Setelah beberapa waktu lalu membahas tentang strategi agar tetap produktif walau sudah menja-lani masa pensiun, kali ini KONTAN akan membahas lebih jauh lagi tentang berbagai pilihan usaha atau bisnis yang bisa dilirik oleh para pensiunan.
Kondisi seseorang ketika sudah memasuki masa pensiun, bagaimanapun, sedikit banyak berbeda dengan kondisi ketika dia masih berada di usia produktif. Dari sisi kesehatan fisik, sebagai contoh.
Kecuali seseorang rajin berolahraga sejak muda, menjaga pola makan, dan bergaya hidup sehat, kondisi fisik ketika pensiun dan memasuki usia di atas setengah abad biasanya sudah mulai banyak bermasalah.
Tidak heran, bila idealnya masa pensiun diisi dengan istirahat dengan kegiatan-kegiatan fisik yang tidak terlalu menguras energi. Namun, apa boleh buat. Apabila situasi dan kondisi keuangan ketika pensiun mengharuskan Anda tetap produktif finansial, tetap aktif bekerja juga bukan hal buruk.
Para perencana keuangan berpendapat, produktif dari sisi finansial ketika sudah mema-suki usia pensiun bisa dijalankan dengan menjalankan bisnis atau berwiraswasta.
Nah, menimbang kondisi fisik yang semakin menua, perencana keuangan menyarankan agar kriteria pertama dalam memilih jenis usaha yang dijalankan saat pensiun adalah usaha yang tidak terlalu menguras energi dan menuntut mobilitas tinggi.
Ini seperti yang telah dijalankan oleh Sukimin, pensiunan pegawai bank berusia 64 tahun di Bitung, Sulawesi Utara. Setelah gagal menjajaki peruntungan bisnis di sektor perkebunan semasa masih berstatus karyawan, kini di masa pensiun, Sukimin menjalankan usaha penginapan “Tentram” di salah satu kota di bumi Minahasa. “Saya memanfaatkan rumah yang ada untuk penginapan,” cerita dia kepada KONTAN.
Penginapan berisi enam kamar itu bisa memberikan omzet sekitar Rp 3 juta per bulan. Pendapatan sebesar itu cukup untuk menambahi penghasilan pensiun Sukimin yang sebesar Rp 1,6 juta per bulan. “Saya tidak ngoyo, asalkan kebutuhan harian terpenuhi,” ujar dia.
Usaha penginapan termasuk usaha yang tidak terlalu menguras tenaga dan menuntut mobilitas tinggi sehingga cocok dijalani oleh pensiunan.
Sesuaikan minat
Amir Karamoy, pengamat wirausaha dan waralaba yang juga menjabat sebagai Ketua Komite Tetap Waralaba dan Lisensi Kadin, menilai, agar lebih enjoy menjalankan usaha ketika di usia pensiun, lebih baik memilih jenis usaha yang sesuai dengan minat masing-masing. “Kalau berbeda sekali dengan minat, nanti pasti kesulitan,” kata dia.
Selain itu, dukungan keluarga dan kemampuan modal perlu diperhatikan. Perencana keuangan dari Mitra Rencana Edukasi Sari Insaniwati menambahkan, para pensiunan lebih baik memilih bisnis dengan risiko gagal rendah, mudah dijalankan tanpa keahlian khusus, lalu nilainya bisa terus naik tanpa harus terlibat banyak. “Pilih usaha di bidang yang selalu dibutuhkan orang dan bisa jalan langsung,” imbuh Khoerusalim Ikhsan, pengamat waralaba dari Entrepreneur College.
Ia mencontohkan, bisnis terkait makanan atau kuliner. Lalu, bisnis pakaian atau fashion. Bisa juga, bisnis terkait perumahan, bisa developer hingga berdagang material bangunan. Selain itu, bisnis di bidang kesehatan, seperti obat herbal, suplemen, klinik. Kemudian, bisnis otomotif, mulai dari bengkel motor atau mobil, aksesori kendaraan, cuci mobil, sewa kendaraan. Terakhir, bisnis terkait komunikasi, seperti telepon seluler (ponsel), pulsa, aksesori ponsel, dan lain-lain.
Sari menambahkan, pada prinsipnya, berbisnis bagi seorang pensiunan menuntut persiapan yang sama dengan memulai usaha di usia produktif. “Tidak ada pembatasan bahwa kalau sudah pensiun, bisnisnya yang sedang-sedang saja, sekadar mengisi waktu atau menambah penghasilan,” kata dia.
Banyak cerita sukses seseorang yang berhasil membangun bisnisnya mulai pensiun. Dengan kata lain, walau memulai usaha ketika usia mulai senja, seorang pensiunan tetap harus serius mempersiapkannya. Kendati usaha yang dirintis baru selevel usaha rumahan atau usaha kecil menengah (UKM), persiapan yang baik akan menaikkan probabilitas keberhasilan usaha.
