Tip memilih deposito biar terhindar dari kejahatan

Kamis, 04 Mei 2017 | 10:00 WIB   Reporter: Francisca Bertha Vistika
Tip memilih deposito biar terhindar dari kejahatan


Deposito jadi pilihan untuk menyimpan uang lantaran memberikan bunga yang tinggi dan aman. Tapi, rasa aman itu sedikit luntur pasca terungkap kasus pembobolan deposito di Bank Tabungan Negara (BTN).

Enggak tanggung-tanggung, dana nasabah yang raib di bank spesialis kredit hunian tersebut total mencapai Rp 255 miliar. Polisi yang membongkar kasus ini menyebutkan, pembobolan dana nasabah di BTN bermodus pemalsuan bilyet deposito oleh sindikat, yang dibantu oknum bank pelat merah itu.

Tapi, buat Reynold Wijaya, deposito masih menjadi tempat menyimpan sekaligus membiakkan duit yang aman. Meski begitu, Co-Founder dan Chief Executive Officer (CEO) Modalku tak sembarangan dalam memilih bank untuk menempatkan dananya di deposito. Sekalipun, bank itu menawarkan bunga yang tinggi. 

Sebab, Reynold bilang, biasanya kasus seperti yang terjadi di BTN berawal dari iming-iming bunga yang tinggi, jauh di atas suku bunga penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). “Deposito jangan lihat bunganya. Deposito hanya supaya aman. Biar aman, cari bank yang aman,” imbuh dia yang 20% dari total portofolio investasinya ada di deposito.

Menurut Reynold, bunga deposito yang wajar saat ini berkisar 6% hingga 6,5%. Kalau ada yang menawarkan bunga di atas itu, ia menimbang betul sebelum menerimanya. “Bunga besar dari bank apa dulu. Kalau banknya besar, bisa diambil. Tapi, itu pun untuk jangka pendek saja,” tegas dia.

Reynold mengaku, sekitar tiga–empat tahun lalu pernah menaruh uangnya di deposito dengan bunga sekitar 10%. Namun, ia hanya menyimpannya selama dua–tiga bulan saja. Itu pun, setelah dia juga mencari tahu, mengapa bank itu memberi bunga yang tinggi.

Hanya, selama menaruh uangnya di deposito, Reynold tidak pernah mengecek secara rutin, misalnya, sebulan sekali. “Saya biasanya taruh dan diamkan saja. Tapi seharusnya, bank sudah melakukan keamanan yang baik,” ungkapnya.

Deposito, menurut Kyatmaja Lookman, memang hampir tidak punya risiko. Walhasil, lebih aman menyimpan dana di produk perbankan ini ketimbang reksadana pendapatan tetap, contohnya. Soalnya, walau mirip dengan deposito, kondisi reksadana pendapatan tetap tidak bisa diprediksi.

Itu sebabnya, Direktur Utama PT Lookman Djaja ini menyimpan sebagian besar dananya di deposito. Hanya memang, harus hati-hati jika mendapat tawaran bunga di atas suku bunga penjaminan LPS, agar terhindar dari kejahatan perbankan. “Jika ada apa-apa, juga tidak dijamin dananya,” kata Kyatmaja.

Banknya juga harus pilih-pilih. Meski bank besar tidak sepenuhnya aman, berkaca ke kasus BTN, Kyatmaja tetap berpesan, sebaiknya memilih bank-bank besar untuk penempatan dana di deposito. “Bank kecil riskan karena kadang memberi bunga besar,” ujar dia.

Namun, Kyatmaja pernah tergiur dengan bunga besar dan sempat mendepositokan dananya di bank itu. Cuma sebelumnya, ia benar-benar mencari tahu, apakah deposito tersebut memang dijamin pemerintah. Dan, penempatan dana di deposito dengan bunga besar hanya untuk jangka pendek.

Agar terhindar dari praktik kejahatan perbankan, Kyatmaja berpesan, dalam pembukaan deposito, nasabah harus melakukan pengisian formulir di bank. Jangan sampai mau mengisi formulir itu di luar bank.

Selain itu, juga rajin mengecek saldo lewat fasilitas perbankan elektronik. Biasanya ia mengecek setiap sebulan sekali untuk memastikan dananya ada dan berkembang.

Isi formulir sendiri

Menurut Risza Bambang, Chairman One Shildt Financial Planning, kasus pembobolan deposito di BTN sumbernya dari dalam bank itu. Sebab pada dasarnya, deposito bank semuanya aman. “Yang perlu hati-hati adalah proses penjemputan uangnya, dan apakah pasti sudah ditransfer ke rekening pribadi kita,” ucap Risza.

Prosedur pembukaan deposito secara umum adalah pertama-tama harus mengisi formulir dulu. Kemudian, baru menyetorkan dana ke rekening di bank tempat Anda mendepositokan uang. “Kalau ada yang menawarkan dari pihak bank untuk mengambil uang tunai atau transfer ke rekening yang bukan nama kita, maka harus dicurigai,” pesan Risza.

Karena itu, sebelum membuka deposito, Risza bilang, ada tiga hal yang perlu mendapatkan perhatian serius.

Pertama, bunga deposito. Kalau memperoleh tawaran bunga tinggi, cek dulu alasannya. Jika pemberian bunga tinggi itu dalam rangka promosi, bisa Anda pertimbangkan.

Kedua, prosedur pembukaan deposito. Cek betul, apakah prosesnya, mulai pengisian formulir hingga pemasukan dana ke rekening bank sudah sesuai  prosedur yang berlaku. Jika sesuai, silakan Anda mendepositokan dana di bank itu.

Cuma, Risza berpesan, yang mengisi formulir harus Anda sendiri sebagai nasabah, jangan diwakilkan. “Kalau ada yang bilang, nanti saya isikan formulirnya dan tinggal ditandatangani, Anda harus menolaknya. Untuk nomor rekening, juga pastikan Anda sendiri yang mengisi,” imbuhnya.

Tapi, Risza mengatakan, sulit untuk membedakan bilyet deposito yang asli dan palsu. Bahkan bilyet yang asli pun, meski sudah asli bisa dipalsukan dari sisi informasi yang ditulis.

Ketiga, hati-hati bila mendapat penawaran deposito tapi sebenarnya produk asuransi. Sudah 10 tahun terakhir, perusahaan asuransi lokal menjual produk asuransi jiwa mirip deposito yang ditawarkan oleh pegawai bank langsung.

Tetap waspada, ya.         

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: S.S. Kurniawan

Terbaru