Menimbang pensiun dini agar tak menyesal nanti (1)

Jumat, 06 Januari 2012 | 11:00 WIB   Reporter: Dikky Setiawan
Menimbang pensiun dini agar tak menyesal nanti (1)

ILUSTRASI. Ellen May, Pengamat Pasar Modal dan pendiri Ellen May Institute. Foto: DOK PRIBADI


JAKARTA. Dalam beberapa pekan terakhir ini, Haris Zaelani acap duduk termenung seorang diri di teras depan rumahnya. Ada beban berat tengah membebani pikiran karyawan sebuah perusahaan BUMN ini. Perusahaan tempatnya bekerja tengah mengadakan program pensiun dini bagi pegawai. Pegawai yang tertarik boleh mengajukan lamaran utnuk berhenti bekerja.

Desas-desus yang masuk telinganya, perusahaan menyediakan dana kompensasi lumayan besar bagi karyawan yang berminat pensiun dini. Nilainya antara Rp 300 juta – Rp 500 juta. Ini yang membuat Haris kerap termenung seorang diri. Dia bingung, apakah mau mengambil tawaran pensiun dini tersebut atau tidak.

Jika dia ikut pensiun dini, penghasilan dari bekerja akan terhenti. Padahal, masa kerja Haris masih sembilan tahun, sampai memasuki usia pensiun 55 tahun. Sebaliknya, jika dia tidak mengambil pensiun dini tadi, belum tentu penghasilannya selama sisa waktu bekerja akan melebihi atau menyamai nilai kompensasi pensiun dini. Jadi, tentu Anda mengerti, kalau kini Haris lebih sering termenung seperti orang sableng.

Tidak mudah memang menjawab pertanyaan ini. Boleh jadi, banyak masyarakat negeri ini merasakan pengalaman serupa. “Semua bergantung pada kesiapan masing-masing individu. Apa pun keputusan yang diambil, sangat terkait dengan kebutuhan keuangan keluarga di masa depan,” kata Eko Endarto, perencana keuangan dari Finansia Consulting.

Setidaknya ada dua kategori pensiun dini. Pertama, pensiun dini yang ditawarkan perusahaan tempat bekerja. Kedua, pensiun dini yang ditetapkan perusahaan. Pada pensiun dini yang ditawarkan oleh perusahaan, karyawan boleh mengambil maupun menolak program ini. Jika pensiun dini ditetapkan perusahaan, karyawan harus mengambil program tersebut.

Eko menilai, pada pensiun dini yang ditawarkan perusahaan, biasanya keputusan berdasarkan keinginan dari karyawan sendiri. Dengan kata lain, dia sudah siap menerima semua risiko yang akan diterima dari keputusannya tadi. Persoalan muncul jika program pensiun dini ditetapkan oleh perusahaan. Di sini karyawan diharuskan mengambil pensiun dini. “Pada program pensiun dini yang dipaksa perusahaan, biasanya si karyawan tidak siap menerima risiko yang dihadapi,” kata dia.

Untung rugi program pensiun dini

Mike Rini, perencana keuangan dari MRE Financial & Business Advisory, mengingatkan, ada sejumlah risiko yang harus Anda hadapi jika memutuskan pensiun dini. Pertama, penghasilan Anda akan terhenti. Kedua, rutinitas sehari-hari juga akan terhenti. Ketiga, semua fasilitas kenyamanan yang Anda miliki selama jadi karyawan telah hilang. Keempat, bisa terjadi demotivasi. Semangat hidup Anda, bisa jadi, akan menurun.

Namun, Mike juga mengingatkan, ada sejumlah keuntungan dari pensiun dini yang ditawarkan perusahaan. Pertama, dengan pensiun dini, Anda akan menerima sejumlah uang pesangon yang bisa dijadikan modal untuk kebutuhan di masa depan. Kedua, punya waktu yang fleksibel. Anda bebas mengatur ritme hidup selanjutnya. Apa pun yang Anda lakukan tak terbentur rutinitas sehari-hari kantor. Ketiga, Anda mendapat kesempatan membangun kompetensi di bidang lain.

Jadi, ketika ada tawaran pensiun dini dari perusahaan, mana yang harus Anda pilih?

Sebelum mengambil keputusan, sebaiknya Anda mencermati beberapa tip sederhana menimbang program pensiun dini yang dirangkum KONTAN dari sejumlah perencana keuangan:

Tentukan penghasilan di masa depan

Menurut Risza Bambang, perencana keuangan dari Shildt Financial Planning, hal pertama yang harus Anda pertimbangkan sebelum mengambil pensiun dini adalah menentukan terlebih dahulu mencari penghasilan pengganti. Ini bertujuan agar Anda tetap memiliki pemasukan untuk memenuhi kebutuhan hidup di masa depan.

Jika Anda memutuskan tetap ingin bekerja sebagai karyawan setelah pensiun dini, Risza menyarankan, jangan terlalu melihat upah atau gaji yang ditawarkan oleh perusahaan baru tempat Anda bekerja. “Jangan juga mencari posisi yang lebih baik dari pekerjaan sebelumnya. Yang penting, Anda telah mendapatkan dulu pekerjaan pengganti,” ungkap Risza.

Eko menambahkan, penentuan apa yang akan dilakukan setelah pensiun dini mutlak dilakukan. Sebab, kata Eko, semua itu akan mempengaruhi portofolio penghasilan Anda setelah pensiun.

Tentukan tujuan hidup di masa depan

Sebelum memutuskan mengambil tawaran program pensiun dini, Anda juga patut menentukan arah hidup di masa depan. Sederhananya, apa yang harus dilakukan dalam menjalani hidup di masa depan setelah pensiun dini? Sebab, pensiun dini sangat mungkin mengubah aktivitas dan rutinitas seseorang.

Jadi, bayangan apa yang akan dilakukan setelah pensiun dini harus tergambar sebelumnya. Ini demi menghindari perubahan pola hidup yang salah pada masa setelah pensiun dini. Seperti sudah disebutkan, Anda akan kehilangan penghasilan tetap untuk sementara waktu jika mengambil pensiun dini.

Bila Anda merasa tidak memiliki gambaran hidup di masa depan, Mike menyarankan, sebaiknya pensiun dini tidak dilakukan. Toh, dengan penghasilan yang ada, Anda masih bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari dan primer keluarga. “Intinya, jangan hanya silau melihat uang pesangon,” kata Mike.

Sependapat, Risza mengatakan, dalam menentukan tujuan hidup di masa depan pasca-pensiun dini, Anda juga harus mempertimbangkan untuk menyesuaikan gaya hidup nanti dan saat ini. Jika perlu, beberapa pos pengeluaran yang kurang terlalu penting di masa sebelumnya harus dihapuskan. Dengan begitu, kelak Anda akan bisa fokus kepada pemenuhan biaya kebutuhan pokok saja. (bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini

Terbaru