Yuk, menjemput rezeki baru lewat online shop!

Senin, 29 Desember 2014 | 12:35 WIB   Reporter: Maria Elga Ratri, Ruisa Khoiriyah
Yuk, menjemput rezeki baru lewat online shop!

ILUSTRASI. Mengenali apa saja penyebab dan cara untuk mengatasi selangkangan gelap dengan menggunakan cara rumahan alami.


Menjelang pergantian tahun, selain menghabiskan waktu untuk liburan akhir tahun, sebagian besar orang mungkin akan memanfaatkan waktu untuk evaluasi dan menyusun resolusi tahun baru, demi kualitas hidup yang lebih baik di tahun mendatang.

Nah, Anda mungkin termasuk kalangan yang terbiasa menyusun resolusi tahunan, termasuk resolusi keuangan. Apalagi, tahun 2015 banyak diprediksi oleh para analis keuangan sebagai tahun yang cukup berat.

Inflasi tinggi akibat kenaikan harga barang kebutuhan pokok setelah harga bahan bakar minyak (BBM) naik, pelemahan nilai tukar rupiah, ditambah bunga kredit yang kian mahal, menjadi pengantar kita memasuki tahun baru 2015. Sudah sejauh mana persiapan kita?

Ketika pendapatan kian tergerus inflasi, tak ada jalan lain selain beradaptasi, seperti berhemat dan menata prioritas pengeluaran (baca Kocek di Tabloid KONTAN Edisi 8 Desember–14 Desember 2014).

Cara lain yang perlu Anda timbang sebagai antisipasi penurunan pendapatan akibat inflasi adalah menambah sumber pendapatan baru. Apabila berpindah tempat kerja terlalu berisiko bagi Anda, mungkin inilah saatnya Anda mulai menimbang membuka usaha sendiri sebagai side job.

Pasar lebih luas
Pandji Harsanto, perencana keuangan OneShildt Financial Consulting, menilai, usaha online shop dapat menjadi alternatif sumber pendapatan baru karena termasuk usaha yang tidak menuntut modal besar. “Potensi untung juga cukup besar karena jangkauan pasar  bisa luas lewat internet,” imbuh Diana Sandjaja, perencana keuangan Tatadana Consulting.

Toko konvensional dibatasi oleh jarak sedangkan online shop bisa menjangkau siapa pun di pelosok dunia yang memiliki jaringan internet. Sudah cukup banyak kisah sukses mereka yang berwiraswasta memanfaatkan era digital dengan membuka online shop. Salah satunya, Steve Stanley, pemilik toko tanaman hias online Kebun Bibit. ”Saya mengawali usaha ini sebagai dropshipper,” ceritanya.

Steve mencari tanaman-ta-naman unik di pameran flora di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Di awal usaha, Steve menawarkan produk-produknya lewat grup Blackberry Messenger, Kaskus, dan Yahoo.

Setelah usahanya mencetak untung lumayan, Steve membuat website khusus untuk berjualan tanaman. Kini, sejak berdiri tahun 2012, omzet usaha tanaman yang baru dua tahun dirintis oleh Steve sudah di atas Rp 300 juta per bulan.

Pengalaman serupa diungkap oleh Leni Marlina, pemilik toko kue online merek Clio. Merintis usaha sejak 2007, Leni menjajakan cake hias Clio memanfaatkan jaringan pertemanan dan media sosial Facebook.

Bermodal Rp 5 juta dari tabungan pribadi, omzet usaha kue Leni saat ini sudah menembus angka ratusan juta rupiah. “Margin labanya beragam, tergantung jenis kue, tapi bisa mencapai 50%,” kata Leni.

Menggiurkan, bukan? Nah, kalau Anda sudah berniat merintis bisnis online shop tahun depan, silakan menyimak saran dan tip dari pelaku usaha  online shop dan perencana keuangan berikut ini:

Harus unik
Anda ingin menjual apa? Itu pertanyaan pertama yang harus terjawab. Menjual produk fashion seperti pakaian akan berbeda strategi dengan menjual makanan atau tanaman. “Jualan lewat online jangan sampai barang bernilai rendah atau mudah ditemukan di pasar, harus yang unik,” kata Steve.

