Anda karyawan zaman now yang masih gamang berinvestasi? Ini kiat membangun nyali

Minggu, 18 Maret 2018 | 09:03 WIB   Reporter: Francisca Bertha Vistika
Anda karyawan zaman now yang masih gamang berinvestasi? Ini kiat membangun nyali

ILUSTRASI. Ilustrasi Opini - Sumpah Pemuda dan Generasi Milenial


INVESTASI - JAKARTA.  Sudah hampir empat tahun bekerja sebagai karyawan swasta, Dian Hapsari tak kunjung berinvestasi. Padahal perempuan 26 tahun ini tahu betul, apa itu investasi.

Dian beralasan, dirinya sampai sekarang masih memikirkan risiko investasi. “Masih takut kena tipu juga. Takut penyedianya bodong,” kata Dian.

Melvin Mumpuni, Perencana Keuangan Finansialku.com, menemukan fakta bahwa delapan dari sepuluh karyawan milenial, yang lahir awal 1980 hingga pertengahan 1990, belum berinvestasi. 

Menurut pengamatan Melvin, ada lima faktor yang membuat karyawan dari generasi Y masih enggan berinvestasi.

Pertama, masih banyak karyawan milenial yang menganggap investasi hanya untuk orang kaya lantaran butuh modal besar. Bahkan, sebagian dari mereka menyatakan, gajinya kecil sehingga susah jika mau berinvestasi.

Kedua, banyak karyawan milenial yang berpikir risiko investasi tinggi. Memang, sangat jelas, semua produk investasi punya risiko. Namun, Melvin menegaskan, tidak berinvestasi pun tetap berisiko bagi generasi Y. Misalnya, enggak bisa mengejar tujuan keuangan jangka panjang.

Ketiga, investasi pasti rugi atau uang hilang. Padahal, jelas tidak seperti itu. Sebaliknya, ketika karyawan milenial mendiamkan uangnya di tabungan, akan berkurang nilainya akibat inflasi. Maklum, bunga tabungan yang kecil kalah dengan laju inflasi. 

Keempat, ada banyak biaya tambahan. Sebenarnya, Melvin menjelaskan, tidak semua produk investasi mengenakan biaya tambahan. Walaupun, sebagian besar memang memungut biaya administrasi, platform, data, dan lain sebagainya.

Kelima, uang dikunci atau tidak bisa diambil sewaktu-waktu. Pada kenyataanya, Melvin menyebutkan, banyak produk investasi yang bisa dicairkan sewaktu-waktu. Contoh, reksadana yang bisa dicairkan satu hari setelah Anda beli.

Pentingnya tujuan ivestasi

Nah, agar karyawan milenial benar-benar berani berinvestasi, Melvin berpendapat, mereka memang harus tahu lebih dulu tujuannya apa. Misalnya, untuk mengumpulkan biaya pernikahan atau pembayaran uang muka atawa down payment (DP) kredit pemilikan rumah (KPR). Tujuan keuangan ini bisa mereka jadikan motivasi untuk berinvestasi.

Selanjutnya, pekerja milenial mesti meningkatkan pengetahuan mengenai produk-produk investasi untuk mengejar tujuan keuangan tersebut. Mereka kudu mencari tahu, untuk bisa meraih tujuan keuangan itu, dengan menggunakan produk investasi apa.

Melvin mengingatkan, justru di tahun-tahun awal bekerja, karyawan milenial harus segera berinvestasi. Soalnya, jika sudah di puncak karier, mereka tidak bisa coba-coba lagi berinvestasi.

Walhasil, lebih baik jatuh di usia awal, ketimbang ketika sudah berada di puncak. “Usia di bawah 35 harusnya sudah mulai investasi. Usia 35 sampai 40 tahun sudah masuk akselerasi. Sekarang waktunya belajar,” saran Melvin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hasbi Maulana

Terbaru