Ini dia situasi yang bisa membuat orang boros

Senin, 23 Januari 2017 | 16:49 WIB   Reporter: Francisca Bertha Vistika
Ini dia situasi yang bisa membuat orang boros


Jangan anggap remeh putus cinta, ya. Bukan cuma lantaran bisa bikin depresi akibat kesedihan yang berlarut-larut. Patah hati dapat membuat orang boros, lo, ternyata.

Kok? Sebab tak sedikit yang menghalalkan segala cara untuk menghibur diri pasca putus dari sang kekasih, mulai sekadar makan, hingga jalan-jalan atau belanja.

Padahal, semua itu tak menjamin hati yang luka langsung terobati. Celakanya, kalau sampai berbelanja barang yang enggak dibutuhkan.

Bukan cuma putus cinta, program menurunkan berat badan alias diet juga bisa menguras kantong. Meski identik dengan mengurangi makan yang artinya menekan pengeluaran, yang terjadi bisa sebaliknya.

Maklum, ada yang sampai membeli obat-obatan yang harganya mahal agar berat badannya bisa cepat turun. Lalu, jadi anggota di tempat fitnes.

Banyak situasi

Rakhmi Permatasari, perencana keuangan Safir Senduk dan Rekan, bilang, memang banyak sekali situasi yang bisa memicu seseorang jadi boros. Bahkan, situasi itu tidak direncanakan sama sekali.

Misalnya, ketika datang ke mal untuk santap siang, tapi ternyata banyak gerai menawarkan diskon gede-gedean. Sehingga, Anda jadi membeli segala macam.

Ya, Budi Raharjo, perencana keuangan OneShildt, mengatakan, membeli barang tanpa rencana sebenarnya juga bisa dibilang boros. Begitu juga beli barang yang sebetulnya tidak dibutuh-butuhkan amat.

Dalam menentukan sekolah anak, ternyata juga bisa menyulut pemborosan, lo, menurut Rakhmi. "Hanya karena ingin status sekolah internasional, biaya bisa jadi selangit dengan harapan nanti anak bisa sukses. Yakin?" tanya Rakhmi.

Juga, Eko Endarto, perencana keuangan Finansia Consulting, menambahkan, pemborosan pengeluaran bisa terjadi dari hobi. "Bahkan, kegiatan sosial juga akan menjadi pemborosan tanpa perencanaan dan target anggaran," ujar dia.

Dan, tidak hanya putus cinta, pas pacaran pun bisa memicu pemborosan. Maksudnya, hubungan kasih yang tanpa mempertimbangkan bujet.

Pengertian boros

Boros, Eko menjelaskan, adalah ketika pengeluaran atawa anggaran yang sudah dibuat melewati target atau rata-rata pengeluaran yang wajar. Sedang, menurut Budi, pemborosan adalah saat pengeluaran tidak sesuai dengan kebutuhan atau manfaat dan kemampuan finansial Anda.

Akhirnya, seperti kata pepatah lawas: besar pasak daripada tiang.

Memang, tidak ada patokan persentase tertentu seseorang dikatakan boros jika melebihi pengeluaran wajarnya. Tapi yang harus diingat: pengeluaran konsumtif sekitar 40%50% dari penghasilan.

"Jadi, kalau terjadi pengeluaran konsumtif lebih dari angka itu, maka ada pemborosan," ungkap Eko.

Betul, Rakhmi berpendapat, tak ada patokan khusus seseorang bisa disebut melakukan pemborosan. Soalnya, jika seseorang sudah aman rencana keuangannya, contoh, tidak punya cicilan dan investasi bertebaran, kemudian duitnya berlebih dan digunakan untuk membeli mobil sport, maka itu jadi sesuatu yang tidak boros.

"Intinya adalah, seseorang dianggap boros ketika menggunakan uang untuk sesuatu yang sebenarnya belum dibutuhkan atau berlebih, dan berpotensi mengganggu keuangan karena memang belum sesuai dengan bujet," beber Rakhmi.