Keunikan produk Anda akan  menjadi nilai jual produk yang membedakannya dengan barang di online shop lain atau toko konvensional. Anda bisa memanfaatkan tren gaya hidup terkini yang tengah naik daun.

Misalnya, hobi berlari maraton makin menjadi gaya hidup di kota-kota besar belakangan ini. Anda bisa menjajaki berjualan barang seputar kebutuhan lari maraton, mulai dari sepatu hingga aksesori fashionnya.

Pertimbangan keunikan barang juga harus dipikirkan kendati Anda tidak memproduksi sendiri barang jualan atau memilih menjadi reseller (kulak-an), atau sebagai dropshipper (makelar). Semakin sedikit pesaing dan suplai barang yang Anda jual, potensi untung bisa lebih besar ketika permintaan pasar terus tumbuh.

Persiapan modal
Merintis usaha apa pun membutuhkan modal. Online shop boleh jadi membutuhkan modal yang tidak terlalu banyak. Perencana keuangan menyarankan Anda untuk memakai modal sendiri alih-alih berutang. “Usaha yang baru dirintis ada risiko gagal, kalau dimodali utang bisa rugi dua kali ketika ternyata merugi,” kata Diana.

Apabila modal pribadi Anda tidak mencukupi, lebih baik mencari suntikan modal segar dengan menggandeng mitra atau investor. Modal di sini mencakup biaya pembelian bahan baku dan biaya pembuatan barang. Misal, berbisnis pakaian di online shop. Selain harus kulakan kain, benang, dan lain-lain, Anda juga membutuhkan jasa penjahit yang bisa memproduksi pakaian sesuai keinginan Anda.

Setelah modal aman, Anda tetap diwajibkan memiliki dana darurat sebagai antisipasi apabila bisnis Anda gagal, supaya kebutuhan operasional rumahtangga Anda kelak tidak terganggu ketika bisnis belum memberi hasil sesuai target.

Namun, bagaimana jika Anda sama sekali tidak memiliki modal dan ingin berbisnis online shop? Tenang saja, ada pilihan berbisnis dengan menjadi dropshipper atau makelar barang.

Anda tidak perlu membeli atau menyetok barang, cukup temukan produsen yang mau bekerjasama dengan Anda sebagai pemasar produknya tanpa harus membeli. “Tinggal pasang gambar produk di social media, kita jual dengan ambil margin, nanti produsennya yang kirim barang,” kata Fauziah Arsiyanti, Financial Advisor Fahima Advisory.

Menjadi reseller juga bisa dipilih. Bedanya, reseller biasanya masih harus kulakan barang dari produsen dengan harga lebih murah ketimbang untuk end user. Menjadi reseller atau dropshipper juga bisa dipilih bila Anda tidak memiliki cukup waktu melakukan quality control barang dagangan. “Tapi, dari pengamatan saya, online shop yang memiliki rumah produksi sendiri akan bertahan lebih lama dengan tingkat laba lebih besar ketimbang reseller,” kata Pandji.
 

Saatnya beraksi!
Setelah semua siap, kini saatnya memasarkan produk. Manfaatkan dengan optimal social media, seperti Facebook atau Instagram. Buat akun sendiri atau fan page yang kelak bisa Anda promosikan dengan akun pribadi. Sisir pula komunitas-komunitas online yang berpotensi menjadi konsumen, misalnya di Kaskus atau Female Daily. Bisa juga memanfaatkan iklan gratis di olx.co.id atau berniaga.com, atau menggelar lapak di Tokopedia.

Manfaatkan jaringan pertemanan di Blackberry Messenger atau Whatsapp seperti yang ditempuh oleh Leni saat merintis Clio. “Kami tawarkan dulu ke teman dan kerabat,” kata dia.
Tampilkan produk Anda dengan foto semenarik mungkin. Beri keterangan yang lengkap dan jujur. Ingat, pembeli tidak bisa menyentuh langsung atau mencoba produk yang Anda jual. Semakin lengkap dan jujur detail informasi produk, calon pembeli akan sangat terbantu. “Saya menyiasati hal itu dengan menyediakan live chat di website agar transaksi bisa interaktif,” kata Steve.

