Jurus merancang tujuan keuangan untuk capai target

Rabu, 01 Maret 2017 | 10:00 WIB   Reporter: Dadan M. Ramdan, Dian Sari Pertiwi, Oginawa R Prayogo, Syamsul Ashar
Jurus merancang tujuan keuangan untuk capai target


Menapaki tahun 2017, sebagian besar dari Anda tentu memiliki harapan dan tujuan menjadi lebih baik, mulai lebih baik di bidang kesehatan, bisnis, juga karier. Dari bagian keinginan lebih baik ini, di antaranya adalah lebih baik dalam penataan keuangan di 2017.

Harapan dan tujuan yang ingin dicapai di masa depan ini sering kita sebut dengan resolusi. Resolusi ini yang bisa menginspirasi dan menjadi dorongan kita untuk mencapainya.

Karena itulah, ada baiknya kita memulai dengan melakukan diagnosa secara sederhana terhadap kondisi keuangan internal kita masing-masing, agar bisa merumuskan tujuan keuangan kita di masa depan.

Misalnya, menyisir lagi apa yang menjadi apa kebutuhan rutin kita setiap bulan, untuk memastikan, apa kategori pengeluaran yang sifatnya kebutuhan atau sekadar keinginan. Dengan cara ini, maka belanja pemenuhan kebutuhan kita akan lebih berkualitas, dengan penghasilan kita tidak akan terkuras mubazir.

Hanya saja, sebelum kita membuat perencanaan ke depan, ada baiknya kita lebih dulu melakukan evaluasi kondisi keuangan sepanjang tahun lalu. Jika Anda termasuk orang yang sudah memiliki portofolio investasi, maka ada baiknya mengevaluasi apakah portofolio investasi yang Anda pilih sudah sesuai mendatangkan imbal hasil dengan target yang diinginkan.

Eko P. Pratomo, Senior Advisor PT BNP Paribas Investment seperti dikutip Harian KONTAN (7/1) menyebut, saat ini persoalan yang banyak dihadapi masyarakat adalah masih banyak yang melakukan investasi tanpa menyadari akan digunakan untuk apa dana yang diinvestasikan tersebut.

Karena itulah, Eko mengingatkan, agar masyarakat mengubah paradigma investasi. Bagi yang belum pernah secara khusus melakukan perencanaan investasi guna memenuhi tujuan suatu kebutuhan masa depan secara spesifik, terutama yang dananya belum tersedia.

Padahal, makin awal kita memulai investasi, maka akan memiliki waktu panjang untuk mengumpulkan dana sesuai keinginan. Walhasil, dana yang diperlukan untuk mencicil atau disisihkan investasi secara berkala, makin ringan.

Beberapa perencanaan keuangan yang jamak menjadi dinginkan oleh orang adalah mempersiapkan dana mulai dari perkawinan, persalinan, membeli rumah, kendaraan bermotor, persiapan sekolah anak, berlibur, beribadah haji, dan banyak lagi tujuan lain.

Karena itulah, kiranya perlu memilah-milah kebutuhan di masa mendatang yang mana yang paling penting dan datang lebih cepat. Dari situ kita bisa membuat perencanaan paling realistis dengan keuangan individu masing-masing. Dengan perencanaan yang jelas itulah, akan memudahkan Anda menentukan jalan mencapainya.

Tapi, salah satu perencanaan keuangan yang tak kalah penting dan seringkali terlupakan oleh kita semua adalah menyiapkan dana pensiun. Menurut Eko, berdasarkan survei, sembilan dari 10 orang Indonesia tak siap pensiun.

Mempersiapkan tujuan keuangan

Dalam membuat perencanaan investasi guna pengumpulan dana untuk depan, kita perlu mengelompokkan tujuan keuangan sekaligus mengklasifikasi target pencapaiannya.

Perencana keuangan independen Pandji Harsanto punya tip, bahwa tujuan keuangan minimal mencakup lima hal yang ia singkat dengan SMART.

Pertama, specific, yakni membuat tujuan keuangan dengan sedetail mungkin. Misalnya, tujuan untuk menyiapkan dana pendidikan anak masuk Sekolah Dasar, SMP, SMU atau perguruan tinggi. Lalu, apakah kuliah di dalam negeri atau di luar negeri.

Dari perencanaan itu, akan lebih baik lagi jika terperinci berapa kebutuhan dananya. Misalnya masuk SD membutuhkan biaya Rp 15 juta–Rp 20 juta, lalu SMP Rp 20 juta–30 juta, SMA Rp 30 juta–Rp 40 juta. Lalu, uang masuk kuliah di dalam negeri semisal Rp 100 juta–Rp 300 juta, dan seterusnya.

Setelah itu, tinggal menghitung dengan perkiraan inflasi pendidikan tiap tahunnya di sekolah tersebut. Misalnya, tiap tahun rata-rata naik 10%–15% tinggal menyesuaikan dengan target waktu penggunaan dana, yang Anda rencanakan.

Kedua, measurable, tujuan keuangan harus bisa diukur dalam hal ini dengan mata uang. Misalnya bersekolah di SD  A, saat ini uang pangkalnya Rp 15 juta dan uang bulanan Rp 500.000. Lalu, mengalikan dengan waktu pendidikan. Begitu pula biaya SMP, SMU, kuliah S1 maupun S2.

Ketiga, attainable, yakni tujuan keuangan harus sangat berarti bagi Anda dan Anda dibuat sendiri. Misalnya, Anda ingin anak mendapatkan pendidikan yang terbaik sehingga bisa bersaing di masa depan.

