Hitungan meleset, sekolah idaman cuma impian (1)

Jumat, 01 Juli 2011 | 15:30 WIB   Reporter: Dikky Setiawan
Hitungan meleset, sekolah idaman cuma impian (1)

ILUSTRASI. Menteri Agama Fachrul Razi dinyatakan positif Covid-19 pada Senin (21/9/2020). ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/hp.


JAKARTA. Apa yang terbayang di benak Anda ketika tahun ajaran baru sekolah tiba? Niscaya hati kecil Anda akan mengatakan biaya pendidikan atau uang masuk sekolah tahun ini lebih mahal dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Pendapat Anda memang tidak salah. Biaya pendidikan selalu melonjak setiap tahun. Bahkan, kenaikannya bisa dua kali lipat atau lebih dari laju inflasi. Lalu, apa faktor penyebab inflasi biaya pendidikan?

Dalam kacamata Mike Rini, perencana keuangan dari MRE Financial & Business Advisory, ada sejumlah pemicu inflasi pendidikan. Pertama, inflasi biaya pendidikan dipicu inflasi ekonomi. Menurut Mike, inflasi ekonomi yang utama berkaitan dengan kebutuhan pokok (sembako). "Jika harga sembako mahal, gaji guru juga kian mahal. Harga kebutuhan lain, seperti bahan bangunan untuk fasilitas sekolah, ikut naik. Semua itu menyebabkan pihak sekolah mendongkrak biaya pendidikan," kata Mike.

Kedua, faktor pemicu inflasi biaya pendidikan adalah kurikulum sekolah tujuan. Menurut Mike, standar kurikulum sekolah umum, sekolah alam, atau sekolah internasional, memiliki perbedaan. Metode pembelajaran di sekolah bertaraf internasional biasanya bukan cuma mengacu kepada keterampilan ilmu pasti, namun juga kepada personal skill para siswa.

Tidak semua siswa memiliki skill dan bakat yang sama. Untuk menemukan bakat siswa, butuh waktu untuk pendekatan yang intensif. Nah, kata Mike, semakin terbukti bagus kurikulum yang ditawarkan sebuah sekolah, maka akan semakin mahal tarif biaya pendidikannya.

Ketiga, penyebab inflasi adalah fasilitas yang ditawarkan. Semakin lengkap fasilitas sebuah lembaga sekolah, semakin mahal pula biaya pendidikan di sekolah itu. Dan, jika semakin banyak lulusan dari sebuah sekolah yang memiliki penghasilan bagus, ranking sekolah itu akan semakin tinggi.

Lalu, bagaimana cara menghitung inflasi biaya pendidikan? Berikut ini adalah sejumlah tip sederhana menghitung inflasi biaya pendidikan yang dirangkum KONTAN dari sejumlah perencana keuangan:

Tentukan jenjang pendidikan anak

Sebelum melakukan perhitungan inflasi biaya pendidikan anak, terlebih dahulu Anda harus menghitung atau memperkirakan jenjang pendidikan yang kelak akan dilalui sang buah hati. Jenjang pendidikan diawali dari play group, taman kanak-kanak, SD, SMP, SMA, dan jenjang perguruan tinggi.

Nah, penentuan jenjang pendidikan ini dilakukan berdasarkan umur anak Anda. Katakanlah, usia anak saat ini baru menginjak dua tahun, dan Anda berencana mempersiapkan biaya pendidikan untuk jenjang SMA. Maka, usia anak Anda ketika masuk SMA diperkirakan 16 tahun.

Menurut Mike, menghitung jenjang pendidikan bertujuan untuk menentukan time horizon investasi biaya pendidikan yang dibutuhkan ketika anak memasuki sebuah jenjang pendidikan. Langkah ini akan memudahkan Anda dalam menghitung atau memperkirakan biaya pendidikan anak kelak.

Tentukan sekolah tujuan anak

Langkah selanjutnya adalah menentukan sekolah tujuan. Langkah ini berguna mengukur kemampuan finansial Anda dalam memenuhi biaya pendidikan anak ketika menempuh jenjang pendidikan di sekolah yang jadi tujuan. Maklum, kenaikan biaya pendidikan di setiap lembaga sekolah berbeda.

Contohnya, biaya pendidikan kuliah di universitas dalam negeri dengan universitas di Amerika Serikat. Selain karena faktor biaya hidup, perbedaan juga terletak pada tingkat inflasi ekonomi dan nilai mata uang yang digunakan.

Menurut Risza Bambang, perencana keuangan dari Shildt Financial Planning, menentukan sekolah tujuan anak juga berguna sebagai dasar mendapatkan informasi berapa biaya pendidikan yang dibutuhkan. Nah, biaya itu meliputi biaya masuk sekolah, SPP sekolah, buku dan perlengkapan sekolah, akomodasi seperti tempat tinggal, kebutuhan hidup, transportasi, dan komunikasi.

Di luar urusan biaya, Rakhmi Permatasari, perencana keuangan dari Safir Senduk & Rekan mengingatkan supaya orangtua juga menyesuaikan sekolah tujuan dengan visi pendidikan anak yang diinginkan orangtua. (Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini

Terbaru