Menyusun dana penyelamat saat keadaan darurat

Senin, 20 Februari 2017 | 10:00 WIB   Reporter: Dadan M. Ramdan, Dian Sari Pertiwi
Menyusun dana penyelamat saat keadaan darurat


Aditya Ramadhan tengah gundah. Kelahiran anak keduanya yang kembar membutuhkan biaya besar. Tabungan makin habis terkuras karena sang istri harus melahirkan lewat jalur operasi.

Tak cukup sampai di situ, setelah melahirkan, salah satu bayinya pun membutuhkan perawatan intensif di ruangan NICU lantaran mengalami masalah pada saluran pencernaan dan pernafasannya.

Sayangnya, di tengah kondisi sulit seperti ini Aditya belum bisa menggunakan fasilitas Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

“Sebenarnya sudah mendaftar, tapi ada perbedaan nama saya di KTP dengan Kartu Keluarga, ada kendala administrasi itu sampai keburu lahiran,” ujar dia. 

Walhasil, uang tabungannya terkuras untuk menebus biaya perawatan yang mencapai lebih dari Rp 20 juta. Bahkan, Aditya terpaksa meminjam uang kepada anggota keluarga untuk menutupi biaya persalinan agar bisa membawa sang buah hati pulang ke rumah.

Hal mendesak kerap terjadi tanpa peringatan dan alarm terlebih dahulu. Semua terjadi secara mendadak dan terkadang membutuhkan biaya tak sedikit.

Saat hal ini terjadi, dana darurat menjadi salah satu penolong yang bisa membayar kebutuhan-kebutuhan mendesak tersebut. Tujuan membentuk dana darurat ini agar jika sewaktu-waktu ada kebutuhan sangat mendesak terjadi, baik Anda atau anggota keluarga, maka tidak harus mencairkan atau menjual investasi yang Anda miliki.

Terlebih, jika yang terjadi adalah kondisi mendadak akibat pemutusan hubungan kerja. Saat seperti ini sumber pendapatan hilang sementara pengeluaran tetap jalan sampai menerima pekerjaan baru.

Walau akan menerima pesangon, dana darurat bisa berperan sebagai bumper yang membuat keuangan keluarga tak karut-marut. Sebab, biasanya pembayaran pesangon bagi karyawan PHK tidak selalu lancar dan mulus tepat waktu.

Guna mengantisipasi kondisi seperti inilah, Mike Rini Sutikno, Perencana Keuangan dari Mitra Rencana Edukasi menyebut, dana darurat penting dalam menjaga keuangan keluarga tetap sehat saat kebutuhan mendesak datang.

"Jika terkena PHK meski nanti akan mendapatkan pesangon tapi secara psikologis dana darurat bisa membuat lebih tenang walau kena imbas PHK karena sudah memiliki dana cukup sampai dapat pekerjaan baru lagi," ujar dia.

Jumlah ideal dana darurat

Lalu, bagaimana menghitung dana darurat ini? Perencana keuangan sepakat penghitungan dana darurat berdasarkan besaran pengeluaran bulanan.

Semakin besar pengeluaran, semakin besar pula dana darurat yang harus dipersiapkan. Maka itu, nilai nominalnya berbeda antara individu perseorangan dengan individu yang sudah menikah atau berkeluarga dan memiliki anak.

Pada umumnya, jika belum memiliki tanggungan keluarga alias single, Anda bisa mengalokasikan dana darurat sebesar tiga bulan pendapatan atau pengeluaran. Untuk keluarga dengan dua orang tanggungan, kebutuhan dana darurat sebesar enam hingga sembilan bulan pendapatan atau kebutuhan sehari-hari.

Perlu diingat jumlah dana darurat ini disesuaikan dengan kondisi individu atau keluarga masing-masing; semakin banyak tanggungan maka semakin besar dana darurat yang harus disiapkan.

Jika ada dua keluarga dengan jumlah anggota sama namun memiliki kebutuhan berbeda seperti mengalami sakit, kelainan bawaan lahir atau berkebutuhan khusus, maka jumlah dana daruratnya pun harus lebih jumbo.

Memang, tak ada acuan baku soal berapa jumlah dana darurat yang perlu terkumpul. "Dana darurat sebaiknya dihitung dengan cermat, agar tak terlalu sedikit juga tak terlalu berlebih, karena kalau terlalu banyak lebih baik masuk keranjang investasi," kata Mike.

