Menimbang kelebihan dan kekurangan produk unitlink

Jumat, 06 November 2015 | 09:15 WIB   Reporter: Herry Prasetyo
Menimbang kelebihan dan kekurangan produk unitlink


Produk asuransi berbalut investasi kini menjadi produk unggulan perusahaan asuransi.  Tawaran imbal hasil menjanjikan menjadikan produk unitlink kian memikat masyarakat. Namun, Anda perlu memahami betul risikonya.

Asuransi barangkali menjawab kebutuhan akan perlindungan dari kerugian finansial atas risiko terhadap jiwa dan masa depan keluarga Anda. Namun, barangkali tidak ada orang yang memilih mati demi mencairkan uang pertanggungan asuransinya lantaran terdesak kebutuhan dana.

Karena itu, produk asuransi belum tentu cukup untuk melindungi masa depan keluarga. Demi meraih masa depan yang dicita-citakan, investasi mutlak menjadi kebutuhan. Karena itu, setiap orang perlu menyisihkan dana untuk membeli produk asuransi dan membiakkan duit di produk investasi.

Tak sedikit orang yang tidak mau repot untuk mengurus pembelian asuransi dan pembelian produk investasi. Perusahaan asuransi tampaknya memahami hal ini. Karena itulah, perusahaan asuransi beramai-ramai meluncurkan produk unitlink yang memadukan proteksi dan investasi sekaligus dalam satu produk.

Direktur Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera Nurseto, mengatakan, unitlink saat ini menjadi produk unggulan hampir semua perusahaan asuransi jiwa di Indonesia.   Melalui edukasi kepada masyarakat, dia optimistis, pasar asuransi unitlink akan terus berkembang.

Memang, kontribusi penjualan unitlink terhadap total pendapatan premi AJB Bumiputera belum sangat signifikan. Hingga akhir September 2015, total pendapatan premi produk unitlink sebesar Rp 171,74 miliar. Dibandingkan total premi senilai Rp 4,5 triliun, premi unitlink baru menyumbang pendapatan sebesar 4%.

Mulai tahun ini Nurseto bilang AJB Bumiputera mulai serius memasarkan produk unitlink. Tak heran, jika dibandingkan dengan September 2014 lalu, pendapatan premi dari produk unitlink melonjak hingga 884,4%. Sedangkan dana kelolaan unitlink hingga September lalu baru tercatat sebesar Rp 200 miliar.

Lantaran pasar yang diperkirakan terus berkembang dan minat masyarakat yang makin meningkat, AJB Bumiputera akan lebih serius memasarkan produk unitlink selain tetap fokus memasarkan produk asuransi tradisional. Hingga akhir tahun, Nurseto berharap, produk unitlink bisa menyumbang 10% pendapatan premi AJB Bumiputera. Sedangkan porsi kontribusi produk asuransi tradisional sebesar 90%. "Pada tahun 2017, kami berharap kontribusi kedua produk tersebut sama besar," ujar Nurseto.

Tak cuma AJB Bumiputera, perusahaan asuransi lain juga gencar memasarkan produk unitlink. Tak sedikit perusahaan asuransi merilis produk unitlink baru. PT Prudential Life Assurance, misalnya, bulan lalu baru saja meluncurkan produk unitlink terbaru bernama Prulink Edu Protection. Sesuai dengan namanya, produk ini memberikan manfaat untuk melindungi pendidikan anak.  

Pada waktu yang hampir bersamaan, PT Sun Life Financial Indonesia (Sun Life) meluncurkan produk unitlink syariah terbarunya yakni Asuransi Brilliance Hasanah Fortune Plus. Produk syariah ini dirancang secara khusus bagi masyarakat yang menginginkan investasi yang fleksibel dengan jangka waktu pembayaran kontribusi yang terbatas. Tak mau kalah, AJB Bumiputera juga berencana merilis produk unitlink syariah bertajuk Mitra BP Link Syariah awal November mendatang.

Yang jelas, Anda saat ini bisa menemukan banyak produk unitlink dengan beragam manfaat (lihat boks). Namun, sebelum membeli produk ini, ada baiknya Anda memahami karakter produk unitlink serta kelebihan dan kekurangannya.


