Kantong sehat saat tua berkat cermat saat muda

Rabu, 23 September 2015 | 10:00 WIB   Reporter: Melati Amaya Dori
Kantong sehat saat tua berkat cermat saat muda


Sekarang sudah tidak zaman lagi mengandalkan anak untuk membantu membiayai kehidupan Anda di masa pensiun. Anda harus menyiapkan sendiri dana pensiun. Cobalah memanfaatkan reksadana untuk menyiapkan biaya saat tua.

Orang-orang di zaman dulu kerap mengatakan banyak anak berarti banyak rezeki. Salah satunya lantaran orangtua di masa lalu kerap berharap anaknya akan membiayai kehidupan mereka di masa tua. Karena itu, bila memiliki banyak anak, mereka tidak akan kesusahan di masa tua.

Tetapi kini jargon tersebut sudah tidak tepat lagi. Lantaran lapangan pekerjaan yang terbatas, si anak belum tentu mampu membiayai kehidupan orangtuanya di saat sudah pensiun. Apalagi, anak juga harus menghidupi keluarga masing-masing. Karena itu sebaiknya setiap orang memiliki dana sendiri untuk persiapan pensiun.

Pada dasarnya, setiap orang memiliki waktu yang cukup untuk menyiapkan dana pensiunnya sendiri untuk masa tuanya. Saat ini rata-rata penduduk Indonesia mulai bekerja di usia 25 tahun. Kemudian rata-rata usia pensiun adalah 55 tahun. Artinya, pada dasarnya setiap orang memiliki masa produktif bekerja sekitar 30 tahun.

Waktu tersebut bisa dimanfaatkan untuk menyiapkan dana untuk kebutuhan hidup di saat pensiun. Saat ini, mengandalkan uang pensiun saja mungkin tidak cukup. Apalagi, duit pensiun biasanya hanya mampu menutupi biaya hidup di beberapa tahun awal masa pensiun.

Padahal saat ini rata-rata usia orang Indonesia mencapai 70 tahun–75 tahun. Rata-rata orang Indonesia menjalani masa pensiun selama 15 tahun–25 tahun. Jadi, kalau diperhatikan, pada dasarnya usia produktif seseorang hampir sama dengan usia nonproduktif orang tersebut.

Agar tidak sengsara di masa non produktif, idealnya setiap orang sudah mulai mengumpulkan dana untuk masa pensiun sejak masih bekerja. Perencana keuangan dari Finansia Consulting Eko Endarto menyebut hasil dari pekerjaan di masa kini pada dasarnya bukan hanya untuk masa kini saja, tapi juga masa depan. "Itulah mengapa saat masih produktif, sebaiknya harus cermat dalam mengatur keuangan," ujar dia.


Harus memiliki passive income
Memang, biasanya pegawai negeri masih memperoleh tunjangan pensiun meski sudah tidak bekerja lagi. Sementara untuk sektor swasta, ada perusahaan yang menyediakan program dana pensiun untuk pegawainya. Program dana pensiun ini biasanya dikelola oleh pihak ketiga.

Tapi, seperti sudah disebut sebelumnya, pada kenyataannya dana pensiun yang sudah disediakan tidak cukup untuk membiayai kehidupan seseorang setelah pensiun dalam jangka waktu yang lama. Apalagi kalau orang tersebut masih ingin menjalani gaya hidup yang ia jalankan saat masih dalam masa produktif. Karena itu, idealnya setiap orang masih memiliki keranjang investasi lain untuk memenuhi kebutuhan hidup di masa tua.

Dengan demikian, saat orang tersebut sudah memasuki usia pensiun, dia akan memiliki sumber pendapatan pasif. Passive income ini penting bagi orang-orang yang sudah memasuki usia pensiun. Mengapa passive income? Karena di usia pensiun belum tentu setiap orang secara fisik masih mampu bekerja. Selain itu, kesempatan memperoleh pekerjaan untuk mencari pendapatan aktif juga sudah tidak sebesar ketika masih muda. "Jadi orang-orang yang pensiun sebaiknya diarahkan memiliki passive income sebagai sumber pendapatan baru," kata Lyra Puspa, perencana keuangan dan business coach dari Vanaya Institute.

Pendapatan pasif ini harus mampu memenuhi kebutuhan keuangan orang tersebut setelah tidak bekerja lagi. Di masa pensiun, pengeluaran bulanan seseorang biasanya berbeda dengan pengeluaran di saat masih produktif.

Di masa pensiun, dana untuk transportasi dan makan mungkin sudah tidak sebesar ketika masih bekerja, lantaran waktu lebih banyak dihabiskan di rumah. Selain itu, cicilan-cicilan rutin, seperti cicilan rumah atau mobil, mungkin sudah lunas.

Namun, biaya untuk kesehatan bisa jadi meningkat. Rata-rata, biaya hidup di masa pensiun bisa mencapai 80% dari biaya hidup di masa produktif, atau bisa mencapai 130% dari biaya saat produktif bila pengeluaran kesehatan membengkak besar.

