Dana darurat lebih penting dari investasi

Selasa, 06 Juni 2017 | 16:59 WIB   Reporter: Francisca Bertha Vistika
Dana darurat lebih penting  dari investasi


Tidak ada yang tahu, apa yang akan terjadi besok, bulan depan, tahun berikutnya, bahkan satu menit kemudian. Kejadian yang tidak terduga itu kadang membutuhkan uang yang tidak sedikit. Harus menjalani perawatan di rumahsakit, misalnya.

Nah, pos dana darurat dalam keuangan keluarga jadi solusi untuk kebutuhan yang tidak disangka-sangka, yang memerlukan penanggulangan segera. Kebutuhan mendesak ini umumnya bersifat musibah, seperti sakit, kecelakaan, serta kerusakan pada rumah.

“Bila tanpa ada dana tunai hidup seseorang menjadi berubah dan tidak berjalan dengan baik, itu adalah kebutuhan mendesak,” ujar Prita H. Ghozie, Perencana Keuangan Zap Finance.

Pandji Harsanto, Perencana Keuangan Finansia Consulting, membagi kebutuhan mendesak dalam tiga kategori.

Pertama, urgen atau darurat dan ini menyangkut nyawa seseorang. Contohnya, sakit hingga harus masuk rumahsakit, maka dana darurat bisa digunakan.

Kedua, semua yang berhubungan dengan kelangsungan hidup. Ambil contoh, rumah kebakaran sehingga butuh tempat tinggal sementara dengan cara  mengontrak. Dana darurat pun bisa dimanfaatkan.

Ketiga, kondisi yang memang harus menggunakan pos dana darurat lantaran sudah tidak ada dana tunai lagi. Misalnya, kehilangan pekerjaan.

Lebih dari itu, Prita mengatakan, dana darurat bisa dipakai untuk membeli barang-barang produktif yang rusak atau hilang. Contoh, ban mobil pecah sehingga tidak bisa digunakan lagi, kulkas rusak, dan laptop satu-satunya hilang.

Prita punya pengalaman yang tidak mengenakkan soal ini. Beberapa waktu lalu laptop satu-satunya hilang dicuri orang. Padahal, komputer yang bisa dibawa-bawa ke mana-mana itu sangat dibutuhkan untuk mendukung pekerjaannya.

Apalagi, dalam hitungan hari ia mesti mengisi acara yang membutuhkan laptop untuk presentasi. Dia pun lantas memakai dana darurat buat membeli laptop pengganti.

Kata Pandji, kehilangan ponsel satu-satunya yang sehari-hari digunakan untuk mendukung pekerjaan juga bisa memakai dana darurat buat membeli yang baru. Tapi, jangan aji mumpung, ya. “Terkadang, orang beli di atas kebutuhan. Kebutuhan untuk telepon atau mengirim pesan tapi beli ponselnya yang canggih, bisa ini itu,” ucap dia.

Selain itu, Prita menambahkan, dana darurat bisa digunakan saat nilai aset investasi untuk tujuan keuangan tertentu turun. Alhasil, dananya tidak cukup untuk membiayai tujuan keuangan itu.

Misalnya, biaya pendidikan anak. Tapi ternyata, hasil investasinya tidak mencapai target yang diharapkan. “Dibanding berutang untuk menutup kekurangan biaya, lebih baik ambil dari dana darurat yang ada,” imbuh Prita.

Itu sebabnya, Pandji menyatakan, pos dana darurat dalam keuangan keluarga lebih penting ketimbang investasi. Saran dia: lebih baik punya darurat lebih dulu dibandingkan dengan berinvestasi.

Kalau keuangan keluarga sudah aman, baru investasi. “Investasi, kan, bisa turun nilainya. Begitu turun dan tidak punya dana darurat, maka bisa mengganggu keuangan keluarga,” ungkap Pandji.

Sumber untuk mengisi dana darurat juga bisa dari bonus atau penghasilan tambahan. Bahkan, menurut Pandji, hasil klaim proteksi, misalnya, asuransi kesehatan tambahan, dananya dapat langsung dimasukkan ke pos anggaran ini.

Tiga kali pengeluaran

Lalu, berapa jumlah ideal dana darurat? Pandji bilang, masing-masing orang berbeda tergantung statusnya.

Bagi yang berstatus singel dan menikah tetapi belum punya anak, setidaknya memiliki dana darurat sebesar tiga kali hingga enam kali pengeluaran rutin bulanan. Untuk yang menikah dengan anak satu, jumlah idealnya sembilan kali dari pengeluaran bulanan. Begitu seterusnya.

Jika Anda belum pernah mengalokasikan aset khusus untuk dana darurat, maka langkah pertama adalah menghitung berapa kebutuhan idealnya. Kemudian, Anda membuat daftar aset investasi dan alokasikan untuk dana darurat.

Untuk mengisi dana darurat, yang pertama tentu saja dengan menyisihkan gaji bulanan. Besarannya, menurut Prita, sekitar 5% dari pendapatan untuk membentuk dana darurat yang ideal minimal sebanyak tiga kali pengeluaran rutin bulanan.

Buat Anda yang tidak memperoleh gaji bulanan sebagai pegawai, saldo ideal dana darurat lebih besar lagi, paling sedikit 12 kali pengeluaran rutin bulanan. “Alokasi dana darurat setiap bulan dengan transfer gaji ke rekening terpisah. Jika tidak digunakan, maka dikumpulkan saja di tabungan. Tempat penyimpanannya bisa di tabungan bank atau reksadana pasar uang,” kata Prita.

Tempat untuk menyimpan dana darurat harus instrumen keuangan yang sangat likuid dan berisiko rendah. Tabungan bank menjadi tempat yang terbaik buat menyimpan dana darurat.

Mengingat jumlah dana darurat yang besar, penyimpanannya harus dilakukan secara berlapis, mulai dari risiko yang rendah hingga sedang.

Yang terpenting, Pandji mengatakan, dana darurat disimpan pada tempat atau barang yang mudah untuk mendapatkan dana tunai. Tak mesti ditabung di rekening terpisah. Sebab, itu akan menyulut biaya administrasi baru yang justru membuat dana bisa berkurang jika tidak digunakan.

Anda juga bisa menyimpan dana darurat dalam bentuk logam mulia atawa emas. “Kalau emas dijual, sekitar dua jam juga sudah bisa mendapatkan uang tunai,” ujar Pandji.

Dana darurat Anda?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: S.S. Kurniawan

Terbaru