Beda karakter
Pada dasarnya, unitlink merupakan produk asuransi yang memadukan proteksi dan investasi dalam satu produk.  Karena itu, Presiden Direktur Sun Life Elin Waty, mengatakan, selain memberikan proteksi asuransi jiwa, produk unitlink juga memberikan kesempatan pemegang polis untuk berinvestasi, khususnya ke dalam produk reksadana.

Biar lebih mudah memahami karakteristik unitlink, ada baiknya Anda mengetahui produk asuransi lainnya dan perbedaannya karakternya dengan unitlink. Ada tiga jenis produk asuransi tradisional, yakni asuransi jiwa berjangka (term life), asuransi jiwa seumur hidup (whole life), dan asuransi jiwa dwiguna (endowment).

Menurut Elin, asuransi jiwa berjangka memiliki karakter tarif premi yang murah, tidak ada pinjaman polis, dan tanpa nilai tunai alias premi akan hangus jika tidak ada klaim. Masa perlindungan asuransi term life biasanya sama dengan masa pembayaran. Produk asuransi ini cocok untuk pekerja yang baru meniti karier. Sedangkan produk unitlink, kata Elin, memiliki karakter premi tetap, ada nilai tunai, dan masa perlindungan sesuai dengan ketentuan.

Sesuai namanya, asuransi jiwa seumur alias whole life hidup memiliki jangka perlindungan seumur hidup.  Produk ini memiliki nilai tunai yang dijamin. Memang, Elin bilang, nilai tunai tidak terlalu besar lantaran tujuan utamanya memberikan proteksi. Produk ini cocok bagi mereka yang mempersiapkan dana warisan. Nasabah bisa memilih masa pembayaran. Semakin singkat masa pembayaran, tarif premi biasanya semakin mahal.

Perbedaan unitlink dengan asuransi seumur hidup terletak pada masa pembayaran. Pada produk unitlink, nasabah membayar premi sesuai rencana. Taruh kata, nasabah memilih masa pembayaran selama 10 tahun. Setelah masa pembayaran, nasabah boleh tidak membayar premi. Istilahnya, cuti premi.

Meski tidak membayar premi, perlindungan akan tetap berlaku selama nilai investasi cukup untuk membayar biaya asuransi plus administrasi. Jika nilai investasi habis, polis otomatis berakhir karena biaya asuransi dan administrasi tidak lagi terbayar. Tapi, polis akan tetap berlanjut dan nasabah bisa tetap mendapatkan perlindungan selama dia membayar biaya asuransi dan administrasi.

Nah, jenis asuransi jiwa yang ketiga adalah asuransi dwiguna. Ini merupakan perpaduan angara asuransi jiwa dengan tabungan. Pada produk ini, porsi tabungan lebih besar sehingga porsi proteksi lebih kecil. Elin bilang, produk asuransi dwiguna cocok untuk mempersiapkan dana pendidikan anak dan dana pensiun.

Pada produk dwiguna, nilai investasi alias manfaat akhir kontrak memiliki jaminan nilai pasti atau bunga tetap. Karena itu pula, Elin bilang, nilai manfaat akhir kontrak tidak besar. Dari segi proteksi, perlindungan yang diberikan asuransi dwiguna juga masih kalah jauh dibandingkan dengan jenis asuransi lainnya. Dibandingkan asuransi dwiguna, Elin mengatakan, asuransi unitlink memberikan nilai investasi yang lebih agresif dan perlindungan lebih besar.

Namun, Adrian DW, Head of Corporate Communication Allianz Indonesia, mengingatkan, hasil investasi dalam produk unitlink sangat dipengaruhi oleh kondisi pasar. Sehingga, perusahaan asuransi tidak memberikan jaminan kepastian hasil investasi.

Risza Bambang, perencana keuangan One Shildt Financial Planning sekaligus Chairman PT Padma Radya Aktuaria, mengatakan, nilai investasi produk unitlink bisa lebih tinggi atau lebih rendah dibandingkan nilai tetap yang diberikan asuransi dwiguna. Sebab, elemen investasi pada produk unitlink berbentuk seperti reksadana.  

