Pengelolaan keuangan bagi yang sering pindah kota

Senin, 19 Juni 2017 | 16:36 WIB   Reporter: Francisca Bertha Vistika
Pengelolaan keuangan bagi yang sering pindah kota


Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi. Di empat pulau ini Novli Momongan pernah tinggal. Maklum, sejak bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS) tahun 1992 silam, perempuan 46 tahun ini berkali-kali dipindah tugaskan.

Biasanya, Novli dimutasi setiap dua tahun hingga tiga tahun sekali. Tentu, pegawai Kementerian Hukum dan HAM ini tidak bisa menolak apalagi memilih daerah yang ia mau.

Terkadang, Novli mendapat rumah dinas dan fasilitas lainnya. Cuma, tak jarang juga enggak memperoleh rumah dinas dan terpaksa mengontrak, seperti saat ia ditempatkan di Jakarta tahun lalu.

“Sebetulnya dapat biaya mutasi kalau pindah. Tapi, mengontrak rumah seperti kemarin di Jakarta biaya sendiri,” ungkap dia.

Padahal, tunjungan yang Novli terima tidak serta merta naik seiring mutasi ke berbagai kota di pulau yang beda. Kecuali, pindah tugas dibarengi kenaikan jabatan, barulah tunjangan yang ia dapat lebih besar.

Menurut Novli, daerah yang pernah jadi tempat tugasnya dengan biaya hidup mahal adalah Kepulauan Riau dan Kalimantan Timur. Sebab, biaya hidupnya mengikuti negara tetangga.

Lalu, Jakarta lantaran dia harus mengontrak rumah dengan biaya tak kecil. Untuk itu, Novli yang sekarang bertugas di Sulawesi Tengah harus pintar-pintar mengelola keuangan.

Misalnya, “Waktu tugas di Manado, karena kampung sendiri, tidak perlu sewa rumah dan biaya hidup tidak besar. Jadi, saya bisa menyisihkan gaji,” kata Novli yang lebih memilih membeli rumah di kampung halaman, Manado, untuk masa  pensiun.

Untuk menghemat biaya, sejak anak-anak sekolah, Novli juga tak lagi memboyong keluarganya setiap kali dipindah tugaskan. Soalnya, setiap pindah sekolah membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Belum lagi biaya hidup sehari-hari yang membengkak jika ditempatkan di kota-kota yang mahal.

Belajar dari pengalaman, seandainya menempati kota dengan biaya hidup yang lebih murah, Novli bilang, ini jadi kesempatan buatnya untuk memupuk tabungan. Ia juga mengurangi biaya-biaya yang tidak terlalu penting.

Contoh, dia jarang makan di luar jika tinggal di daerah berbiaya hidup tinggi dan memilih masak sendiri. “Harus sekreatif mungkin menghemat uang jika tempat kerjanya pindah-pindah seperti saya,” imbuh Novli.

Survei dulu

Nah, bagi yang sering mutasi ke daerah-daerah, Rakhmi Pertamasari, Perencana Keuangan Safir Senduk & Rekan, mengatakan, sebelum pindah ada beberapa hal yang perlu Anda lakukan terlebih dahulu.

Pertama, melakukan survei, kira-kira biaya hidup apa saja yang mengalami kenaikan. Lalu,  apakah biaya yang naik itu masih bisa disiasati atau tidak.

Baru hitung ulang, apakah kenaikan pendapatan bisa mengompensasi biaya tersebut. “Jika tidak bisa, maka hal yang paling mudah dilakukan adalah mengurangi biaya hidup lebih dulu,” ujar Rakhmi.

Pos biaya hidup mana yang harus dikurangi tergantung dari kondisi. Misalnya, kalau sudah berkeluarga, Anda bisa mempertimbangkan untuk pisah dahulu dengan anak istri.

Kedua, memiliki tabungan khusus. “Karena untuk pindahan, pasti ada biaya yang keluar. Entah untuk pindahan barang, memboyong keluarga, dan biaya lain,” ucap Rakhmi.

