Penghasilan terlalu tipis atau gaya hidup boros?

Kamis, 02 Februari 2012 | 18:05 WIB   Reporter: Sofyan Nur Hidayat
Penghasilan terlalu tipis atau gaya hidup boros?

ILUSTRASI. Direktur Utama PT MNC Studios International Tbk, Ella Kartika


JAKARTA. Meskipun sudah bekerja membanting tulang, acapkali kita merasa penghasilan yang kita terima selalu keteteran menutup kebutuhan sehari-hari. Bahkan, tak jarang gaji cuma mampir sejenak di rekening. Belum sampai separuh bulan terlampaui, saldo tabungan sudah melompong.

Jika pengalaman tersebut juga menimpa Anda, ada dua penyebab yang mungkin menjadi pemicunya. Pertama, bisa jadi gaji Anda memang terlalu kecil ketimbang kebutuhan Anda sehari-hari. Atau, kedua, hidup Anda terlampau boros.

Memang, kebutuhan hidup antara satu orang dengan yang lain tidak sama. Namun, menurut beberapa perencana keuangan, ada beberapa ukuran yang bisa Anda gunakan untuk menakar apakah penghasilan kita sudah ideal atau belum.

Pertama, penghasilan yang Anda terima harus bisa menutupi biaya hidup (living cost) utama. Biaya hidup ini mencakup pemenuhan sandang, pangan, papan, komunikasi, transportasi, dan perawatan diri.

Muhammad Andoko, perencana keuangan dari One Consulting, mengatakan pengeluaran untuk memenuhi living cost sebaiknya tidak melebihi 30% dari total penghasilan Anda.

Mike Rini, perencana keuangan dari MRE Financial & Bussines Advisory menambahkan, Anda harus menghitung biaya hidup secara detail. “Perihal kebutuhan makan, misalnya, Anda harus menghitung pengeluaran tiga kali makan dalam sehari selama satu bulan penuh,” ujar dia.

Begitu pula terhadap kebutuhan makan dan susu anak, seandainya Anda sudah berkeluarga. Anda harus menghitung anggaran per bulan yang Anda butuhkan secara perinci.

Kebutuhan uang untuk belanja pakaian juga harus Anda cermati. Jika Anda rutin berbelanja pakaian untuk diri sendiri maupun anggota keluarga, masukkan pos ini dalam hitungan pengeluaran biaya hidup. Komponen biaya hidup lain adalah tempat tinggal. Bila Anda belum memiliki rumah, hitung ongkos untuk menyewa tempat tinggal. Kalau sudah memiliki rumah sendiri, biaya perawatan rumah harus Anda masukkan dalam hitungan ini.

Selanjutnya, jangan lupakan kebutuhan transportasi. Kalau sudah memiliki kendaraan, silakan hitung ongkos untuk membeli bensin, ganti oli, serta kebutuhan perawatan kendaraan. Jika tidak memiliki kendaraan, berarti Anda harus menyiapkan anggaran angkutan umum. Selain menghitung ongkos transportasi sendiri, Anda juga kudu memperhitungkan ongkos transportasi sehari-hari keluarga, misalnya antar jemput sekolah anak.

Pos lain yang bisa Anda hitung sebagai biaya hidup adalah dana untuk komunikasi, mencakup pulsa telepon maupun langganan akses internet.

Anda juga perlu memasukkan pengeluaran untuk perawatan diri. Termasuk dalam pos ini antara lain kebutuhan belanja kosmetik, parfum, atau peralatan mandi. Jangan lupakan ongkos mencuci pakaian. “Pukul rata, setiap laki-laki dan perempuan dewasa paling tidak butuh dana sekitar Rp 300.000 per bulan untuk biaya perawatan diri,” kata Mike.

Nah, seluruh kebutuhan hidup rutin tersebut idealnya tidak boleh melebihi 30% total penghasilan Anda.