Minimal, dana darurat bisa menutup kebutuhan selama tiga bulan. Idealnya enam bulan, dan jika bisa terkumpul untuk menutup biaya hidup selama satu tahun, Mike bilang akan lebih baik.

Sementara, perencana keuangan independen Muhammad B. Teguh bilang, saking pentingnya peran dana darurat, pekerja baru atau first jobber harus mengalokasikan dana darurat setiap bulan dari gaji yang mereka terima sebelum mulai menjajaki produk investasi.

Teguh menambahkan, saban bulan setidaknya pekerja bisa mengumpulkan 10% sampai 20% dari penghasilannya untuk dialokasikan ke dalam keranjang dana darurat. Pencapaian dana darurat bisa dilakukan bertahap.

Asal disiplin dan konsisten, tujuan mengamankan keuangan keluarga untuk saat-saat sulit tak terlampau sulit.

Instrumen likuid

Menyimpan dana darurat harus dalam instrumen yang likuid atawa mudah dicairkan jika sewaktu-waktu membutuhkan. Sifatnya yang mendesak dan kerap mendadak perlu pertimbangan bijak dalam menempatkan dana darurat dalam bentuk instrumen keuangan yang tetap.

Imbal hasil tak jadi patokan dalam menentukan produk keuangan yang cocok untuk penempatan dana darurat. Anda perlu melihat seberapa likuid dan kemudahan untuk mengakses uang Anda jika butuh pencairan dalam waktu dekat.

Anda juga perlu memperhatikan tingkat risikonya. Mengingat tujuan awal penempatan dana darurat adalah sebagai cadangan biaya dan pengeluaran di saat mendesak, maka baiknya menempatkan uang dalam instrumen yang minim risiko.

"Jangan sampai saat dibutuhkan ternyata nilainya sedang menyusut seperti saham, itu terlalu berisiko," kata Mike.

Instrumen keuangan likuid yang cocok untuk menempatkan dana darurat di antaranya tabungan, deposito, obligasi ritel, reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, dan logam mulia emas.

Tak ada aturan baku soal portofolio dalam mengatur dana darurat ini. Menempatkan dana dalam instrumen yang mudah diakses akan jauh lebih baik.

Misalnya, dalam tabungan tersedia dua atau hingga tiga kali pengeluaran rutin bulanan. Sementara di instrumen lain seperti deposito, reksadana, obligasi ritel dan emas bisa disesuaikan dengan tingkat kebutuhan dana darurat tersebut.

"Seperti reksadana dan deposito kan masih perlu waktu satu sampai dua hari dalam mencairkannya, tabungan sebagai keranjang pertama yang paling mudah diakses itu penting," kata Mike.

Sifat uang seperti air sulit teridentifikasi jika tercampur. Baiknya, Anda juga membuat rekening terpisah sebagai keranjang dana darurat di luar rekening payroll dan rekening pengeluaran atau dana operasional keluarga.

Ini memudahkan Anda untuk memantau kondisi dana darurat. Dan jika sewaktu-waktu terpakai, Anda akan mudah menambalnya sesuai dengan nominal yang Anda butuhkan sesuai dengan beberapa kali jumlah pengeluaran rutin bulanan Anda.

Mike bilang idealnya 50% dana darurat berada dalam tabungan, sementara 50% sisanya bisa Anda bagi ke dalam beberapa keranjang instrumen keuangan lain yang cocok untuk dana darurat.

Sedangkan Teguh menyebut idealnya dalam tabungan Anda mengalokasikan dua hingga tiga kali pengeluaran rutin bulanan Anda, sisanya bisa Anda tempatkan pada reksadana, deposito, obligasi ritel atau emas. Penempatan ini, menurut Teguh, bisa merujuk pada profil risiko masing-masing individu.

Walau dana darurat perlu tempat penyimpanan yang likuid, baik Mike maupun Teguh tidak merekomendasikan menyimpan uang dalam bentuk tunai di rumah. Menyimpan uang tunai walau setara dua atau tiga kali pengeluaran rutin bulanan Anda tidak aman.

"Saat ini sudah banyak fasilitas ATM mudah untuk akses uang, menyimpan uang tunai secukupnya saja di dompet," kata Mike.

Hanya, jika terpaksa dan tetap ingin menyimpan uang tunai di dalam rumah, Teguh bilang baiknya menggunakan brankas yang aman dan memadai untuk meminimalisir pencurian dan kerusakan fisik pada uang.

