Yuk, sikat premi murah dari asuransi mikro

Senin, 14 Desember 2015 | 17:44 WIB   Reporter: Sri Sayekti
Yuk, sikat premi murah dari asuransi mikro


Idealnya, asuransi tidak hanya sebatas konsumsi masyarakat kelas menengah atas, itu sebabnya perusahaan asuransi giat mengeluarkan produk asuransi mikro, yang preminya terjangkau semua kalangan.

Pak Warsidi, tukang sayur keliling, adalah nasabah asuransi. Bukan asuransi jiwa unitlink yang preminya ratusan ribu. Tapi, "Asuransi buat demam berdarah," katanya mantap. Maklumlah, Warsidi agak miris melihat pengalaman para tetangga dan saudaranya yang pernah sakit demam berdarah. Mereka mesti memikirkan biaya berobat, kalaupun ditanggung BPJS, tetap saja keluar ongkos untuk transportasi dan sebagainya.   

Itu sebabnya, Warsidi lantas membeli voucher asuransi demam berdarah di kantor pos. Mahalkah? Lumayan, harganya Rp 10.000 per voucher berlaku untuk tiga bulan dengan pertanggungan Rp 1 juta. Warsidi membeli asuransi tadi untuk anaknya, tanpa perlu cek kesehatan dan mengisi formulir yang rumit.

Nah, asuransi yang dibeli Pak Warsidi disebut asuransi mikro. Beberapa tahun belakangan, perusahaan asuransi merespon permintaan pasar Indonesia dengan meluncurkan asuransi mikro. Jenis asuransi ini berbeda, karena harga preminya relatif terjangkau, mulai Rp 10.000.

Sonny Lambey, Direktur AIG Indonesia mengatakan bahwa Indonesia merupakan pasar yang potensial bagi asuransi mikro. Indikatornya adalah jumlah usaha kecil menengah (UKM) yang tumbuh sekitar 7% hingga 8% per tahun.

Tetapi tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia hanya 21,8%. Sementara indeks literasi keuangan masyarakat berpenghasilan rendah adalah 18,71% dan hanya 13% yang punya akses ke jasa keuangan formal.

Di Indonesia sendiri, pertumbuhan pasar asuransi mikro dipercaya antara 20% sampai 25% per tahun. Cukup besar, kan?

Lantaran percaya pada prospek inilah, AIG Insurance Indonesia meluncurkan asuransi mikro sejak tahun 2007.  Mereka menawarkan asuransi kesehatan dan kecelakaan.   

Setahun sebelumnya, Allianz Life Indonesia meluncurkan asuransi mikro melalui berupa  asuransi jiwa yang melekat pada produk pinjaman.

Namun, menurut Joachim Wessling, Country Manager & Direktur Utama Allianz Life Indonesia, ketika nasabah asuransi jiwa kredit mikro mencapai 3 juta pada tahun 2014 mereka mulai mengembangkan varian asuransi mikro yang kepesertaannya sukarela.

Wessling bilang bahwa Allianz sengaja mem-bundling asuransi jiwa mikro, karena jika dikembangkan sendiri akan sulit mencapai skala bisnis. Lagipula, hal ini dilakukan juga untuk menekan biaya distribusi.

Dua tahun lalu, Allianz melakukan perubahan label, dari asuransi mikro menjadi asuransi dengan target emerging consumers. Cara ini diambil, karena mereka ingin meluaskan pasar, bukan cuma masyarakat yang penghasilannya kurang dari US$ 2 sehari, tapi juga yang di atas skala tersebut.

Sasaran emerging consumers adalah 60% terbawah dari seluruh populasi masyarakat apabila diurutkan berdasarkan tingkat penghasilan mereka.

Nah, tahun lalu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merilis produk bersama enam asuransi mikro yang ditujukan bagi segmen masyarakat bawah. Sesuai pengertiannya, asuransi mikro ditujukan bagi masyarakat berpenghasilan rendah dengan harga premi maksimal Rp 50.000.

Lazimnya, asuransi ini dibeli dalam bentuk voucher seperti yang dimiliki Pak Warsidi tadi.


Perkembangan
Dalam asuransi mikro, premi dan santunannya sudah ditetapkan. Jumlahnya sama untuk setiap tertanggung. Misalnya, asuransi demam berdarah Warsidi, preminya Rp 10.000 berlaku untuk tiga bulan, dengan santunan Rp 1 juta. Adapun santunan asuransi mikro ini, harus diserahkan tak lebih dari sepuluh hari sejak dokumen klaim dilengkapi.  

Target pasar bagi asuransi mikro adalah mereka yang berpenghasilan tidak lebih dari Rp 2,5 juta per bulan. Bagi Anda, barangkali premi asuransi mikro yang Rp 10.000 itu amat sangat murah, tapi kenyataannya, perkembangan bisnis asuransi mikro belum seperti yang diharapkan.

