Merasa JHT Tak Cukup untuk Penuhi Dana Pensiun? Begini Saran Perencana Keuangan

Rabu, 23 Februari 2022 | 10:10 WIB   Reporter: Adrianus Octaviano
Merasa JHT Tak Cukup untuk Penuhi Dana Pensiun? Begini Saran Perencana Keuangan


DANA PENSIUN - JAKARTA. Kebutuhan hari tua setelah pensiun memang menjadi salah satu yang perlu disiapkan sejak dini. Kebutuhan tersebut menjadi perhatian setelah ramai-ramai terkait aturan klaim JHT yang baru bisa dicairkan setelah usia 56 tahun.

Memang, saat ini terbuka peluang adanya revisi aturan tersebut setelah Presiden Joko Widodo dikabarkan telah meminta aturan tersebut ditinjau kembali. Terlepas dari itu, pentingnya persiapan di hari tua perlu dipikirkan sejak dini.

Perencana Keuangan Oneshildt Agustina Fitria Aryani bilang bahwa selain mengikuti program wajib dari pemerintah terkait JHT, masyarakat perlu menempatkan uangnya di beberapa aset untuk kebutuhan masa tua. “Jumlah (JHT) ini tentu tidak cukup untuk biaya hidup pensiun yang panjang,” ujar Fitri kepada KONTAN, Selasa (22/2).

Menjadi utama, Fitri menyarankan untuk pekerja yang saat ini masih aktif untuk program pensiun yg diadakan oleh perusahaan tempat bekerja, misalnya DPPK atau DPLK. Setidaknya, dana pensiun tersebut juga bisa menambah passive income serta memiliki hasil investasi.

Baca Juga: Ekonom: Polemik JHT Akan Mengganggu Pemulihan Ekonomi

Memang, dana yang didapat dari program dana pensiun pun bisa berbeda-beda tergantung program yang diikuti. Jika peserta hanya ikut program standar dari perusahaan, tentu perlu lebih banyak investasi pribadi lainnya dilakukan.

Yang dimaksud investasi pribadi dalam hal ini lalah reksadana, obligasi, saham, emas dan properti. Fitri pun mengungkapkan bahwa untuk masuk ke aset-aset ini, seseorang perlu memahami terlebih dahulu profil risikonya.

Ambil contoh, jika seseorang memiliki profil risiko moderat, Fitri menyebutkan bisa mengalokasikan 10% hingga 15% untuk produk likuid seperti deposito maupun reksadana pasar uang. Selanjutnya, 35% hingga 50% bisa untuk obligasi, reksadana pendapatan tetap atau emas. Terakhir, bisa mengalokasikan aset ke saham dengan persentase 50% hingga 55%.

“Sebaiknya tidak berinvestasi di satu produk saja, supaya ada diversifikasi risiko, mengingat kondisi market bisa berubah-ubah,” imbuh Fitri.

Sementara itu, Perencana Keuangan Finansia Consulting Eko Endarto pun bilang bahwa dalam menyiapkan masa tua, ada dua pilihan yaitu mengatur sendiri seperti saham atau diatur orang lain melalui dana pensiun atau reksadana. Adapun, keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Hanya saja, Eko pun melihat bahwa pemilihan aset investasi untuk hari tua juga bisa disesuaikan dengan usia saat mulai mempersiapkannya. Menurutnya, semakin jauh jarak usia memulai investasi dengan masa pensiun, akan lebih baik untuk berani berinvestasi di aset yang beresiko.

Baca Juga: Berikut Tuntutan Partai Buruh Terkait JHT

“Kalau kita mempersiapkan di usia 30 tahun, makan itu bisa masuk ke aset saham. Kalau sudah umur 50 tahun baru mempersiapkan masa pensiun maka sebaiknya di aset-aset yang relatif aman,” jelasnya.

Selain itu, Eko pun menghimbau agar aset-aset tersebut bisa secara berkala untuk ditinjau. Maksimal, seseorang perlu me-review aset investasinya itu setahun sekali. “Lebih baik jika bisa enam bulan sekali,” pungkas Eko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi

Terbaru