Mengontrol pengeluaran dengan uang elektronik (1)

Rabu, 04 Januari 2012 | 15:30 WIB   Reporter: Anastasia Lilin Y
Mengontrol pengeluaran dengan uang elektronik (1)

ILUSTRASI. Widodo Makmur Unggas menawarkan harga perdana Rp 180 dari kisaran awal antara Rp 142-Rp 200.


JAKARTA. Membawa segepok uang dalam dompet lambat laun akan menjadi cerita masa lalu. Gaya hidup yang makin modern dan perkembangan teknologi menghadirkan sistem pembayaran yang makin canggih. Salah satu kemudahan tersebut datang dari piranti pembayaran yang disebut electronic money (e-Money) atau dikenal juga dengan nama uang elektronik.

Mengacu pada pengertian yang ditetapkan Bank Indonesia (BI), uang elektronik adalah alat pembayaran yang memenuhi empat unsur. Pertama, diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu oleh pemegang kepada penerbit. Kedua, nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media, seperti server atau cip.

Ketiga, digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan merupakan penerbit uang elektronik tersebut. Terakhir, nilai uang elektronik yang disetor oleh pemegang dan dikelola oleh penerbit, bukan merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai perbankan.

General Manager Bisnis Kartu BNI Dodit Wiweko Probojakti berpendapat, uang elektronik memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan alat pembayaran berupa kartu yang lain, yakni kartu kredit dan kartu debit, karena lebih mudah didapatkan. “Kalau ingin punya kartu debit harus punya rekening bank bersangkutan dan kalau mau punya kartu kredit maka ada penilaian soal pendapatan, umur dan lain-lain,” bebernya.

Dengan kelebihan yang ada pada uang elektronik, Kepala Bagian Pengembangan Bisnis E-Banking BRI Andini Nauli yakin, masa depan uang elektronik akan cerah. Apalagi, menurut dia, BI semakin intens mendorong penggunaan alat pembayaran ini. Menurut Andini, ini masuk akal karena pengelolaan uang fisik, mulai dari pencetakan, penyimpanan, hingga pendistribusiannya memakan biaya yang mahal.

Tak hanya para bankir, para perencana keuangan independen pun mengamini perihal manfaat uang elektronik tersebut. Perencana keuangan dari Tatadana Consulting Tejasari menyebut, uang elektronik memiliki kelebihan, yakni praktis dan bisa dimanfaatkan untuk mengatur keuangan alias sebagai alat kontrol.

Perencana keuangan dari Zelts Consulting Dwita Ariani menimpali, dalam perencanaan keuangan keluarga, kebutuhan operasional bisa saja dialokasikan melalui uang elektronik. Ambil contoh, uang elektronik diserahkan kepada sopir untuk biaya operasional bahan bakar minyak (BBM) dan tol, diberikan kepada pembantu rumahtangga untuk berbelanja atau diberikan kepada anak untuk jatah jajan bulanan.

Sejumlah produk

Pada praktiknya, puluhan merek uang elektronik yang diterbitkan memiliki fitur dan kegunaan masing-masng. Berikut ini ulasan beberapa di antaranya.

BRI

Dari sisi kemudahan pengisian, Andini menjamin, Brizzi menjawab permasalahan kesulitan pengisian ulang (top up) yang terkadang dialami uang elektronik bank lain karena tempat top up yang terbatas. Pengisian ulang Brizzi bisa dilakukan di jaringan anjungan tunai mandiri (ATM) berlogo Bersama atau Prima, selain tentu saja di ATM BRI.

Pengisian melalui jalur lintas bank akan dikenai biaya administrasi hingga Rp 5.000. “Jadi tidak harus jadi nasabah BRI untuk mendapatkan Brizzi,” tanda Andini.

BRI mematok saldo minimal dan biaya administrasi untuk penutupan dengan jumlah yang sama, yakni Rp 20.000. Nah ketika ditutup, pemilik Brizzi tetap bisa menyelamatkan duit yang ada di dalamnya.

Sejumlah merchant pun digandeng Brizzi, antara lain stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU), travel Cipaganti, pasar modern Yomart, dan restoran Solaria. “Pemberlakuan e-airport dengan Brizzi mulai besok (22/12) di terminal 1C,” ungkap Andini.

BNI

Meski sudah melenggang lebih dari dua tahun, diakui oleh Dodit, perkembangan uang elektronik BNI tidaklah gesit. Per bulan, jumlah transaksi uang elektronik BNI hanya 100.000 kali. Dengan rata-rata transaksi per kartu Rp 45.000, maka dalam sebulan total nilai transaksi uang elektronik BNI adalah Rp 4,5 miliar.

Dodit bilang, sumbangan terbesar masih dari transaksi melaui gerai Alfamart sebagai salah satu merchant yang digandeng. Sementara merchant yang lain seperti kartu untuk kereta api Yogyakarta-Solo, kartu masuk Mekarsari dan Ancol, serta kartu buat menonton konser Java Jazz Festival.

Sejauh ini BNI hanya mengandalkan ATM BNI dan Alfamart sebagai tempat pengisian ulang. Total ATM dan unit BNI sendiri mencapai 6.200.

Operator seluler

Setidaknya ada tiga operator selular yang menyedian uang elektronik, yakni PT Telkom Tbk dan PT Telkomsel, PT Indosat Tbk, serta PT XL Axiata Tbk. Namun pengisian kartu e-money operator selular ini hanya untuk kebutuhan pulsa telepon dan internet. (bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini

Terbaru