Keempat, realistic artinya tujuan keuangan yang Anda buat harus memungkinkan untuk dicapai, bukan khayalan yang tidak bisa diwujudkan di dunia nyata. Tujuan keuangan ini boleh ambisius, tetapi bukan tidak mungkin diwujudkan.

Realistis ini juga menghitung dengan kemampuan keuangan Anda untuk mengalokasikan investasi di bidang tersebut.

Kelima, time–based, yakni harus memiliki jangka waktu yang jelas. Misalnya saat ini anak Anda baru lahir maka merencanakan keuangan untuk biaya SD untuk enam tahun ke depan, atau SMP untuk 12 tahun nanti, dan seterusnya.

Nah, agar memudahkan pencapaian tujuan keuangan tersebut Anda perlu mengategorikan rencana investasi dalam beberapa kategori :

  • Jangka pendek

Langkah yang harus dilakukan adalah mengelompokan perencanaan keuangan jangka pendek. Tujuan jangka pendek ini biasanya untuk jangka waktu dua tahun hingga tiga tahun.

Misalnya, dalam dua atau tiga tahun ke depan Anda harus menyiapkan dana untuk pernikahan, untuk mengumpulkan uang muka kredit pemilikan rumah (KPR), atau apartemen, kredit mobil atau kegiatan lain semisal berwisata ke luar kota atau luar negeri.

Karena kebutuhan dana dalam jangka pendek, maka instrumen investasi yang dipilih pun tidak banyak dan cenderung investasi jangka pendek. Bahkan sebaiknya sebagian dana di simpan dalam bentuk tunai atau setara tunai seperti di deposito perbankan.

Prita Hapsari, perencana keuangan dari Zap Finance memberi gambaran, untuk tujuan investasi yang berdurasi jangka pendek yakni 1 tahun–2 tahun, potensi return yang bisa diharapkan yakni 5%–7% per tahun. Contohnya, produk investasi reksadana pasar uang maupun deposito.

Bagi, perencana keuangan dari Financia Consulting Eko Endarto makin pendek tujuan keuangan seseorang maka konsentrasinya adalah di produk investasi yang memberikan likuiditas yang tinggi.

  • Jangka menengah

Sementara untuk mempersiapkan tujuan keuangan jangka menengah kita perlu mengategorikan keperluan dana untuk jangka waktu empat sampai lima tahun ke depan.

Menurut perencana keuangan Muhammad B. Teguh, untuk rencana keuangan jangka menengah, Anda bisa menempatkan dalam produk investasi yang memiliki return sekitar 8% sampai 10%.

Ia mencontohkan, mempersiapkan dana pendidikan umumnya masuk dalam keranjang investasi jangka menengah dan panjang. Namun, Ia mengingatkan jika Anda telat mempersiapkannya, jangka waktu yang tersisa hanya dua atau tiga tahun, maka target keuangan tersebut masuk ke dalam keranjang investasi jangka pendek.

Farash Farich, Head of Investment PT Asanusa Asset Management, menyarankan, untuk memenuhi tujuan keuangan jangka menegah, sebaiknya berinvestasi di obligasi dengan jangka waktu antara 1 tahun–3 tahun. Nilai investasi berfluktuasi secara moderat dan keuntungan investasi relatif lebih tinggi dibandingkan instrumen pasar uang dengan range berkisar 6,5%–7,5% per tahun (setelah dipotong pajak).

  • Jangka Panjang

Sementara untuk memenuhi tujuan keuangan jangka panjang, Farash memberikan alternatif berinvestasi di obligasi jangka panjang jangka waktu di atas tiga tahun dan saham. Pertimbangannya nilai investasi sangat fluktuatif dalam jangka pendek dan menengah sehingga potensi keuntungan investasi sulit diprediksi dalam jangka pendek dan menengah.

Namun dalam jangka panjang, bisa menjanjikan potensi keuntungan investasi yang relatif lebih tinggi. Sebagai gambaran, indeks harga saham gabungan gabungan (IHSG) memberikan keuntungan rata-rata 17% per tahun selama 10 tahun terakhir dan indeks Surat Utang Negara memberikan keuntungan rata-rata 10% per tahun selama 10 tahun terakhir.

Bagi Prita Hapsari, yakin semakin panjang durasi investasi maka disarankan mengambil jenis investasi yang lebih agresif seperti investasi di  saham atau pasar modal. “Dan untuk jangka panjang (di atas 5 tahun) potensi return-nya di  atas 12% per tahun,” ungkap Prita.

Sementara alternatif lain diluar saham, untuk investasi jangka panjang Eko menyarankan untuk mempertimbangkan investasi properti. Dalam hitungan Eko, investasi ini bisa memberikan imbal hasil sampai 20% dan langsung ke saham bisa sampai 22%.

Pada investasi jangka panjang Anda perlu melakukan review dalam satu tahun sekali. Apakah keranjang investasi Anda mencapai target atau meleset.

Muhammad B. Teguh memberikan tip, dalam review keranjang investasi bukan berarti Anda langsung melepas portofolio dari keranjang jika tidak mencapai target. Anda perlu melihat apakah kondisi serupa juga terjadi pada produk reksadana lainnya.

"Jika sama, sebaiknya Anda tunggu setahun lagi, kecuali jika produk yang Anda beli performanya paling buruk," katanya.

Kini, setelah memiliki tujuan keuangan yang jelas Anda tinggal memadukan dengan resolusi yang ingin dicapai 2017.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: S.S. Kurniawan

Terbaru