Manajemen toko online
Meski mungkin menuntut modal kecil dan baru bersifat pekerjaan sampingan, lebih baik Anda menerapkan manajemen bisnis online shop yang tertib sedari mula. Pertama, masalah pembukuan. “Pisah pembukuan antara bisnis dengan pribadi atau rumahtangga,” saran Diana.

Dengan memisahkan pembukuan, Anda menghindari saling caplok antara dua tempat. Jangan sampai hasil bisnis langsung diambil untuk keperluan rumahtangga sehingga Anda lupa menghitung perputaran modal. Efek dari ketidakdisiplinan mencampur dua hal itu, kata Diana, bisa buruk. “Karena lupa menghitung modal bisnis mengakibatkan Anda harus menyuntik modal lagi dan lagi, setiap belanja barang baru,” kata dia.

Steve mengamini prinsip pemisahan tersebut. Menurut pria lulusan sekolah menengah atas ini, tanpa pemisahan pembukuan antara bisnis dan pribadi, Anda tidak akan mengetahui berapa sebenarnya untung yang sudah Anda raih dan kebutuhan modal berikutnya.

Kedua, manajemen arus kas, Diana menyarankan Anda membuka rekening bank khusus keperluan bisnis. Jadi, untuk keperluan penerimaan pembayaran dari pembeli, pembayaran ke supplier, pembayaran ekspedisi, gaji karyawan, dan lain-lain yang terkait urusan bisnis, terekam di satu tempat.

Rajinlah mengecek mutasi rekening agar setiap transaksi terawasi. Kalau Anda memakai smartphone bersistem android, manfaatkan aplikasi home budget seperti Steve.

Ketiga, manajemen stok barang. Diana menyarankan Anda menyediakan kartu stok untuk setiap item barang yang dijual berikut kode atau nama produk ke pembeli. Bila memakai website khusus online shop, lengkapi dengan fitur informasi stok yang bisa langsung update dengan laporan penjualan.

Manajemen stok juga bergantung pada jenis produk yang kita jual. Apabila produknya adalah kue basah seperti cake ulangtahun yang dikembangkan Leni, stok yang perlu dipantau adalah bahan-bahan pembuatan kue. “Sedangkan cake dibuat berdasarkan pesanan sehingga produknya selalu baru dan fresh,” jelas Leni.

Adapun, Steve menerapkan sistem terintegrasi memanfaatkan google drive. “Order yang masuk akan dipecah ke distribusi dari dua kebun kami di Bojonegoro dan Batu, Malang, lalu diproses dengan sistem quote,” kata dia.

Cadangan tanaman dia sediakan sekitar 1.000 buah per item yang bisa dilihat real time. Apabila real time stoknya habis, di website otomatis sudah tidak dijual. Nah, ketika stok melimpah alias oversuplai, Steve tak segan memberi diskon kepada para pembeli. “Dan saat stok  barang tinggal 20 pieces, kami akan perbanyak lagi untuk periode berikut,” jelasnya.

Untuk bisnis seperti fashion pakaian atau aksesori, Anda harus update dengan tren. Itu untuk menghindari menyetok barang terlalu banyak dan risiko ketinggalan tren.
 

Pembeli adalah raja
Tidak berbeda dengan toko konvensional, pelayanan terhadap pembeli harus oke. Pastikan barang yang Anda tawarkan adalah barang yang Anda kirim ke pembeli. Pilih ekspedisi dengan servis bagus. Antisipasi juga apabila barang yang dikirim ternyata cacat.

Target pasar juga perlu diperjelas agar Anda bisa menerapkan strategi dan pendekatan pasar yang tepat. Jangan pelit memberi diskon dengan memanfaatkan momentum perayaan seperti lebaran, Natal, atau hari kemerdekaan.

Ketika pembeli merasa puas, tak perlu sungkan meminta testimoni dan memajangnya di social media atau website untuk menambah kepercayaan calon pembeli lain.
Selamat merintis usaha!  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Edy Can

Terbaru