Ada banyak jalan menuju reksadana (1)

Rabu, 07 Mei 2014 | 11:17 WIB   Reporter: Harris Hadinata, Asih Kirana Wardani
Ada banyak jalan menuju reksadana (1)

ILUSTRASI. Melesat, Harga Saham GOTO & BBRI Kompak Naik di Perdagangan Bursa Selasa (13/12). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/wsj.


JAKARTA. Banyak jalan menuju Roma. Begitu pula, banyak cara berinvestasi untuk mencapai tujuan keuangan keluarga. Ada yang menyukai investasi properti dan logam mulia, ada pula yang lebih memilih berinvestasi di surat-surat berharga.

Tapi, satu prinsip investasi yang mesti diingat dan diterapkan, Anda harus melakukan diversifikasi portofolio investasi demi meminimalkan risiko. Orang bilang, jangan menaruh semua telur ke dalam satu keranjang. Nah, Anda yang telah memiliki perencanaan keuangan keluarga, tentu sudah cukup mengenal yang namanya reksadana. Instrumen satu ini kerap menjadi sarana untuk mencapai tujuan-tujuan investasi, baik jangka pendek, menengah, maupun panjang.

Maklumlah, jenis reksadana beragam, begitu pula dengan tingkat risikonya. Ada reksadana pasar uang yang bisa untuk parkir dana jangka pendek, ada reksadana pendapatan tetap dan reksadana campuran yang bisa dikombinasikan untuk tujuan jangka menengah sesuai dengan toleransi risiko masing-masing investor. Ada pula reksadana saham yang cocok untuk tujuan finansial jangka panjang.

Bicara soal reksadana, ada tigal kanal transaksi reksadana yang lazim dikenal masyarakat. Ketiganya adalah: membeli di perusahaan manajer investasi yang meramu produk reksadana, melalui bank yang menjadi agen penjual reksadana, dan melalui produk unitlink dari perusahaan asuransi.

Masing-masing kanal memiliki kelebihan dan kekurangan. Di perusahaan manajer investasi, Anda biasanya bisa membeli reksadana dengan nominal minimal yang ditetapkan dalam prospektus. Belakangan, beberapa manajer investasi menyediakan platform online yang memungkinkan Anda membeli secara berkala dengan nominal tertentu.

Anda juga bisa menjual kembali atau redeem sewaktu-waktu secara online. Dus, Anda tidak perlu datang ke kantor manajer investasi bersangkutan. Kekurangan membeli lewat manajer investasi, pilihan produknya terbatas yang dikeluarkan oleh manajer investasi tersebut.

Melalui perbankan sebagai agen penjual reksadana, investor bisa memiliki lebih banyak pilihan produk reksadana. Sebab, bank biasanya bekerja sama dengan beberapa perusahaan manajer investasi. Bank juga telah menyediakan platform yang memungkinkan Anda melakukan jual-beli online. Jadi, Anda pun tak perlu repot-repot pergi ke bank hanya untuk menjual kembali unit penyertaan reksadana Anda.

Selain itu, bank menyediakan fitur investasi secara otomatis saban bulan. Kekurangannya, Anda harus menyediakan dana yang cukup besar bila ingin berinvestasi reksadana lewat jalur perbankan. Maklum, Anda mesti membuka akun tabungan di perbankan yang bersangkutan dengan saldo minimal tertentu. Bank biasanya juga mematok minimal dana awal untuk berinvestasi di reksadana. Ada yang cuma Rp 1 juta, tapi ada juga yang sampai ratusan juta rupiah.

Setelah itu, dana investasi lanjutannya biasanya lebih rendah. Ada yang cuma Rp 100.000 setiap kali pembelian.

Bagaimana dengan pembelian lewat unitlink? Pilihan produk reksadana biasanya relatif terbatas meskipun tersedia pilihan produk dari beberapa manajer investasi. Sudah begitu, bila Anda cermati, biaya pengelolaan tidak hanya dipungut oleh perusahaan manajemen investasi. Perusahaan asuransi biasanya memungut biaya pengelolaan, yang bahkan bisa lebih besar persentasenya ketimbang yang dipungut oleh manajer investasi.

Kelebihannya barangkali adalah adanya unsur proteksi dari produk asuransi, walaupun proteksinya tidak semaksimal bila Anda membeli produk asuransi saja tanpa unsur investasi. (Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Cipta Wahyana

Terbaru