Perusahaan asuransi hanya memberikan pilihan instrumen investasi bagi nasabah dan pilihan ragam proteksi untuk dibeli sesuai anggaran dana dan karakteristik nasabah. Dengan begitu, risiko investasi ada pada tangan nasabah.

Seperti reksadana, premi nasabah unitlink akan dijadikan unit kepemilikan dengan nilai akiva bersih (NAB) yang berfluktuasi sesuai kondisi ekonomi. Jumlah unit yang dimiliki nasabah akan meningkat jika nasabah menambah premi. Sebaliknya, jumlah unit bisa berkurang unitnya jika nasabah melakukan penarikan unit. Sedangkan nilai dalam rupiah tergantung jumlah kepemilikan unit dan harga per NAB.

 

Fleksibilitas
Karakter unitlink yang paling menonjol dibandingkan jenis asuransi jiwa lainnya adalah fleksibilitas. Nurseto mengatakan, manfaat dan besaran premi produk unitlink bisa disesuaikan dengan profil nasabah. Nasabah bisa menyesuaikan dengan kebutuhan maupun kemampuan membayar premi.

Selain itu, nasabah juga bisa memilih jenis investasi yang dinginkan. Nasabah bisa memilih jenis investasi sesuai kebutuhan, jangka waktu, dan tingkat penerimaan risiko. Freddy Pieloor, perencana keuangan dari MoneynLove Planning & Consulting, mengatakan, instrumen investasi dalam produk unitlink kebanyakan merupakan produk reksadana. Karena itu, pilihan penempatan dana investasi juga serupa dengan pilihan investasi reksadana, yakni saham, obligasi, pasar uang, maupun campuran.

Selain fleksibel dalam pemilihan instrumen investasi, Risza menambahkan, nasabah juga fleksibel dalam kelangsungan pembayaran premi. Selain bisa cuti bayar, nasabah bisa menambah atau mengurangi dana investasi. Selain itu, nasabah juga punya fleksibilitas penarikan dana investasi. "Nasabah juga fleksibel memindahkan penempatan dana ke instrumen lainnya sesuai kondisi ekonomi yang berdampak pada tingkat pengembalian atau pendapatan investasi," ujar Risza.

Nasabah juga fleksibel untuk memilih pembayaran premi. Berdasarkan pembayaran premi, Elin mengatakan, asuransi unitlink terdiri dari dua jenis, yakni unitlink dengan premi tunggal dan unitlink dengan premi berkala.

Unitlink premi tunggal berarti pembayaran premi hanya satu kali. Tidak ada kewajiban pembayaran premi di tahun berikutnya. Namun, nasabah diperbolehkan menambah dana investasi. Sedangkan pembayaran premi unitlink dengan premi berkala dilakukan secara berkala sesuai keinginan nasabah baik itu bulanan, tiga bulanan, semesteran, atau tahunan.

Nurseto menambahkan, tujuan investasi juga bisa disesuaikan dengan kebutuhan nasabah, seperti untuk dana pendidikan, pensiun, dana warisan, maupun perlindungan kesehatan.

Nah, biasanya, perencana keuangan Janus Financial Farah Dini Novita, menambahkan, produk unitlink juga menawarkan rider atau asuransi tambahan yang bisa dipilih nasabah. Misalnya, asuransi tambakan untuk penyakir kritis, rider kesehatan, maupun rider kecelakaan.

Di samping pilihan proteksi yang beragam, Risza menambahkan, nasabah juga  punya fleksibilitas menambah ataupun mengurangi aneka jenis proteksi. Tentu, hal ini akan berdampak pada salto investasi maupun besaran premi.

Selain fleksibel dan menawarkan keragaman pilihan, kelebihan unitlink adalah transparansi. Nurseto bilang, unitlink lebih transparan dalam komposisi struktur premi, biaya, dan pengelolaan dana investasi. Selain itu, nasabah juga mendapat laporan perkembangan investasi minimal setahun sekali.