Bulan Mei lalu, OJK merilis data bahwa 90% premi asuransi mikro diperoleh dari asuransi jiwa, yang lazimnya di-bundling dengan produk lain seperti saat pengajuan kredit. "Ini kan pemegang polisnya banyak yang tidak sadar mereka diasuransikan ketika mengajukan kredit," tutur Muchlasin, Direktur Industri Keuangan Non Bank Syariah OJK, seperti dikutip Harian KONTAN.

Sampai akhir tahun lalu, tercatat ada 6,17 juta nasabah asuransi mikro, dengan total pendapatan premi sekitar Rp 106,5 miliar.

Direktur Produk dan Kelembagaan OJK, Heru Juwanto, kepada Harian KONTAN menyatakan saat ini ada 55 perusahaan asuransi yang menawarkan produk mikro. Sebanyak 42 perusahaan menjual produk standar, yang diluncurkan oleh OJK dan sisanya menawarkan produk mandiri. Tahun ini, OJK mengharapkan pemegang asuransi mikro mencapai 6,47 juta.

Firdaus Djaelani, anggota Dewan Komisioner OJK dan Kepala Eksekutif Industri Keuangan Non Bank (IKNB)  mengatakan bahwa pertumbuhan asuransi mikro memang belum seperti yang diharapkan, meskipun potensinya besar. "Jalur distribusi belum bisa berjalan baik, karena pembicaraan fee atau komisi masih dibicarakan, mengingat premi yang sangat kecil," ujar Firdaus.

Oleh karena itu OJK mengizinkan jika perusahaan asuransi melakukan modifikasi sesuai dengan ciri asuransi mikro yakni murah, mudah didapat dan klaim sederhana.

Kendala penyerapan asuransi mikro oleh masyarakat, menurut Eko Endarto, perencana keuangan dari Financia Consulting adalah masyarakat masih berpikir kalau membayar maka harus dapat kompensasi.

Adapun asuransi mikro adalah asuransi yang dibayar langsung untuk jangka waktu tertentu, sehingga harus selalu diperbaharui jika ingin mendapatkan manfaatnya.

Kalau tidak terjadi risiko apa-apa,  maka konsumen tidak akan mendapat kompensasi apa pun.

Eko bilang di sinilah perlunya edukasi kepada masyarakat bahwa jika tidak terjadi risiko apa-apa, maka mereka membayar dan uang tidak kembali. "Sebenarnya itu bukanlah suatu kerugian," kata dia.

Selain itu, premi asuransi mikro keluaran OJK juga dianggap masih terlalu mahal. Idealnya, untuk masyarakat penghasilan maksimal Rp 2,5 juta per bulan, maka premi yang dibayar adalah Rp 25.000.   

Perbedaan mendasar lain bagi asuransi mikro adalah distribusinya. Kalau asuransi biasa lazim menggunakan agen, skala distribusi asuransi mikro lebih luas. Produk ini memang dibikin masal, bukan kostum, sehingga bisa dijual di mana pun, seperti kantor pos, jalur bank, bahkan mini market.

Asuransi mikro harus disebarkan dalam skala besar, sehingga memenuhi hitungan bisnis mereka.

AIG, misalnya, sampai kini menggandeng Bank Andara untuk memasarkan asuransi mikro. Meski begitu, "Kami masih membuka kesempatan untuk mitra lainnya," ujar Sony.

Adapun Allianz Life Indonesia menggandeng 80 lembaga keuangan mikro yaitu Bank Perkreditan Rakyat (BPR), koperasi dan ventura untuk menjual asuransi mikro mereka.


Sarana edukasi
Kalangan pebisnis asuransi menyadari bahwa meski preminya terjangkau, tidak mudah menjangkau seluruh pasar potensial asuransi mikro. "Memang perlu proses dan semua pihak berkontribusi dalam menyosialisasikan asuransi mikro ini," ujar Sahala Tobing, Direktur Asuransi Jasindo.

Pasar asuransi mikro memang besar, tapi karena preminya mini, kontribusi bisnisnya bagi perusahaan asuransi juga mungil. Alhasil, asuransi mikro membutuhkan waktu yang lama untuk mendatangkan laba, yakni berkisar lima sampai enam tahun.  

Bagi Allianz Life Indonesia kontribusi premi dari asuransi mikro terhadap total pendapatan premi masih kurang dari 1%.

Tapi, Wessling bilang pasar asuransi mikro masih sangat luas dan relatif bisa diterima lebih banyak kalangan. Maka, mereka lantas menjadikan asuransi mikro sebagai sarana edukasi. "Bagi kami yang terpenting bagaimana kami dapat menjangkau masyarakat lebih luas lagi dan dapat meningkatkan kesadaran mereka akan asuransi," ujar Wessling.

Nah, apa saja produk asuransi mikro yang ada di pasar? Berikut beberapa di antaranya.


