaran US$ 862 per troy ounce," tulis SocGen dalam laporannya, seperti dikutip Bloomberg, Rabu (26/11).

Prediksi SocGen menjadi prediksi paling pesimistis tentang harga emas tahun-tahun mendatang. Bank investasi lain, JP Morgan, melontarkan prediksi lebih optimistis. Seperti dikutip oleh GoldNews, JP Morgan menurunkan prediksi harga emas tahun 2015 hingga 4%. Namun, kisarannya masih di sekitar US$ 1.220 per troy ounce.

Senada, para analis lokal juga melihat, emas belum akan melompat ke bawah level US$ 1.000, tahun depan. Zulfirman Basir, analis komoditas Monex International Futures, memperkirakan, support harga emas tahun 2015 berada di sekitar US$ 1.050 per troy ounce.  "Pelaku pasar masih mengharap harga emas terdongkrak permintaan emas fisik dari China dan India sebagai negara pengkonsumsi emas terbesar dunia," kata Tony.

Namun, dengan capaian tahun ini, di mana permintaan China saja anjlok hampir 40%, sulit berharap permintaan emas fisik bisa mengangkat harga emas dengan signifikan.
Pilihan aset

Prinsip investasi adalah beli ketika harga murah dan jual nanti saat harga mahal untuk menikmati capital gain. Nah, jika kini harga emas tengah turun, apakah ini berarti saat ini adalah waktu tepat untuk membeli emas? Lantas, mana yang lebih menarik sebagai pilihan tahun depan, apakah emas berjangka atau emas fisik? Mari menyimak saran para analis emas berikut:

Emas batangan
Bila Anda tertarik membeli emas fisik sebagai wahana investasi, Ibrahim menyarankan agar Anda wait dan see dahulu sebelum memborongnya. Harga emas tahun depan boleh jadi akan menjadi harga terendah sepanjang 2008–2015. "Harga emas masih akan terus jatuh. Koleksi emas batangan nanti saja ketika harganya  sudah benar-benar di bawah," kata dia.

Ibrahim memperkirakan, harga emas di pasar global berpotensi turun di bawah US$ 1.000 per troy ounce. Dengan asumsi kurs dollar AS setara Rp 12.000, maka harga emas di pasar domestik bisa berkisar Rp 385.852 per gram.

Namun, harga tersebut belum termasuk ongkos cetak emas dan margin penjual. Saat ini, besar ongkos cetak dan margin sekitar Rp 60.000 per gram. Jadi, harga emas fisik di pasar domestik ketika emas di bawah US$ 1.000, kemungkinan bisa bertengger di kisaran Rp 445.852 per gram.

Hingga Senin (8/12), harga emas Antam terendah masih bertengger di Rp 481.600 untuk ukuran 500 gram. "Masih terlalu mahal akibat rupiah terus melemah," kata Ibrahim.

Zulfirman menambahkan, emas fisik bisa menjadi alternatif aset pelindung nilai (hedging) melawan inflasi jangka panjang. "Tapi ingat, investasinya untuk jangka panjang di atas 5 tahun," kata dia. Tony menyarankan, harga beli emas fisik yang tepat adalah di kisaran Rp 450.000 per gram untuk disimpan jangka panjang.

Lantas, berapa ukuran emas batangan yang paling menguntungkan dibeli? Alwi Assegaf, analis Universal Broker, tak menyarankan membeli emas ukuran kecil karena mahal di ongkos cetak. Ukuran di atas 50 gram bisa jadi pilihan jika dana Anda terbatas.

Pilih cara pembelian paling sederhana, yaitu membeli emas batangan di toko. Tidak perlu tergoda membeli emas dengan skema-skema nan rumit bin canggih. Semakin sederhana skema pembelian emas, semakin minim risiko Anda terjebak skema investasi bodong.

Dalam perspektif perencana keuangan, emas bisa melengkapi dana darurat keluarga. Maklum, emas cukup likuid atau mudah diuangkan. Anda mudah menguangkan emas dengan menjualnya ataupun menggadaikannya. Hanya saja, Anda tetap harus berhitung ketika hendak menjual dalam jangka pendek karena tren harga emas saat ini tengah bearish.

Emas batangan (gold bar) lebih direkomendasikan ketimbang emas perhiasan (jewellery). Pasalnya, emas perhiasan apabila kita jual, harganya terpotong biaya pembuatan sekitar 20%. Kelebihannya, jewellery bisa Anda kenakan sebagai bagian fashion, sedangkan emas batangan hanya disimpan tersembunyi di lemari.

Satu hal yang juga perlu Anda garisbawahi bila menanam uang di emas adalah faktor keamanan penyimpanan. Apabila jumlah emas Anda sudah di atas 100 gram, lebih baik Anda memanfaatkan fasilitas safe deposit box di perbankan.
 

Emas berjangka
Emas berjangka bisa menjadi pilihan Anda apabila berniat mengail cuan dari trading jangka pendek. "Anda bisa pasang posisi jual atau beli kapan saja, tinggal pintar-pintar membaca sinyal dan memanfaatkan celah," kata Alwi.

Tidak berbeda dengan trading pada umumnya, trading emas memanfaatkan fluktuasi harga  jangka pendek untuk mengantongi cuan. Semakin tinggi volatilitas harga emas, peluang cuan juga makin besar.  Dengan syarat, Anda memiliki strategi trading dan memahami pergerakan harga. Trading emas berjangka menjanjikan untung besar. Namun, hukum investasi juga berlaku: untung besar, risiko juga besar.

Berapa modal trading emas yang ideal? Zulfirman berpendapat, dana sekitar Rp 100 juta merupakan angka minimal agar seseorang bisa bertransaksi dengan aman dan nyaman di pasar berjangka.

Ingat, trading emas futures berbeda dengan trading saham. Bermain saham, Anda memperjualbelikan saham yang memang ada. Adapun, trading emas berjangka, sebaliknya.  Yang diperdagangkan dalam gold futures adalah kontrak, yaitu kesepakatan membeli atau menjual aset acuan di suatu tanggal di masa yang akan tanggal, dengan harga tertentu yang telah disepakati. Dengan begitu, ada tenggat waktu transaksi.

Barangnya juga belum tentu benar-benar ada.  Contoh, Anda memprediksi harga emas akan turun dan berhasil transaksi di posisi jual. Tapi, ternyata harga emas malah naik. Untuk menutup rugi transaksi, Anda harus menghasilkan transaksi beli.

Bila sampai masa akhir kontrak Anda belum menemukan penjual, Anda merugi dan harus mencari emas karena harus menyerahkan emas yang belum Anda miliki ke pembeli.
Sedangkan, dalam trading saham, Anda membeli saham yang memang ada. Ketika kemudian harganya turun dan gagal menjualnya, Anda hanya menderita unrealized loss.

Nah, karena banyak tantangan, analis mewajibkan Anda membekali diri dengan pengetahuan sebelum memutuskan menjajal hoki di emas futures. "Wajib paham dulu agar nanti tidak terjebak rugi, apalagi trading di tengah situasi ekonomi tak pasti yang memicu volatilitas harga," tandas Zulfirman.

Singkat kata, kendati menjanjikan cuan yang tebal, berinvestasi emas, baik emas fisik atau berjangka, tetap menuntut ilmu yang cukup. Dengan bekal cukup, si kuning bisa menjadi alat penggemuk aset yang mumpuni.

Selamat menimbang investasi di logam mulia!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Edy Can

Terbaru