Disiplin menyisihkan dana darurat

Memang, tak mudah menyisihkan sebagian penghasilan untuk mengendap dalam tabungan dan instrumen keuangan dengan imbal hasil yang tak seberapa. Namun, tanpa dana darurat ibarat berlayar dengan kapal pesiar tanpa sekoci.

Saat kapal mengalami kecelakaan dan karam, sekocilah yang mampu membawa kita menuju daratan dan bisa menjalani hidup baru di daratan tersebut.

Hanya saja, keberadaan dana darurat seringkali diabaikan. Para pekerja pemula lebih suka mengumpulkan dana liburan atau tujuan keuangan lain yang lebih terlihat dengan jelas.

"Kuncinya disiplin, dana darurat ini fundamental tapi kurang menarik untuk diperjuangkan, padahal jika dana daruratnya kuat orang akan mudah mencapai tujuan keuangan selanjutnya, karena sudah terbentuk habit yang baik," kata Teguh.

Perencana Keuangan Prita Hapsari Ghozie menambahkan, proses pengumpulan dana darurat tak harus dalam jumlah besar. Bisa dimulai dengan jumlah sedikit asal konsisten.

"Paling mudah mengambil porsi dari penghasilan non-rutin seperti bonus dan tunjangan, setelah itu dengan mengambil alokasi tiap bulan sebesar 5% atas gaji bulanan," kata Prita.

Sementara bagi pekerja freelance atau lepas yang tak memiliki pendapatan rutin tiap bulan, perlu mengalokasikan setidaknya 10% dari fee pekerjaan yang diterimanya. Sebab, jika tidak mengalokasikan secara rutin, penghasilan akan menguap bersama pengeluaran-pengeluaran lainnya.

Anggap menyisihkan dana darurat sebagai utang yang harus Anda bayar setiap bulannya. Dengan menyisihkan penghasilan ke dalam satu rekening khusus yang dianggap utang bisa memudahkan Anda lebih disiplin.

Setelah rekening dibuat terpisah, simpan kartu ATM di rumah. Kartu ATM dari rekening dana darurat hanya digunakan ketika Anda ingin mengakses dana darurat sesuai dengan kebutuhannya.

Prita menyarankan, sebelum memulai alokasi dana darurat Anda baiknya memperhatikan jumlah biaya hidup rata-rata, jaminan kelangsungan pekerjaan serta jumlah tanggungan orang. Jaminan kelangsungan pekerjaan juga menentukan berapa jumlah dana darurat yang harus Anda kumpulkan.

Misalnya, jika Anda seorang pekerja lepas yang menggarap proyek dalam jangka waktu tertentu Anda perlu menyiapkan dana darurat lebih banyak daripada pekerja tetap kantoran yang memiliki penghasilan rutin.

Jumlah tanggungan juga memengaruhi berapa jumlah dana darurat yang perlu Anda kumpulkan. Semakin besar keluarga yang Anda tanggung, semakin besar dana darurat yang perlu Anda persiapkan.

Sebagai gambaran, satu orang anggota keluarga bisa memakan seperlima bagian dari dana darurat yang Anda kumpulkan. Setelah angkanya jelas, Anda bisa mulai menentukan target nominal yang menjadi acuan pengumpulan dana darurat dan menentukan instrumen keuangan yang ingin Anda gunakan.

Bagaimana jika Anda memiliki tujuan finansial dalam waktu dekat dan mendesak seperti kebutuhan mempersiapkan uang masuk sekolah anak atau ingin segera memiliki rumah, namun target pengumpulan dana darurat belum terpenuhi?

Mike Rini bilang, bukan mustahil mengumpulkan dana darurat sembari berinvestasi. "Sebenarnya bisa mengumpulkan dana darurat sambil tetap berinvestasi, tapi kebanyakan orang lebih suka satu per satu supaya pencapaiannya terlihat, kalau sekaligus investasi dan masih sambil kumpulkan dana darurat seperti tidak sampai-sampai karena yang disetor sedikit-sedikit," kata Mike.

Jika Anda berada dalam posisi tersebut, sebelum mulai berinvestasi pastikan kuota dana darurat Anda sudah mencapai 30% dari target jumlah yang harus Anda kumpulkan. Setelah itu, Anda bisa mulai berinvestasi sambil tetap mengumpulkan dana darurat Anda. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: S.S. Kurniawan

Terbaru