Biaya pendidikan mahal, biarkan reksadana beraksi

Rabu, 16 September 2015 | 10:05 WIB   Reporter: Agung Jatmiko, Roy Franedya
Biaya pendidikan mahal, biarkan reksadana beraksi


Setiap tahun biaya pendidikan pasti melambung. Dan, kenaikannya enggak tanggung-tanggung, bisa mencapai 20%. Agar tak menjadi beban, Anda harus mulai mempersiapkan dana pendidikan anak sedini mungkin.

Masih ingat, dong, sama petuah Arab ini: tuntutlah ilmu sampai ke negeri China. Petuah ini bisa diartikan agar kita menuntut ilmu setinggi-tingginya. Maklum, masih banyak masyarakat yang beranggapan, dengan berbekal pendidikan tinggi, maka masa depan bisa lebih cerah.

Karena itu, tidak heran kalau banyak orang yang berlomba menuntut ilmu hingga jenjang pendidikan yang paling tinggi. Gelar sarjana saja enggak cukup. Banyak yang kemudian melanjutkan sekolah ke pascasarjana dan doktoral.

Tapi, tingginya jenjang ilmu yang ditempuh biasanya berbanding lurus dengan jumlah biaya yang harus dikeluarkan. Semakin tinggi level pendidikan yang diambil, semakin tinggi pula biayanya. Tambah lagi, inflasi biaya pendidikan biasanya lebih tinggi ketimbang inflasi nasional. Kenaikannya bisa mencapai dua kali lipat laju inflasi tahunan bahkan lebih. "Untuk Jakarta saja, tiap tahun inflasi pendidikan bisa mencapai 15% sampai 20%," ujar Freddy Pieloor, perencana keuangan dari MoneynLove Financial Planning.

Buat yang berkantong tebal, biaya pendidikan anak mungkin tidak menjadi masalah. Cuma, untuk yang berpenghasilan pas-pasan, jelas kenaikan biaya pendidikan yang bisa sampai 20% per tahun rasa-rasanya tidak masuk akal, bila dibandingkan dengan kenaikan gaji tahunan pegawai yang rata-rata cuma sedikit di atas inflasi atau malah setara inflasi.

Memang, buat yang ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi tapi tidak punya biaya bisa mencari beasiswa. Hanya, mendapat beasiswa enggak gampang. Persaingan memperoleh beasiswa biasanya ketat. Maklum, yang mengajukan beasiswa banyak sedang tempatnya terbatas.

Untuk itu, orangtua mesti menyiapkan biaya pendidikan anak sejak dini. Bahkan, saat baru merencanakan untuk memiliki anak. Jadi, akan sangat baik saat anak baru lahir para orangtua langsung menghitung dana pendidikannya. Maklum, biaya sekolah cukup besar sejak taman kanak-kanak (TK) hingga kuliah, dan terus naik tiap tahun. Agar tidak menjadi masalah yang memusingkan di kemudian hari, orangtua wajib menyisihkan sebagian pendapatan untuk investasi.

Dan, salah satu kendaraan investasi yang tepat untuk membiakkan dana untuk biaya pendidikan adalah reksadana.

Tri Agung Winantoro, Direktur Utama Asia Raya Kapital bilang,  reksadana merupakan instrumen investasi jangka pendek, menengah, dan panjang yang bisa digunakan untuk tujuan keuangan apapun termasuk biaya pendidikan.

Keunggulan produk ini, misalnya, dari sisi imbal hasil secara rata-rata lebih tinggi ketimbang tabungan dan deposito. Tingkat bunga tabungan belum bisa melampaui inflasi. Berbeda dengan reksadana yang kinerja imbal hasilnya bisa lebih dari 10% per tahun. Dalam jangka panjang, kinerja reksadana hampir pasti mengalahkan produk perbankan. "Lawan reksadana mungkin hanya trading, namun aktivitas tersebut juga tidak mudah," ujar Tri.


Hitung biaya
Demi mempersiapkan biayapendidikan yang cukup, Anda sebagai orangtua harus memiliki "impian", di mana kira-kira anak Anda kelak bersekolah. Impian itu sebaiknya Anda gambarkan sedetail mungkin. Bagi yang ingin menguliahkan anaknya, ini termasuk program studi apa yang akan dia tempuh, di universitas mana, di kota atau negara manakah lokasi perguruan tinggi tersebut.

Enggak ada salahnya, Anda membuat dua skenario. Tidak menjadi soal bila nanti skenario yang Anda impikan tersebut tidak sesuai dengan kemauan buah hati Anda. Yang terpenting, impian Anda ini menjadi acuan untuk mempersiapkan biaya pendidikan bagi putra atau putri Anda kelak.

Tahap selanjutnya, Anda dan pasangan berburu informasi selengkap-lengkapnya tentang biaya yang diperlukan. Apa saja, sih, komponen biaya tersebut? Komponen pertama, tentu saja biaya pendaftaran dan biaya masuk sekolah. Ini biaya yang hanya diperlukan sekali. Kedua, biaya selama pendidikan. Ini termasuk biaya seragam, buku, dan biaya lain seperti praktikum. Ingat, Anda harus menghitung seluruh biaya ini dari tahun pertama hingga lulus.