Namun, untuk membawa anak istri atau tidak ke kota tempat kerja yang baru, Rakhmi bilang, ini tergantung masing-masing keluarga. Yang jelas, kalau memang seluruh anggota keluarga ikut pindah, tentu butuh anggaran khusus.

Enggak jadi masalah kalau biaya memboyong keluarga jadi tanggungan perusahaan tempat Anda bekerja. Jika ditanggung sendiri, jelas butuh biaya yang tidak sedikit. Belum lagi biaya pindah sekolah anak.

“Kalau bujet pindahan tidak bisa dikaver, baik dengan cara menabung atau oleh perusahaan, pilihannya bisa jadi pisah dengan keluarga dulu atau pindah cari pekerjaan yang lebih menetap,” kata Rakhmi.

Hanya, bila Anda ditugaskan ke kota berbiaya hidup lebih tinggi dari kota sebelumnya, menurut Rakhmi, mau tidak mau harus mengurangi pengeluaran harian. Sebab, kebutuhan investasi ialah hal terpenting dalam perencanaan keuangan keluarga, termasuk bagi yang sering pindah-pindah tempat kerja.

Jika memaksimalkan gaji cuma buat biaya hidup, kapan investasinya? Bisa-bisa tak ada investasi sama sekali.

Cari tambahan

Tapi, Risza Bambang, Chairman OneShildt Financial Planning, menyatakan, bagi yang sering dipindah tugas ke daerah lain, tak wajib memiliki tabungan khusus guna membiayai pindahan. Lebih baik dananya dipakai untuk investasi.

Jika di kota yang baru biaya hidup sehari-hari lebih mahal dari kota sebelumnya tanpa ada peningkatan pendapatan, Risza menuturkan, ada beberapa yang harus Anda lakukan.

Pertama, mengubah semua pos anggaran kebutuhan sehari-hari. “Biaya yang mengarah ke kenyamanan dan sosial harus dikurangi,” ujar Risza.

Ambil contoh, kalau biasanya naik taksi ke tempat kerja, ya, kudu beralih ke bus atau angkot. Kemudian, jika biasanya memberi uang kepada orang tua, mau tidak mau harus dikurangi.

Kedua, bila mempunyai aset berlebih, bisa Anda jual lalu dimasukkan ke tabungan untuk tambahan biaya hidup di tempat baru. Misalnya, punya mobil dua, salah satunya dilego.

Ketiga, mencari tambahan dari pendapatan pasif (passive income). Bila sudah punya rumah dan tidak ditinggali selama bekerja di daerah lain, Anda bisa menyewakan rumah itu dan uangnya buat tambahan kebutuhan sehari-hari.

Tetapi, Riza mengingatkan, jangan buru-buru menggunakan dana darurat. “Paling awal diubah dulu semuanya, pos anggaran diatur ulang. Kalau tidak cukup juga, baru pakai dana darurat,” tegas Risza.

Dengan catatan, dana darurat yang ada jumlahnya sekitar 9 kali–12 kali pengeluaran bulanan. Meski begitu, bukan berarti Anda jor-joran dalam menggunakan dana darurat. “Tetap harus seinovatif mungkin mengatur keuangan,” saran dia.

Kalau ingin punya rumah sendiri sekalipun sering pindah-pindah tempat kerja, Rakhmi berpendapat, itu tergantung dari tipe dan usia Anda.

Misalnya, apakah mengerti tentang instrumen investasi lain selain rumah? Apakah bisa berinvestasi dalam bentuk lain selain rumah? Apakah sudah punya rencana pensiun dan tahu akan tinggal di mana kelak?

Menurut Rakhmi, rumah sudah barang tentu dibutuhkan setiap orang terutama saat pensiun. Tapi, cara perolehannya bisa dengan berbagai cara.

Ambil contoh, bisa saja Anda investasi dulu di saham lalu dialihkan dalam bentuk rumah ketika mendekati usia pensiun. Atau, bisa juga Anda membeli rumah dari sekarang lalu dikontrakkan. Asalkan, rumah yang Anda beli lokasinya strategis.

Pilihan di tangan Anda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: S.S. Kurniawan

Terbaru