Nah, berikut beberapa gambaran usaha yang bisa dijajaki seseorang di masa pensiun:
Usaha rumah kos
Apabila Anda cukup beruntung memiliki rumah yang berdekatan dengan kampus, sekolah, kompleks perkantoran, atau pabrik, Anda bisa menja-jaki untuk menyewakan kamar untuk kos-kosan atau membangun bangunan khusus untuk indekos atau kontrakan. “Kebutuhan modalnya relatif, apabila kamar kosong sudah tersedia, Anda cukup memodali pembelian perlengkapan kamar, seperti tempat tidur, lemari, kasur, dan lain lain,” jelas Sari.
Kalau yang Anda miliki baru berupa lahan kosong, membangun kontrakan bisa dijajaki. Kebutuhan modal tergantung dari jumlah kamar yang dibangun. “Untuk kontrakan berisi 8 kamar tidur dan kamar mandi, kebutuhan modalnya sekitar Rp 100 juta,” kata Sari.
Menurut Sari, bisnis rumah kontrakan atau indekos ini nyaris tidak ada kendala selama lokasi memang prospektif. “Balik modal mungkin butuh waktu namun biaya penyusutan kecil dan investasi besar hanya di awal saja,” jelas Sari.
Kunci sukses bisnis indekos atau kontrakan, selain lokasi, menurutnya, adalah tawaran ukuran kamar dan fasilitas. Misalnya, keberadaan lahan parkir yang memadai, jaringan internet, mesin pendingin udara, dan sebagainya. “Perlu juga menggiatkan promosi,” imbuhnya.
Usaha rental mobil
Usaha penyewaan mobil juga tidak butuh modal terlalu besar. Anda sudah bisa langsung menjalankan dengan modal satu atau dua mobil saja. Nah, bila mobil sewa belum Anda miliki, Sari menyarankan untuk membeli mobil bekas secara tunai atau mengambil kredit mobil. Pilih mobil berkapasitas besar sejenis multi purpose vehicle (MPV). “Modal pembelian dua mobil bekas sekitar Rp 200 juta–Rp 250 juta,” kata dia.
Membeli mobil baru melalui skema kredit juga bisa ditimbang. Uang muka dua mobil baru sekitar Rp 100 juta. “Ketika bisnis sudah berjalan baik, dalam 3 tahun kredit bisa kita lunasi, mobil menjadi hak milik dan tinggal menikmati uang sewa,” jelas Sari.
Namun, bisnis ini memiliki risiko cukup tinggi, misalnya risiko penipuan, kehilangan, kerusakan, dan lain-lain. Risiko itu bisa Anda kelola dengan membeli asuransi dan menerapkan syarat serta ketentuan sewa yang ketat. Misalnya, identitas penyewa harus dobel sehingga mudah dilacak ketika terjadi risiko yang tidak diharapkan.
Untuk mengintensifkan tingkat penyewaan, Anda bisa menjajaki kerjasama dengan instansi atau perusahaan sebagai pelanggan tetap. Untuk menekan biaya pemeliharaan mobil, Anda bisa ikhtiar mencari bengkel yang memberi tarif spesial untuk langganan. Selain itu, jangan lupa memilih mobil dengan biaya perawatan dan harga suku cadang relatif rendah. Juga, mobil yang harga jual di secondary market stabil.
Usaha penatu
Bisnis pencucian baju, menurut Amir, bisa Anda jalankan hanya dengan modal minim. Manfaatkan ruangan di rumah yang tidak terpakai sekitar 3 m x 2 m atau 3 m x 4 m. Anda bisa memilih memodali dari nol sendiri atau bekerjasama dengan usaha jasa cuci yang mapan.
Kalau dari nol, modalnya bisa lebih besar karena Anda harus membeli mesin cuci, ember, menggaji tenaga cuci setrika, dan sebagainya. Harga mesin cuci front loading yang bagus bisa di atas Rp 5 juta. Untuk bisnis, setidaknya butuh dua mesin cuci agar tidak cepat rusak karena kelebihan muatan.
Sebaliknya, Anda bisa menjajaki kerjasama dengan usaha penatu yang sudah mapan. Pilihan ini memiliki risiko lebih kecil walau Anda tidak bisa mengambil untung terlalu besar. Jadi, tugas Anda adalah aktif mencari pelanggan lalu membawa cucian pesanan ke tempat penatu. “Kalau sudah dicuci, kita bagian mengantar ke pelanggan dan mendapat bagi hasil dari pemilik usaha penatu,” jelas Amir.
Usaha mode
Pakaian termasuk kebutuhan primer manusia yang akan selalu dicari pemenuhannya. “Ini bisnis yang sudah pasti bisa jalan,” ujar Khoerusalim.
Karena termasuk kebutuhan primer, pasarnya, peluang akan selalu terbuka. Namun, persaingannya cukup ketat karena pemainnya bejibun. Anda bisa menjajaki penjualan dengan sistem online memanfaatkan social media, seperti Facebook atau Instagram.
Barang dagangan bisa Anda beli dari pusat grosir, seperti Tanah Abang atau Cipadu. Kunci bisnis pakaian adalah menentukan segmen konsumen yang dibidik, sensitif dengan tren mode yang cepat berubah, memiliki keunikan yang ditawarkan dan cerdas memasarkan. Modal bisnis pakaian bisa di bawah Rp 50 juta.
Nah, silakan memilih!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News