Ketiga, biaya hidup. Yang termasuk di sini adalah biaya transportasi, biaya makan, biaya sosial, dan biaya tempat tinggal jika lokasi sekolah yang dituju berada di luar kota atau luar negeri. Untuk komponen ini, Anda mesti menghitungnya selama masa pendidikan.

Kini, saatnya membeli reksadana. Tapi, reksadana apa yang paling cocok untuk biaya pendidikan? Jawabnya sangat tergantung dari kondisi dan keadaan Anda. Makanya, perlu memahami dulu risiko reksadana dan profil risiko Anda. Tujuannya, untuk mengukur kemampuan Anda dalam menghadapi risiko yang muncul.

Maklum, berinvestasi di reksadana dengan tujuan dana pendidikan sekalipun memiliki risiko terutama penurunan nilai investasi. Kondisi ini bisa terjadi saat pasar bergejolak seperti sekarang. Ada juga risiko wanprestasi. Risiko ini muncul ketika manajer investasi tidak mampu memenuhi kewajibannya dalam mengembalikan dana nasabah. Itu sebabnya, sebagai investor, sebelum menentukan pilihan, Anda wajib mencermati rekam jejak pemilik perusahaan manajer investasi, kondisi grup usaha, hingga kebijakan investasinya.

Nah, lantaran Anda sudah memutuskan tujuan untuk biaya pendidikan, Budi Rahardjo, perencana keuangan dari One Shildt Consultant, bilang, ada dua hal lain yang perlu diperhatikan betul sebelum membeli reksadana.

Pertama, memperhitungkan kekuatan finansial saat ini, utamanya untuk kebutuhan konsumsi, asuransi, dan ketersediaan dana darurat. Anda mesti memastikan bebas utang dalam jangka waktu tertentu, atau paling tidak berusaha agar keberadaan utang yang dimiliki tidak sampai mengganggu cash flow harian. Sebab, jika beban utang  Anda masih besar, maka alokasi investasi harus diperhitungkan ulang. Malah ada kemungkinan hasil investasinya akan sedikit meleset dari kebutuhan dana di masa mendatang seperti yang sudah direncanakan.

Kedua, komitmen. Dana pendidikan adalah investasi jangka panjang yang membutuhkan komitmen terus menerus hingga biaya yang diperlukan terkumpul. Ketika komitmen tidak ada, tentu bakal memperpanjang waktu yang dibutuhkan dalam memenuhi dana pendidikan, padahal keperluannya sudah makin mendesak.


Pilih sesuai dengan waktu
Menurut Freddy, penggunaan reksadana untuk dana pendididikan harus disesuaikan dengan jangka waktu kebutuhannya. Untuk kebutuhan dana pendidikan tak lebih dari setahun, Anda bisa memarkir dana di reksadana pasar uang. Soalnya, produk ini paling stabil di antara reksadana lainnya.

Lalu, reksadana pendapatan tetap cocok untuk memenuhi kebutuhan dana pendidikan dalam kurun waktu satu tahun– tiga tahun. Produk tersebut juga menjanjikan imbal hasil yang tetap sepanjang tahun.

Sementara reksadana campuran pas bagi dana pendidikan jangka menengah, di atas tiga tahun. "Untuk persiapan dana pendidikan sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP)," imbuh Budi.

Adapun reksadana saham untuk tujuan jangka panjang atau di atas lima tahun. Menurut Budi, produk ini memberikan imbal hasil yang bagus ketimbang reksadana lainnya.

Hans Kwee, Vice President of Investment Quant Kapital Investama, punya pandangan yang sama. Reksadana saham memang sangat cocok untuk dana pendidikan karena sifatnya yang jangka panjang. Apalagi, investasi pada reksadana saham memberikan imbal hasil yang maksimal. Selama lima tahun hingga sepuluh tahun terakhir, imbal hasil produk ini selalu di atas 50%.

Hans punya tiga cara bagi Anda yang ingin berinvestasi di reksadana saham untuk biaya pendidikan. Pertama, langsung membeli dalam jumlah besar atau lump sum. Dalam strategi ini, Anda perlu mengalokasikan anggaran gede, misalnya, Rp 500 juta dan baru akan ditarik untuk biaya pendidikan.

Kedua, dengan cara mencicil. Dalam periode dan jumlah tertentu secara terus menerus Anda melakukan investasi. Nilai investasinya tidak perlu banyak-banyak. Contoh, sebesar Rp 500.000 per bulan. Cara ini cukup direkomendasikan bagi Anda yang saat ini kemampuan finansialnya belum mencukupi untuk membeli reksadana saham dalam jumlah besar. Jika kemampuan keuangan bertambah, Anda bisa meningkatkan setorannya menjadi dua kali lipat atau tiga kali lipat.

Ketiga, cara gerilya. Yang dimaksud dengan gerilya adalah, Anda mengalokasikan dana dengan perhitungan kenaikan dalam periode tertentu. Tapi ingat, alokasi dana ini tetap harus memperhitungkan kesehatan keuangan Anda. Jangan sampai karena terlalu getol mengalokasikan dana, sampai lupa dengan kebutuhan sekarang.

Jadi, siapkan biaya pendidikan anak-anak sejak dini.  Sebab, hampir semua orang tua sepakat, warisan terbaik bagi buah hati adalah pendidikan.       

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Adi

Terbaru