Penghasilan tambahan

Selain untuk menutup biaya hidup rutin, pendapatan Anda harus tersisa untuk menyiapkan dana darurat. Dana darurat kita perlukan apabila ada kebutuhan dana di luar kebutuhan rutin tadi, misalnya sakit. Menurut Andoko, jika Anda telah berkeluarga, minimal dana darurat yang Anda sediakan sekitar enam kali gaji. Tapi, jika Anda masih lajang, menurut Mike, cukup alokasikan dana sebanyak tiga kali gaji.

Dana darurat bisa Anda siapkan dengan menyisihkan kurang lebih 30% pendapatan Anda. Ketika dana darurat sudah terkumpul, 30% pendapatan tetap harus Anda sisihkan sebagai tabungan untuk persiapan kebutuhan jangka panjang.

Kebutuhan Anda tak berhenti di situ. Gaji Anda juga harus bisa menutupi seluruh cicilan utang, mulai kartu kredit, kredit kendaraan, atau kredit rumah. Andoko menyarankan total cicilan utang ini maksimal 30% penghasilan sebulan. “Jika lebih dari itu, keuangan Anda tak sehat,” pesan dia. Oh, iya, jangan lupa menghitung kebutuhan dana untuk membayar premi asuransi dan setoran dana pensiun.

Apabila seluruh kebutuhan tersebut telah terpenuhi, baru Anda bisa menganggarkan biaya gaya hidup (lifestyle). Masuk dalam kelompok ini adalah jalan-jalan bersama keluarga, rekreasi akhir pekan, dan semacamnya. Anggaran gaya hidup antara 10% hingga 20% dari total penghasilan Anda.

Kini bandingkan total kebutuhan dan tersebut dengan pendapatan Anda. Jika masih ada dana tersisa, Anda boleh melonjak-lonjak gembira. Sebaliknya, jika penghasilan Anda lebih sedikit, jangan kendor semangat. Anda cuma perlu menyusun siasat untuk mengatasi kondisi besar pasak daripada tiang tersebut.

Langkah paling instan yang bisa Anda tempuh adalah mengendalikan pengeluaran. Mike mengatakan, pengetatan anggaran bisa Anda lakukan dengan memangkas pengeluaran.

Tetapi dia mewanti-wanti, jangan sampai Anda menurunkan kualitas hidup terlalu jauh, misalnya mengurangi jatah makan dari yang semula tiga kali sehari menjadi hanya dua kali sehari. Bukan berhemat, bisa jadi Anda malah tambah boros karena harus berobat. Akibat lebih buruk lagi, Anda mungkin kehilangan sebagian pendapatan karena tak bisa bekerja.

Ketimbang mengurangi jatah makan, kurangi frekuensi jalan-jalan di akhir pekan, misalnya. Bisa pula Anda antar jemput anak sendiri pakai sepeda motor. Setiap kali tergiur menggesek kartu kredit, ingatlah tagihan yang harus Anda bayar.

Sembari berhemat, Anda harus memutar otak menambah penghasilan. Pilihannya bervariasi: pindah kerja ke perusahaan lain yang menawarkan gaji lebih gede atau sekadar mencari penghasilan tambahan.

Jika belum ada kesempatan pindah kerja, pendapatan tambahan bisa Anda peroleh dari membuka usaha bermodal cekak atau mencari pekerjaan sambilan. Contoh cara mendapat tambahan penghasilan tanpa mengeluarkan modal adalah menjadi agen asuransi atau agen properti, menulis buku, dan menjadi pengajar.

Kondisi “besar pasak daripada tiang” harus segera Anda akhiri, baik dengan cara mengecilkan pengeluaran maupun memperbesar pendapatan. Semakin lama terjebak dalam kondisi tak menguntungkan ini, semakin dalam Anda terjebak dalam kubangan utang.

Selamat bagi Anda yang kini memiliki tiang lebih besar ketimbang pasak. Jika sebaliknya, Anda jangan patah semangat untuk memperbaikinya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini

Terbaru