Karena itu, untuk mempersiapkan biaya pensiun, orang tersebut harus tahu terlebih dulu biaya apa saja yang ia butuhkan. Susunlah daftar pengeluaran apa saja yang masih harus ditanggung setiap bulannya di masa depan.

Misalnya saja pengeluaran untuk kebutuhan dasar seperti makan, minum, transportasi dan komunikasi, lalu juga biaya kesehatan. Jika di masa pensiun masih memiliki anak usia sekolah atau kuliah, maka besar biaya pendidikan si anak yang ditanggung setiap bulan juga harus diperhitungkan.

Anda bisa mempergunakan perhitungan di masa kini. Setelah memperoleh besar pengeluarannya, Anda harus memperhitungkan value dari pengeluaran tersebut di masa mendatang. Lyra menuturkan, cara gampang menghitungnya adalah dengan mengkalikan biaya hidup selama setahun dengan besar inflasi tahunan.

Setelah memperoleh hasilnya, kalikan hasil tersebut dengan perkiraan masa non produktif Anda, misalnya 20 tahun. Nah, besar angka yang Anda dapatkan tadi adalah nilai uang pensiun yang harus Anda miliki agar bisa hidup dengan nyaman di masa pensiun. Jangan kaget melihat besarnya hasil hitungan Anda. Kalau Anda belum siap, ada baiknya Anda mulai mempersiapkan dana pensiun mulai sekarang.


Bisa memakai reksadana
Dalam mempersiapkan dana pensiun, penting untuk diingat bahwa dana tersebut harus mencakup tiga fungsi. Ketiga fungsi tersebut yaitu fungsi preserved, fungsi income dan fungsi growth.

Fungsi preserved artinya dana yang kita siapkan bisa digunakan dalam kondisi darurat. Hal ini untuk mengantisipasi bila ada kejadian-kejadian yang tidak dapat diduga dan membutuhkan dana, misalnya untuk pengobatan bila tiba-tiba terserang penyakit. Untuk memenuhi fungsi ini, sebagian dana yang disiapkan untuk pensiun perlu ditempatkan dalam instrumen yang likuid, seperti tabungan dan logam mulia. Selain itu, perlu juga disiapkan asuransi.

Fungsi income artinya dana pensiun harus bisa memberikan penghasilan rutin selama pensiun nanti. Dana untuk fungsi ini bisa ditempatkan di berbagai macam instrumen investasi yang memberikan imbal hasil dan pertumbuhan investasi. Misalnya dalam bentuk obligasi, dana pensiun lembaga keuangan (DPLK), atau bisnis yang menguntungkan.

Terakhir, fungsi growth, artinya penempatan dana pensiun juga menjadi investasi yang bisa meningkatkan aset atau kekayaan. Nah, instrumen investasi reksadana dan saham bisa digunakan untuk memenuhi fungsi growth ini.

Jadi, dalam mempersiapkan dana pensiun, reksadana hanya merupakan satu dari banyak instrumen investasi yang sebaiknya dimanfaatkan. Perencana keuangan menyarankan sebaiknya persiapan dana pensiun tidak hanya terpaku pada satu jenis instrumen investasi. Investor harus menyebar investasinya di keranjang investasi yang lain juga.

Memilih reksadana yang cocok digunakan untuk membiakkan dana pensiun juga tidak bisa sembarangan. Anda harus memperhatikan banyak hal, mulai dari profil risiko Anda hingga berapa lama waktu yang Anda miliki untuk berinvestasi.

Agar lebih sederhana, Anda bisa mengatur penempatan investasi di reksadana berdasarkan berapa lama waktu yang Anda miliki sebelum pensiun. Berikut strateginya.


 Pensiun dalam 20-25 tahun mendatang
Bila Anda baru akan pensiun dalam waktu lebih dari 20 tahun, artinya Anda masih memiliki waktu yang panjang untukmempersiapkan dana pensiun. Dalam kondisi seperti ini, agar pengembangan investasi jadi maksimal, Anda bisa memperbesar penempatan investasi dalam instrumen investasi yang agresif, seperti reksadana saham. "Reksadana saham menawarkan return yang tinggi, sehingga bisa jadi pertimbangan untuk mempersiapkan dana pensiun jika jangka waktunya masih panjang," kata Jemmy Paul Wawointana, Chief Investment Officer Sucorinvest Asset Management.

Investasi di reksadana saham memang lebih cocok dilakukan dalam jangka panjang. Pasalnya, investasi di instrumen dengan underlying asset saham sangat fluktuatif. Bila dilakukan dalam jangka pendek, investasi kita akan lebih terpapar risiko. Sementara bila dilakukan dalam jangka panjang, risiko fluktuasi harga bisa diminimalisir. Maklum, pergerakan harga saham dipengaruhi banyak sentimen. Mulai dari sentimen seputar masing-masing emiten saham, sentimen ekonomi negara tersebut hingga sentimen dari luar negeri.