• Si Peci
Singkatan dari Asuransi Penuh Cinta. Asuransi ini adalah asuransi jiwa yang memberikan santunan duka sebesar Rp 5 juta bila tertanggung meninggal dunia karena sakit dan Rp 25 juta apabila akibat kecelakaan. Adapun preminya Rp 50.000, berlaku satu tahun.

• Si Bijak
Produk asuransi mikro syariah, dengan premi Rp 50.000. Santunan yang diterima beragam, misalnya meninggal dunia karena sakit (Rp 2,5 juta), santunan pemakaman karena sakit (Rp 500 ribu), atau santunan karena hilangnya penghasilan peserta karena kebakaran, pencurian, perampokan pada rumah atau gerobak usaha yang besarnya Rp 500 ribu.  

• Warisanku
Dengan premi Rp 30.000 per tahun per orang, memberikan santunan terhadap risiko meninggal dunia akibat kecelakaan dengan uang santunan duka Rp 10 juta untuk ahli waris ditambah biaya pemakaman Rp 500 ribu. Adapun  meninggal dunia karena sakit mendapat santunan biaya pemakaman Rp 500 ribu.

• Rumahku
Memberikan perlindungan untuk bangunan tempat tinggal dan bangunan usaha mikro terhadap risiko-risiko kerusakan akibat kebakaran, ledakan petir, kejatuhan pesawat, asap dan meninggal dunia. Santunan kebakaran sebesar Rp 5 juta untuk  pemilik bangunan, Rp 500 ribu untuk penyewa bangunan dan santunan duka Rp 5 juta untuk ahli waris.

• Stop Usaha Erupsi
Memberikan perlindungan untuk objek tempat usaha (kios, warung, lapak, gerobak, sepeda motor, sampan), modal usaha/isi tempat usaha (perlengkapan usaha/produk) terhadap risiko kerusakan akibat kebakaran, petir, kejatuhan pesawat, asap, kerusakan, tertabrak kendaraan, letusan gunung berapi (erupsi).

• Stop Usaha Gempa/Tsunami
Memberikan perlindungan untuk tempat usaha seperti produk sebelumnya, hanya saja penyebabnya adalah gempa bumi atau tsunami.

• Allianz Life
Allianz Life mengeluarkan beberapa produk asuransi mikro mandiri. Produk ini, yaitu Payung Perlindunganku untuk asuransi kecelakaan diri, Payung Kesehatanku untuk asuransi kesehatan rawat inap, serta Payung Rumahku yang memberikan perlindungan atas kebakaran rumah.

• Jasindo
Akhir tahun lalu Jasindo meluncurkan produk terbaru asuransi mikro yakni JAMIN alias Jasindo Micro Insurance.  Jamin memberikan perlindungan yang mengombinasikan risiko meninggal, kesehatan dan kebakaran sebagai obyek tertanggung. Besaran premi adalah Rp 50.000 per tahun dan peserta mendapat sertifikat sebagai bukti kepesertaan.

Selain itu, Jasindo memiliki beberapa asuransi mikro yang dipilah berdasarkan segmennya. Keuntungan asuransi mikro adalah lebih leluasa menentukan obyek pertanggungan. Maka, Jasindo mengeluarkan Jasindo Pelangi, misalnya, yakni asuransi penerbangan dan pelayaran yang memberi perlindungan mulai dari ruang tunggu sampai bandara atau pelabuhan yang dituju. Besarnya premi mulai Rp 10.000 sampai Rp 25.000 dengan manfaat santunan bagi cacat tetap tetap atau meninggal dunia sebesar Rp 100 juta hingga Rp 250 juta, dengan biaya perawatan Rp 10 juta

Selain itu, Jasindo juga menawarkan Asuransi Anak Sekolah untuk pelajar dari TK sampai mahasiswa, bahkan juga meliputi guru, dosen serta staf yang bekerja di lingkungan sekolah atau kampus. Lebih spesifik lagi, Jasindo menawarkan Asuransi Sapi, dengan premi Rp 300 ribu setahun, asuransi ini memberikan penggantian sapi yang dicuri sampai dengan Rp 15 juta.

• Jasa Tania
Asuransi Jasa Tania menawarkan asuransi mikro bernama JT Care Micro. Dengan premi sebesar Rp 50.000, nasabah bisa mendapatkan uang pertanggungan Rp 200.000 per hari, serta maksimal Rp 2 juta. Asuransi ini berlaku selama tiga bulan.    

• Bringin Life
Perusahaan ini menawarkan asuransi bernama KKM singkatan dari Kecelakaan, Kesehatan, Meninggal Dunia. Mereka mensyaratkan usia 18–59 tahun untuk peserta, dengan premi  Rp 50.000 per orang, atau Rp 90.000 untuk pasangan suami isteri. Manfaatnya beragam, misalnya santunan rawat inap Rp 100 ribu per hari,  biaya operasi, dan santunan kematian.         

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Adi

Terbaru