Kurang maksimal
Meski memiliki beragam kelebihan, produk unitlink juga tidak luput dari kekurangan. Risza mengatakan, tingkat pengembalian investasi pada produk unitlink tidak pasti dan tidak dijamin. Alhasil, nilai saldo investasi bisa lebih kecil dari pokok investasi jika kondisi pasar tengah turun.

Selain itu, Freddy mengatakan, biaya yang harus dikeluarkan nasabah untuk membeli produk unitlink dua kali lipat lebih mahal dibandingkan biaya membeli asuransi lainnya. "Banyak perusahaan asuransi jiwa yang mengenakan biaya administrasi bulanan yang lumayan besar seperti layaknya bank," ujar Freddy.

Bahkan, saat menambah dana investasi, nasabah bisa dikenakan biaya berkisar 5% dari penambahan dana. Biaya yang tinggi ini mengakibatkan dana investasi tidak bisa tumbuh maksimal. Selain itu, terdapat kemungkinan dana nasabah menguap lantaran perusahaan asuransi tidak memakainya untuk membeli proteksi atau untuk membeli produk investasi.

Risza mengamini, penetapan biaya sepihak oleh perusahaan asuransi bisa merugikan. Karena itu, nasabah harus jeli mengetahui dampak biaya terhadap nilai saldo investasi. Hal ini bisa berpengaruh pada kelangsungan berlakunya polis.

Nasabah harus cermat terutama ketika melakukan cuti pembayaran premi. Jika ragam proteksi cukup banyak, nilai premi  proteksi otomatis cukup besar. Sehingga bisa membebani saldo dana investasi. Jika saldo investasi lebih kecil dibandingkan dengan kewajiban premi proteksi, otomatis polis tidak lagi berlaku kecuali nasabah menambah dana investasi.

Nah, jika membatalkan polis unitlink pada masa dua atau tiga tahun pertama, Freddy bilang, nasabah mesti siap kehilangan dana 100%. Sebab, biaya yang yang ditanggung nasabah pada dua hingga tiga tahun  tahun pertama memang sangat tinggi. Farah menambahkan, sebagian besar premi yang dibayarkan nasabah selama lima tahun pertama biasanya dialokasikan untuk membayar berbagai biaya seperti biaya administrasi dan biaya akuisisi. Baru pada tahun keenam, 100% dana nasabah ditempatkan di instrumen investasi.

Itu sebabnya, pada dua tahun pertama, nasabah biasanya juga tidak memperoleh imbal hasil investasi. Elin menjelaskan, setoran dana nasabah unitlink dialokasikan untuk dua hal, yakni untuk mengkaver risiko kesehatan maupun kematian dan sebagai dana investasi.

Meski pilihan investasi sudah ditentukan sejak awal, tidak semua atau sama sekali tidak ada premi asuransi yang dialokasikan untuk investasi pada tahun pertama. Sebab, perusahaan asuransi menggunakannya untuk membayar biaya akuisisi atau biaya penjualan. Biaya akuisisi ini biasanya dikenakan selama lima tahun. Setiap perusahaan asuransi memiliki ketentuan yang berbeda. Baru pada tahun keenam, nasabah bebas dari biaya itu.

Elin menegaskan, nilai investasi yang terbentuk pada tahun pertama dan kedua masih sedikit. Bahkan, nasabah belum memperoleh imbal hasil investasi. Investasi unitlink baru berkembang setelah usia polis di atas lima tahun.

Sedangkan Freddy lebih menyarankan nasabah membeli produk proteksi dan investasi secara terpisah alih-alih membeli unitlink. Sebab, unitlink tidak memberikan hasil investasi optimal lantaran biaya tinggi.  

Menurut Freddy, membeli asuransi murni dari perusahaan asuransi jiwa plus membeli produk investasi reksadana dari manajer investasi memberikan hasil lebih optimal. Biaya investasi di reksadana lebih murah dibandingkan biaya membeli unitlink. Dengan biaya premi yang sama, nasabah bisa memperoleh uang pertanggungan lebih besar saat membeli produk asuransi tradisional.

Silakan putuskan sendiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Adi

Terbaru