Jemmy merekomendasikan, jika Anda masih dalam usia kepala tiga, Anda bisa memilih reksadana yang porsi penempatan investasi di instrumen saham dalam jumlah besar. Biasanya, dalam reksadana saham, manajer investasi akan menempatkan sekitar 80%–100% dana kelolaan dalam instrumen saham.

Sementara bila Anda memilih reksadana campuran, pilihlah reksadana campuran yang memiliki porsi penempatan di saham minimal 50%–60%. Anda juga bisa menempatkan dana di reksadana berbasis obligasi dan pasar uang. Tetapi, batasi penempatan di reksadana berbasis obligasi maksimal 30% dari investasi. Sementara penempatan di reksadana pasar uang maksimal 20% dari investasi.

Bila Anda tergolong investor yang agresif dan berani menerima risiko, Anda juga bisa memilih reksadana yang menempatkan investasi di saham-saham lapis kedua dan ketiga. Cuma, Anda harus bisa mengelola reksadana ini dengan baik. Bila investasi Anda sudah mulai merugi, segeralah atur ulang portofolio investasi Anda.


 Pensiun dalam 10-15 tahun mendatang
Meski waktu persiapan dana pensiun tidak sepanjang ketika usia Anda masih di kepala tiga, Anda masih punya waktu cukup panjang untuk mempersiapkan dana pensiun, bila waktu pensiun masih sekitar 10–15 tahun yang akan datang. Karena itu, Anda masih bisa memanfaatkan reksadana dengan underlying asset saham untuk mempersiapkan dana pensiun.

Yang harus diingat, karena waktu investasi jadi lebih pendek, investasi Anda di pasar saham menjadi lebih terpapar risiko fluktuasi harga saham. Karena itu, perencana keuangan dan manajer investasi menyarankan penempatan investasi di reksadana beraset dasar saham tidak terlalu besar.

Perencana keuangan menyarankan investasi dana pensiun ditempatkan di instrumen campuran. Pilihlah reksadana campuran yang tidak terlalu agresif melakukan penempatan dana kelolaan di instrumen saham.

Selain itu, perhitungkan juga porsi penempatan investasi di instrumen saham. Jemmy menyarankan, total porsi penempatan investasi di instrumen saham maksimal hanya sebesar 35%. Dengan demikian, risiko dana pensiun menyusut akibat fluktuasi pasar juga jadi lebih kecil.

Lyra berpendapat, bila masa pensiun akan tiba dalam 10–15 tahun mendatang, orang tersebut sebaiknya menyiapkan sumber pendapatan pasif baru, seperti memulai bisnis atau ikut waralaba. Konsep passive income seperti ini lebih sustainable, sehingga tidak menghabiskan data tabungan. Tentunya, ini dengan asumsi bisnis atau waralaba yang dipilih berjalan dengan lancar.

 

 Pensiun dalam waktu 5 tahun
Bila Anda memasuki masa pensiun dalam waktu lima tahun atau kurang, artinya Anda tidak punya banyak waktu untuk mempersiapkan dana pensiun secara maksimal. Karena itu, dana pensiun Anda tidak bisa ditempatkan di sembarang produk. "Yang cocok untuk rentang waktu lima tahun ke bawah adalah produk yang stabil," terang Sari Insaniwati, perencana keuangan dari Mitra Rencana Edukasi Financial & Business Advisory.

Lantaran tenggat waktu sampai masa pensiun tiba sudah tidak terlalu lama lagi, para perencana keuangan tidak menyarankan melakukan penempatan investasi di instrumen dengan aset dasar saham dalam porsi besar. Jemmy menyebut, porsi penempatan dana di instrumen berbasis saham maksimal sekitar 20%. Sementara penempatan di pasar uang bisa diperbesar hingga 40%. Sisanya ditempatkan di obligasi atau reksadana berbasis obligasi.

Reksadana saham atau campuran yang dipilih juga tidak bisa sembarangan asal comot. Pilihlah reksadana saham dan campuran yang melakukan penempatan dana kelolaan di saham-saham yang likuid dan prospektif, seperti saham-saham big caps.

Selain itu, kalau Anda merasa memiliki pengetahuan mengenai investasi pasar modal yang mumpuni, Anda bisa melirik langsung bermain di pasar saham dan obligasi. Cobalah mencari cuan dengan cara melakukan trading saham harian. "Dengan catatan dia sudah benar-benar mengerti trading di pasar modal," kata Jemmy. Lantaran risikonya tinggi, bila Anda masih tidak pede punya kemampuan trading, jangan sekalipun terbesit pikiran memanfaatkan dana untuk pensiun sebagai modal trading.

Yuk, siapkan dana pensiun mulai sekarang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Adi

Terbaru