Penyebab boros

Kalau begitu, apa, sih, sebenarnya yang membuat orang menjadi boros? Ada dua yang digarisbawahi Rakhmi.

Pertama, kurangnya pemahaman dan kesadaran bahwa seseorang sebenarnya perlu membedakan antara kebutuhan dengan keinginan dalam kondisi atau situasi apapun.

Kedua, kurangnya pemahaman dalam merencanakan serta mengelola keuangan. Contohnya, Anda membutuhkan hiburan tapi tidak sadar bahwa hiburan itu harus sesuai anggaran atau bahkan justru bisa merusak rencana masa depan.

Memang, Budi menuturkan, sifat alamiah manusia adalah mengejar kenyamanan dan kesenangan juga menghindari kesengsaraan. Alhasil sejatinya, sifat alamiah manusia bukanlah menabung atau berinvestasi, melainkan membelanjakan uang untuk menciptakan kebahagiaan atau mencapai tujuan mereka.

"Jadi, tiga pencetus seseorang menjadi boros adalah kurangnya kesadaran mengenai kondisi keuangan, pembelian tidak terencana atau impulse buying, dan pembelian karena emosi alias emotional buying," papar Budi.

Mengatasi boros

Nah, kalau Anda kemudian sadar sudah melakukan pemborosan, Eko mengatakan, segera buat anggaran dan pilih prioritas dalam setiap pengeluaran. Anggaran akan membatasi pengeluaran dan prioritas bakal memberikan panduan apa yang harus Anda utamakan.

Semestinya, Eko bilang, tidak perlu investasi dana jauh-jauh hari untuk mencegah pemborosan. Yang harus dilakukan adalah, membuat anggaran yang benar dan disiplin menjalankan bujet itu. "Makin sedikit anggaran, maka makin sempit juga pengeluaran yang bisa Anda lakukan," ujarnya.

Sedangkan Budi menilai, yang paling utama dalam mencegah pemborosan adalah melakukan pencatatan. Dengan melakukan pencatatan, Anda tahu ke mana saja perginya penghasilan dan dibelanjakan untuk apa saja.

Dari situ baru Anda bisa mengategorikan diri, apakah yang dilakukan masuk ke pemborosan atau tidak.

Selain itu, Budi bilang, Anda harus memaksakan diri menyiapkan tabungan dan investasi. Walhasil, kenaikan penghasilan tidak diikuti dengan dorongan belanja yang kuat. "Bisa dengan melakukan program tabungan rencana atau asuransi yang bisa digunakan untuk memenuhi hal tersebut," imbuh Budi.

Agar bisa menghindari pemborosan, Budi memberikan beberapa tip lainnya.

Pertama, memiliki anggaran belanja, jadi Anda tahu berapa yang harus disisihkan untuk tabungan serta dibelanjakan berikut pos-pos pengeluarannya. Begitu pula menyisihkan untuk pengeluaran-pengeluaran yang sifatnya pengeluaran tahunan, seperti liburan dan pajak.

Kedua, sisihkan penghasilan untuk ditabung sebelum dibelanjakan. Jadi, uang yang Anda belanjakan memang sudah disiapkan untuk dihabiskan.

Ketiga, memisahkan rekening untuk pengeluaran bulanan, lalu pengeluaran tahunan, serta tabungan darurat.

Rakhmi menambahkan, agar tidak boros, ayo mengerti dan sadar batas keuangan Anda. Termasuk, Anda harus tahu betul, kapan butuh dan ingin atau butuh hanya karena alasan yang dibuat-buat. "Biasakan kembali ke gaya hidup menabung, bukan mencicil," pintanya.

Soal menabung atau investasi seperti apa, kata Rakhmi, kembali lagi ke tujuan keuangannya. Misalnya, mau membeli kendaraan baru, bisa mengumpulkan uang di tabungan, deposito, reksadana, atau emas.

Putus cinta memang bukan hal yang remeh temeh, tapi bukan berarti jadi boros, ya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: S.S. Kurniawan

Terbaru